Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2. WANITA TAK BERHATI

"Almaa ...! " Austin menggeram sangat emosi, memanggil namanya sambil menggemertakkan giginya, rahangnya pun semakin mengeras.

Karena marah, suaranya menjadi sedikit serak, sambil menahan emosi, dia menatapnya dengan tatapan ingin menghancurkannya yang kuat.

"Kamu tidak berhati!" Kata per kata Austin ucapkan. "Aku tidak pernah menemui wanita tidak mempunyai hati seperti dirimu!"

Dia sudah tidak ingat lagi akan kebaikan yang pernah dia berikan. Hubungan yang dia junjung dengan tinggi hati, ternyata hanya dianggap sebagai "pertukaran" baginya. Ya, juga sebuah "perjanjian".

Bagus! Dia sangat bagus.

Austin merutuki dirinya. Bagaimana bisa dia bermain hati dengan wanita seperti dia? Bahkan dia telah berkorban berkali- kali karenanya. Dia adalah orang terbodoh di dunia ini.

Tidak berhati-hati?

Mendengar ucapan Austin yang mengatainya tidak berhati, Alma tersenyum. Memang benar, sudah banyak orang yang berpikir seperti itu terhadapnya, menggangap bahwa dia tidak memiliki hati nurani, tapi bagaimana mereka memperlakukannya selama ini?

Dia seharusnya memperlakukan bagaimana dia diperlakukan, baru dianggap berhati?

Dia sudah melakukan pengorbanan yang besar baginya, bahkan dia sudah memilih untuk tidak memperhitungkan kejadian memalukan di hari pesta pernikahannya. Namun, tetap saja di saat seperti ini, dia masih bersama Gwen.

Alma tidak peduli karena alasan apa mereka bersama lagi. Yang ada dalam pikiran Alma saat ini hanyalah bahwa Austin tidak akan bisa untuk tidak lagi berhubungan dengan Gwen.

Alma selalu tidak bisa menerima adanya orang ketiga di hubungan asmaranya, lagipula Austin selalu tidak peka dengan maksud Gwen yang sebenarnya.

Alma merasa sudah lelah. Ya, benar dirinya lelah dengan itu.

Dia memang orang yang berhati baja. Dia tahu setelah ini dia pasti akan tersakiti, maka dari itu dia lebih memilih untuk bertindak duluan.

Berpikir sampai sini, Alma dengan mencengkeram telapak tangannya, memaksa menahan air matanya, kemudian tersenyum.

"lya, aku memang tidak berhati." Alma berkata seraya menatap mata Austin dengan senyuman. "Ini bukan hari pertama kamu mengenalku."

"Lagipula, bukannya Bos Austin dengan nona Gwen sangat saling menyayangi, aku hanya mengalah, tidak boleh selalu mempersulit nona Gwen."

Alma berbicara seperti sangat tulus, terlihat seperti yang orang pikirkan.

Ketika Alma mengungkit mengenai Gwen, tiba-tiba Austin jadi teringat lagi mengenai foto Alma berpelukan dengan Ethan di pemakaman. Berpikir sampai sini, tenaga tangan Austin meningkat.

"Kamu sekarang berbicara mengenai hubunganku dengan Gwen, memangnya kamu orang yang sebersih apa, ha?" Austin menyipitkan mata saat menatap Alma.

Alma merasa Austin sedikit tidak masuk akal berbicara seperti itu, jadi dia mengendikkan bahu dan membalas dengan acuh tidak acuh, "Setidaknya lebih bersih dari Bos Austin dan nona Gwen, 'kan?"

"Kamu orang yang bersih? Ha!"

Austin melepaskan Alma kemudian mengambil ponsel dari sofa, kemudian membuka galeri ponselnya mencari foto Alma yang sedang berpelukan dengan Ethan di pemakaman, lalu memperlihatkan ke depan wajah Alma.

"Lihat! Kamu membahas siapa yang lebih bersih denganku?!"

Saat melihat foto itu, seluruh ekspresi wajah Alma berubah. Hal pertama yang terpikir olehnya bukanlah untuk menjelaskan kepada Austin, tetapi justru bertanya, "Kamu menyuruh orang mengikutiku?"

"Kenapa? Apa kamu merasa bersalah?"

Austin sudah tidak peduli apa yang dia pikirkan, lagipula dia selalu menggunakan cara terburuk untuk memanfaatkannya. Austin di dalam hatinya juga bukan orang baik. Kalau begitu, buat apa lagi menjaga perasaannya?

Memikirkan saat-saat bersama dengannya, semuanya omong kosong!

Alma sangat benci diikuti, walaupun tidak merasa bersalah, tetapi tetap saja sangat marah ketika melihat foto itu. Dia juga tidak bermaksud ingin menjelaskan apa-apa kepada Austin.

Pikir Alma, jika Austin juga sudah salah paham jadi biarkan saja dia terus salah paham.

"Tidak ada apa-apa untuk menyatakan perasaan bersalah." Alma mengaku, "Aku memang betul bertemu dengannya, lalu kenapa?"

Lalu kenapa.

Dia sungguh mengatakan kata itu. Satu kata untuk menjelaskan pun tidak ada.

Austin sama sekali tidak pernah menemui wanita tidak berperasaan seperti ini.

Alma masih tetap meneruskan pembicaraannya, sementara Austin menggertakkan giginya.

"Cerai adalah keputusanku setelah berpikir panjang. Aku tidak mencintaimu, walaupun kita teruskan hubungan ini juga tidak ada artinya. Kamu juga tidak perlu khawatir kalau aku akan berbaikan dengan Ethan. 'Kuda bagus tidak akan makan rumput yang lama' inilah perbedaan antara diriku dengan dirimu."

Semakin Alma berbicara, emosi Austin semakin memuncak.

Austin menjulurkan tangannya ke belakang kepala Alma, kemudian dia menahan rambutnya dengan jari-jarinya, lalu menjambak rambutnya.

Alma yang merasa sedikit kesemutan pada kulit kepalanya karena rambutnya ditarik jadi mengerutkan alisnya.

Setelah melihat ekspresi Alma, Austin menyindirnya, "Jadi kamu juga tahu rasa sakit?"

Austin mengira, wanita seperti Alma tidak mengenal apa itu rasa sakit.

"Kekerasan dalam rumah tangga akan membuatmu hidup dalam penjara, dipikir lagi ya Bos Austin." Alma coba mengingatkan Austin.

"Kamu tidak mencintaiku? Ha!" Austin mengeraskan cengkeraman tangannya, dia mengabaikan perkataan Alma. "Kalau begitu kamu sangat hebat, bisa membuka kaki dengan lebar kepada pria yang tidak kamu cintai! Apakah hanya memberikan barang yang kamu inginkan, walaupun pasanganmu itu adalah pria tua, kamu juga bisa menemaninya tidur?!"

Ketika mengucapkan kata tersebut, Austin mengabaikan Alma yang mengejeknya 'memakan rumput lama secara bersamaan'.

Pastinya karena dia masih terbawa emosi, jadi dia tidak begitu peduli dengan sindiran Alma. Semua konsentrasinya, hanya pada perkataan Alma yang "Aku tidak mencintaimu."

Bagi Austin, Alma sungguh ... tidak berperasaan.

Berkata bahwa tidak ingin hidup mengharapkannya, huh, sejak kapan Austin harus hidup "mengharapkan" orang lain?

Emosi Austin sudah naik total karena Alma, penyebabnya bukan hanya karena masalah hari ini.

Sebenarnya, sejak masalah pernikahan, Austin terus berusaha bersikap sabar dengan Alma di segi apapun. Austin mengatakan kepada dirinya harus menuruti Alma apapun yang dia mau atau lakukan karena dia sadar kalau dirinya telah melukai Alma dengan dalam.

Kata-kata Alma tadi sudah cukup sanggup mengeluarkan semua kemarahan yang Austin tahan dari kemarin-kemarin. Apalagi mendengar kata-kata Alma yang "aku tidak mencintai kamu".

Memang pada saat sedang marah, semua orang akan mengatakan hal yang mereka tidak inginkan, begitu juga Austin.

Alma memang memasang ekspresi tenang mendengar keraguan Austin, tetapi hati Alma terasa seperti disobek dan terus berdarah.

Semua karena menurut Alma kesan dirinya di hati Austin dari awal sampai akhir memang begitu. Dari awal Austin sudah merasa Alma adalah orang seperti itu.

Alma mengira setelah kebersamaan mereka baru-baru ini, Alma pikir paling tidak Austin tidak akan berpikir begitu lagi.

Sepertinya Alma benar-benar terlalu naif, dia merasa benar-benar terlalu bodoh. Austin baru bersikap sedikit baik terhadapnya dan dia sudah mengira Austin mencintainya.

Alma mengira setelah hubungan dirinya dan Austin berakhir, dia tidak akan bersikap naif lagi, tetapi realitas memberikan sebuah tamparan besar kepadanya.

Alma menggertakkan giginya, berusaha menahan emosinya dan memasang sebuah senyuman yang lega. Seolah-olah dia sama sekali tidak peduli dengan apa yang dikatakan Austin.

"Benar, aku memang orang seperti itu, aku mengira kamu sudah tahu."

Seandainya Alma ada mencoba untuk menjelaskan, kemarahan Austin mungkin akan menurun, tapi Alma sama sekali tidak memberikan penjelasan.

Alma mengaku begitu saja. Austin menggertakkan giginya, berusaha menahan keinginan mau membunuh Alma.

Wanita ini selalu saja tahu bagaimana caranya membuat dirinya marah.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel