Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2. MANJA SEPERTI ULAR

"Dasar penggoda," geram pria itu.

Alma yang tidak mengerti maksud dari Austin hanya bisa mengerutkan keningnya merasa heran.

Austin dan Alma kembali melanjutkan langkah mereka memasuki pesawat. Alma memilih duduk di dekat jendela dan Austin duduk di hadapannya.

Tidak lama kemudian pilot memberikan instruksi jika pesawat akan segera take off. Austin pun memilih untuk memejamkan matanya.

***

Roma, Italia.

Kini pesawat yang membawa Austin dan Alma telah mendarat di bandara internasional Fiumicino. Setelah perjalanan hampir beberapa jam akhirnya mereka berdua telah tiba di Roma. Setelah Austin dan Alma turun dari pesawat, mereka melangkah menuju ke lobby bandara.

Di lobby bandara terlihat Norwin yang sudah stay menunggu kedatangan mereka. Kini mereka sudah masuk ke dalam mobil. Tak berselang lama setelah Norwin memasukkan semua koper dan barang bawaan tuannya, dia masuk ke mobil dan mulai melajukan mobilnya meninggalkan lobby bandara.

Alma tidak tahu kenapa Austin marah. Selama perjalanan pria itu hanya diam dan tak berkata-kata sedikitpun hanya sibuk dengan ipad-nya. Dia beberapa kali berusaha berbicara padanya, tetapi pria itu tidak menggubrisnya. Alma yang tidak ingin mencari masalah dengannya lagi memutuskan untuk diam.

Meskipun Norwin bisa merasakan ada yang tidak beres dengan kedua orang yang duduk di belakang itupun tetap nekad untuk bertanya, "Tuan, kita akan pergi kemana sekarang?"

"Ke rumah," jawab Austin dingin.

"Rumah?" Alma yang mendengarnya agak kaget. "Itu berarti ... pulang?"

Setahu Alma hari ini adalah hari kerja dan berdasarkan pemahaman tentang sifat juga kebiasaan Austin selama ini dia seharusnya pergi ke kantor terlebih dahulu.

Setelah Alma pikir-pikir, kenapa dia harus peduli mengenai itu. Tidak ke kantor juga bagus dengan begitu dia bisa beristirahat di rumah sepanjang siang.

Alma yang merasa bosan dalam perjalanan mencoba memulai mengajak Norwin berbicang. "Asisten Norwin siang ini makan apa?"

Norwin yang menjadikan kejadian sebelumnya sebagai pelajaran, reflek melirik ke kaca spion tengah. Dia yang melihat raut wajah Austin sangat datar mengurungkan niatnya meladeni Alma.

"Hei, Asisten Norwin ... kenapa kamu mengabaikanku," tanya Alma sembari menepuk bahu Norwin.

Tepukan Alma di bahunya itu sontak membuat Norwin terkejut hingga hampir melepaskan setir mobil yang dipegangnya. Dia benar-benar merasa serba salah.

"Em, itu ... Alma, maksudku Nyonya ... saat aku menyetir sebaiknya jangan mengajakku berbincang. Aku tidak bisa fokus." Akhirnya Norwin dengan terpaksa menjawab Alma.

"Oh ...." Setelah mendengar jawaban Norwin, Alma hanya menjawab singkat, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan disertai mood yang jelek.

Beberapa saat kemudian Austin meliriknya. Dia dapat melihat sama sekali tidak ada reaksi apapun dari Alma. Sejak itu sepanjang perjalanan suasana di dalam mobil sangat hening.

***

"Pukul lima sore ini datang ke rumah untuk menjemputku. Aku mau mendatangi acara sekolahku dl," ucap Austin kepada Norwin.

Sebuah acara sekolah? Sebagai orang yang menyusun jadwal Austin tidak ingat kalau ada jadwal Austin ke sana. Begitu juga dengan Norwin sebagai asisten utamanya.

"Apakah sebuah keputusan mendadak, Tuan?" tanya Norwin.

"Hum," jawab Austin kemudian dia melanjutkan. "Ada sebuah acara reuni akbar. Ketua universitas yang mengundangku. Aku lupa memberi tahu."

"Reuni akbar?" gumam Alma dalam hati.

Alma jadi teringat akan kedatangan Elena beberapa waktu lalu di perusahaan. Waktu itu sepertinya dia mengatakan kedatangannya sebagai perwakilan dari universitas.

Saat itu juga Alma menyadari sewaktu di Madrid, saat dirinya makan bersama Austin di bandara. Austin menerima sebuah panggilan telepon dan ternyata telepon itu dari ... Elena!

Dia bisa memastikan kalau dalam acara reuni malam ini akan ada Elena si wanita murahan itu. Mengingat hal itu Alma menggigit bibirnya karena kesal. Dia bisa menerima Austin berhubungan dengan wanita manapun, tetapi tidak dengan Elena.

***

Sekitar 10 menit kemudian mobil yang dikendarai oleh Norwin telah tiba di kediaman Austin. Alma dan Austin turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah secara bersusulan.

Waktu telah menunjukkan pukul 3 sore saat keduanya tiba. Setelah berada di dalam rumah Alma segera mengganti sepatu high heelsnya dengan sandal rumah. Dia jadi merasa sangat nyaman ketika telah berganti alas kaki.

Setelah berganti alas kaki, Alma dengan segera menyusul Austin yang hendak melangkah ke lantai atas. Dia berjalan dengan cepat dan berhenti di depan Austin.

Langkah Austin pun terhenti ketika tahu Alma menghadangnya. Tiba-tiba Alma mengulurkan tangannya dan memeluk pria itu.

"Ada apa?" tanya Austin dengan dingin. Austin tahu Alma pasti mempunyai suatu permintaan jika dia bertingkah manja dan mencoba merayunya seperti sekarang ini. Sialnya bisa dibilang trik itu sangat ampuh.

"Acara reuni malam ini bisakah kamu mengajakku?" Alma berkata sambil mendongak menatap Austin karena saat melepas heels perbedaan tinggi mereka menjadi jauh.

Alma harus mendongak lebih tinggi untuk dapat melihat wajah Austin. Ketika mendongak, rambutnya yang panjang terjuntai ke belakang sehingga leher putih dan jenjangnya terlihat jelas oleh Austin.

"Kenapa aku harus mengajakmu?" kata Austin sambil mengangkat tangannya. Jemarinya menyentuh lembut kulit leher Alma.

"Karena aku Nyonya Marchetti," jawab Alma dengan manja. "Ayolah, ajak aku."

"Tidak!" balas Austin tegas. Dia malas melihat Alma yang bertingkah manja bagaikan ular.

Meskipun Austin tidak menyukai kalau Alma membantah dirinya, tetapi jika dia pikir-pikir lagi sikapnya yang garang masih lebih baik dibandingkan dengannya yang dia lakukan sekarang.

Terlalu munafik, senyumannya palsu begitu juga dengan ucapannya. Bagi Austin daripada melihatnya yang seperti itu lebih baik melihatnya merajuk.

Melihat Austin tidak mengubah keputusannya Alma terus merengek dengan manja. "Bos Austiinn ...."

"Aku bilang tidak." Setelah mengatakannya, Austin mendorong pelan menyingkirkan tubuh Alma dari hadapannya kemudian dia melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga menuju ke lantai atas.

Alma tahu kali ini dia gagal. Mungkin karena beberapa hari ini dia tidak menurut jadi Austin kesal dengannya sehingga dia tidak mau menurutinya. Setelah dipikir-pikir Alma kini menyesal.

Jika tahu pada akhirnya akan seperti ini, dia akan lebih sedikit menurut selama beberapa hari terakhir.

"Brengsek!" umpat Alma dalam hati. Membayangkan Austin datang ke acara reuni malam ini dan ada Elena yang juga menghadiri. Dia benar-benar merasa tidak senang dan dia tidak bisa mencegahnya.

Alma menarik nafas dalam-dalam mencoba untuk menenangkan emosinya. "Ya sudah lah, kalau dia mau pergi ya pergi saja."

Alma berpikir si wanita murahan Elena tidak akan berani berbuat macam-macam di acara reuni sekolah mereka.

Bagaimanapun juga dia masih harus menjaga image-nya sebagai wanita yang baik dan polos yang selama ini dia pertahankan terlebih di depan Austin. Memikirkan tentang itu perasaan Alma merasa menjadi lebih baik.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel