Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3. TUBUHMU TIDAK BISA MENOLAKKU

Cengkeraman tangan Austin semakin mengerat lagi, seolah-olah mau menarik semua rambutnya sampai jatuh. Rasa sakit yang dirasakan oleh Alma membuat Alma ingin mengalirkan air mata secara refleks.

Austin tertawa dengan dingin saat melihat mata Alma yang mulai memerah. "Ternyata kamu masih tahu sakit?"

Alma menjilat bibirnya, "Bos Austin ini mau melakukan KDRT, ya?"

"Kamu jangan pernah berpikir mau bercerai!" Seru Austin sambil menatap tajam ke arah Alma. "Aku tidak begitu mudah diusir."

"Alma! Kamu harus ingat ...." Austin berhenti beberapa saat sebelum kembali berkata. "Kamu yang duluan datang mendekati aku, pengakhiran hubungan kita tidak bisa diputuskan oleh kamu"

Deg!

Alma seketika tidak tahu harus berkata apa.

Sesuai ekspektasi, semua pria adalah binatang yang tidak tahu malu. Setelah hening beberapa detik, Alma tertawa dengan ringan. "Kalau tidak begini saja, aku memberi tahu orang luar bahwa kamu yang tidak mau aku, apakah begitu bisa?"

Setiap kata yang Alma lontarkan membuat api di dalam hati Austin semakin menyala.

Pada detik ini Austin hanya ingin membungkam mulut Alma agar dia tidak berkata kata-kata yang membuat dirinya marah lagi.

Austin melepaskan rambut Alma kemudian menarik kasar Alma ke ruang pakaian yang terletak di sudut.

Tanpa mempedulikan perasaan Alma, Austin berjalan sangat cepat sambil menarik Alma. Jadi bisa dibilang Alma ditarik begitu saja sampai tabrak sana tabrak sini di sepanjang jalan.

Setelah tiba di ruang pakaian, Austin langsung menutup pintu kemudian menekan tubuh Alma di depan cermin dinding. Kini Austin menghimpit tubuh Alma, mengunci pergerakan wanita itu sebelum mulai merobek baju Alma.

Setelah bersama dengan Austin selama satu tahun, Alma sudah sangat jelas tahu apa yang akan Austin lakukan.

Alma tahu, sekarang Austin membutuhkan tempat untuk melepas emosi. Mungkin juga karena demi membalas dendam karena Alma mengatakan ingin bercerai.

Wajah Alma tertempel di cermin dinding yang dingin, hal ini membuat otak Alma menjadi jauh lebih sadar.

Alma mengangkat kepalanya dan menatap Austin dari cermin. "Setelah melakukan ini kita bercerai saja, ribut terus tidak akan berarti."

Alma baru saja menyelesaikan kata-katanya, Austin langsung membungkam mulutnya. Gerakan Austin sangat kasar, seolah-olah mau membunuh Alma.

Dibungkam oleh tangan besar Austin, Alma merasa sangat sesak, untungnya tidak lama kemudian Austin merubah posisinya sehingga mulut dan hidung Alma tidak tertutupi lagi, tetapi Alma sudah tidak bisa berbicara lagi.

Gerakan Austin terus berlanjut, meskipun dia hanya menggunakan satu tangan, gerakannya tetap sangat lancar.

Semua pakaian di tubuh Alma pun dilepaskan dengan cepat, lebih tepatnya adalah disobek dengan cepat. Begitu juga dengan pengait bra-nya yang dibuka dengan kasar, tidak hanya itu Austin juga menarik kasar celana dalam Alma dan langsung dibuang ke lantai.

Sebelumnya Austin juga pernah bersikap kasar saat berhubungan intim dengannya, tetapi kasar seperti hari ini benar-benar adalah pertama kali.

Tubuh Alma dihimpit oleh tubuh Austin di cermin dinding, detak jantungnya sangat cepat, seluruh tubuhnya sangat tegang.

Austin menyambar bibir Alma, dia mencium dan melumat dengan kasar bibir Alma. Kali ini adalah sebuah penyiksaan untuk Alma. Tidak ada perasaan manis, tidak ada gerakan lembut yang ada hanya pelampiasan emosi dan kekasaran. Alma merasa sangat sakit, tetapi Austin sama sekali tidak peduli dengan perasaannya.

Namun, saat Austin mulai meremas dadanya dengan kasar dan pria itu tak henti-hentinya melumat bibirnya, juga karena telah melakukan sering kali, Alma tidak bisa mengontrol reaksi tubuhnya yang terjadi secara refleks.

Setelah beberapa saat, Alma pun merasakan perubahan reaksi tubuhnya. Di bawah kekerasan seperti ini saja bisa memiliki reaksi, Alma merasa sangat malu.

Austin tentu saja juga merasakan perubahan itu, dia melepaskan ciumannya yang membungkam mulut Alma.

"Bercerai? Hm?" Suara Austin terdengar sangat serak, bahkan membawa sedikit kesenangan, "Apa kamu bisa memastikan tubuhmu tidak bisa menolak aku?"

Setelah berbisik di telinga Alma, Austin menggigit dan menghisap keras leher jenjang Alma hingga membuat Alma kesakitan serta meninggalkan bukti kepemilikan di sana.

"Kamu tidak mungkin bisa menolakku! Masih ingin bercerai!" Austin kembali menyambar bibir Alma dan meremas keras dua gundukan kembar di dada wanita itu hingga membuat Alma tidak bisa menahan desahan lolos dari bibirnya.

"Akh—" Alma kembalikan mengeluarkan desahan kala Austin mencubit pucuk kemerahan yang ada di dadanya.

Alma mengangkat wajahnya. Pandangannya mulai kabur dan tergantikan oleh hasrat yang membara. Alma sama sekali tidak bisa berkata-kata. Dia tidak mengerti mengapa reaksi tubuhnya hari ini bisa lebih kuat dibanding dengan biasanya. Apakah dirinya memiliki hobi disiksa?

Austin melepaskan Alma, mundur selangkah untuk melepaskan pakaiannya. Sehingga kini keduanya tidak mengenakan sehelai benang pun.

Austin melangkah maju, kini dia kembali meremas, mencubit salah satu gundukan dada Alma dengan tangannya. Satu gundukan dada Alma lainnya dilumat dengan kasar. Sedangkan satu tangan Austin lainnya tidak dibiarkan diam, jari-jarinya mempermainkan inti tubuh bagian bawah Alma hingga membuat Alma menggigit bibirnya agar tidak sampai mengeluarkan desahan atau jeritan kesakitan.

Tidak berhenti sampai di situ. Kini Austin mulai membuka kaki Alma dan mulai menyatukan miliknya dengan milik Alma.

"Agh—" Alma menjerit kesakitan saat Austin memasukkannya dengan kasar. Namun, Austin tidak memperdulikannya dan terus menghentakkan miliknya dengan kasar hingga dia mendapatkan pelepasan.

Selanjutnya, Alma pun tidak kuat untuk berdiri lagi, dia langsung berlutut di atas lantai.

Baru saja berhenti, Alma tiba-tiba menyadari apa yang hendak Austin lakukan lagi saat dia tahu Austin kembali mendekatinya dan mencengkeram dagunya, memaksa dia membuka mulut. Alma ingin mundur, tetapi semuanya sudah terlambat. Austin telah memasukkan miliknya ke dalam mulut Alma dan kembali memaksa memuaskannya.

Satu tangan Austin mencengkram dagu Alma dan satu tangan lagi menahan kepala Alma kemudian dia menggerakkan pinggulnya, mekeluar masukkan miliknya di mulut Alma.

Penyiksaan seperti ini berlangsung selama satu jam lebih. Sebenarnya durasi itu tidak berbeda jauh dengan durasi bercinta mereka biasanya, tetapi kali ini Alma merasa waktu berjalan sangat lambat.

Milik Austin terus bergerak di dalam mulut Alma hingga akhirnya Austin kembali mendapatkan pelepasannya. Cairan putih yang dikeluarkan memenuhi mulut Alma. Alma ingin muntah, tetapi Austin menekan dagunya untuk melarang Alma membuka mulut. Hendak memaksa Alma untuk menelan semua cairan itu.

Alma merasa sangat mual, dia menatap Austin dengan mata memerah. Sorot mata Alma membawa kemarahan, keraguan, bahkan ... rasa sakit.

Seketika Austin merasa dirinya benar-benar sangat lemah, hatinya tersentuh dengan tatapan Alma. Dia merasa tidak tega juga.

Dia bukan orang memiliki gangguan di bidang mental, jadi mana mungkin dia membuat Alma melakukan hal seperti itu. Berpikir sampai sini, Austin melepaskan Alma.

"Mulai besok kamu tidak perlu pergi ke perusahaan lagi. Tunggu kamu sudah berpikir dengan jelas baru boleh pergi." Nada bicara Austin itu jelas sedang memberitahu Alma, bukan sedang berdiskusi dengannya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel