Pustaka
Bahasa Indonesia

Wanita Sang Presdir 2

333.0K · Tamat
Secret Vee
302
Bab
93.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

* Ini adalah sekuel 2 dari novel WANITA SANG PRESDIR. Sebelum membaca novel ini silahkan membaca dulu yang season pertamanya agar dapat mengikuti jalan cerita. ** Warning: Cerita dalam novel ini berlatar belakang di luar negeri dan terdapat beberapa adegan 21 di dalamnya. Sinopsis: Kisah mereka berlanjut .... Meskipun Alma De Carli—seorang Nona Muda yang sangat cantik, tetapi terkenal bereputasi buruk sudah menikah dengan Austin Marchetti—seorang presdir tampan, kaya raya juga berkuasa, tapi egois, dingin dan terkenal kejam. Alma tidak pernah diakui sebagai seorang istri, dia lebih seperti istri simpanan padahal dirinya adalah istri sah. Hanya melayani nafsu dan keegoisan pria yang telah berstatus suaminya itu. Namun, Alma tidak pernah memperdulikan semua itu selama Austin membantunya merebut haknya sebagai pewaris yang sah juga seluruh harta warisan sang kakek dari ayah kandungnya sendiri yang telah terbutakan oleh istri muda dan putri hasil perselingkuhannya. Berhasilkah Alma merebut hak, perusahaan dan semua harta warisan yang diberikan sang kakek kepadanya? Dapatkah pernikahannya dengan sang presdir egois bertahan dan hidup bahagia sedangkan ancaman orang ketiga selalu hadir dalam kehidupan pernikahan mereka?

PresdirKawin KontrakWanita CantikRomansaBillionairePernikahanRevengeFlash MarriageDewasaPerselingkuhan

Bab 1. WANITA PENGGODA

"Aku sudah siap," ucap Alma singkat dan dingin. Dia mendekat dan kini telah berdiri di depan Austin—pria yang berstatus sebagai suaminya.

Pria itu sedang duduk di sofa dan tengah sibuk berkutat dengan ipad-nya. Mendengar ada yang berbicara padanya dia mengangkat wajah, mengalihkan pandangannya dari layar ke wanita yang ada di hadapannya.

Austin sedikit terkejut dengan penampilan wanita itu yang sungguh berani. Menggunakan mini skirt dengan belahan paha dan atasan square neck crop top berkerah rendah. Dengan rambut dibiarkan tergerai dan polesan makeup flawless membuat Alma terlihat sangat cantik juga menawan.

Untuk alas kaki dia tetap pada style-nya yang selalu menggunakan high heels meskipun setelah melakukan olahraga iblis sebelumnya dia merasakan kedua kakinya itu terasa seperti bukan lagi miliknya.

Sangat sexy dan tidak menunjukkan kalau Alma masih berusia 24 tahun. Austin tidak berhenti menatap penampilan Alma. "Oh shit! Dia sangat cantik dan seksi!"

Austin mendengus. "Kita berangkat sekarang!" Dia bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan kamar yang diikuti oleh Alma di belakangnya. Tidak ketinggalan para staf layanan kamar yang membawa barang-barang bawaan mereka dan meletakkannya di mobil kemudian mereka meninggalkan hotel menuju ke bandara.

***

Perjalanan menuju ke bandar udara internasional Barajas Madrid, Spanyol membutuhkan waktu kurang lebih sekitar empat puluh lima menit. Mobil yang membawa Austin dan Alma telah tiba di lobby bandara. Terlihat Austin terlebih dahulu turun dari mobil dan kemudian diikuti oleh Alma. Keduanya melangkah memasuki bandara.

Entah disengaja atau tidak Austin melangkah dengan cepat dan membuat Alma yang mengenakan heels kesulitan mengimbangi langkahnya.

Namun, meskipun begitu Alma tidak ingin memelas dan berkata 'tunggu aku' kepada Austin. Dia hanya menggigit bibir bawahnya dan menahan agar emosinya tidak terpancing.

Karena sebelumnya keduanya tidak sarapan di hotel dan Austin yang tidak terlalu suka makan di pesawat maka Austin memutuskan mencari tempat makan di bandara untuk makan terlebih dulu sebelum mereka melakukan penerbangan.

Setelah menemukan sebuah tempat makan. Tanpa menunggu Alma, Austin masuk kemudian mendapatkan sebuah meja. Tidak lama kemudian Alma pun datang, melihat dia datang terlambat pandangan Austin beralih menatap betis dan pergelangan kaki wanita itu seketika itu wajahnya menjadi tidak berekspresi.

"Duduk!" Austin memerintahkan Alma, lalu Alma mengangguk kemudian segera mendudukkan diri di kursi depan Austin. Keduanya pun duduk berhadapan.

Melihat ada tamu datang, pelayan datang dengan membawa buku menu dan Austin memesan dengan segera setelah melihat menu yang ada di buku menu.

Setelah itu sang pelayan pergi dan kembali beberapa saat kemudian pelayan dengan membawa makanan dan minuman yang dipesan oleh Austin sebelumnya. Pelayan pun menyajikannya di atas meja.

"Selamat menikmati," ucap sang pelayan sambil tersenyum ramah kemudian melangkah pergi. Austin dan Alma mulai makan.

Dikarenakan tadi malam sudah bisa tidur, Alma mendapatkan suasana hati yang baik meskipun sebelumnya emosi Alma sempat naik karena Austin menyebut nama mantan kekasihnya sewaktu mereka berdua di kamar mandi hotel.

Dikarenakan suasana hatinya sedang membaik saat ini, Alma berinisiatif untuk mengajak Austin berbincang di sela-sela kegiatan makan mereka.

"Tunangan Bos Austin tidak ikut mengantar kepergian kali ini?" Alma berkata sembari tersenyum, dia sengaja mengenakan kata 'tunangan' saat berbicara untuk mencapai Austin.

Alma masih ingat dengan jelas dengan wanita yang bernama Sofia waktu di pesta. Saat itu dia memperkenalkan diri sebagai calon istri Austin.

"Kenapa? Apakah kamu cemburu?" balas Austin dengan senyum sinisnya. Ini pertama kali mendengar wanita itu berbicara dengan nada masam.

"Mana aku berani," jawabnya sembari mengedipkan matanya dengan nakal. "Bos Austin jangan khawatir. Aku tahu dengan jelas apa posisiku. Selama Bos Austin tidak menyentuhku setelah menyentuh wanita lain maka aku tidak akan keberatan."

Seketika raut wajah Austin yang tadinya sudah normal kembali menjadi kembali masam. Austin sudah memahami jika mulut wanita itu tidak akan bisa mengeluarkan kata-kata yang baik apalagi manis.

Saat Austin sibuk bergelut dengan pemikirannya tiba-tiba terdengar ponselnya yang dia letakkan di meja berdering. Mata Austin beralih menatap ke arah layar untuk melihat nama si penelepon. Ternyata telepon dari Elena—adik tiri Alma.

Setelah mengetahui nama si penelepon tanpa sadar dia melirik ke arah Alma yang duduk di hadapannya. Dia tahu Alma akan sangat kesal saat berhubungan dengan keluarga De Carli—keluarganya, terutama Elena.

Meskipun tahu demikian Austin tetap menerima panggilan teleponnya. Tidak dapat dipungkiri jika emosinya masih tersisa karena semalam mendengar Alma menyebutkan nama sang mantan kekasih saat tidur di pelukannya.

"Kak Austin." Elena menyapa dengan hati-hati begitu sambungan teleponnya terhubung.

"Ya, ada apa?" jawab Austin dingin.

"Hari ini saya ada pesta sekolah. Apakah kamu mengingatnya? Aku pernah mengirimmu undangan sebelumnya," ucap Elena.

Austin benar-benar lupa akan itu. Dulu saat Elena memberinya sebuah undangan dia hanya meletakkannya di laci mejanya. Setelah tidak ada lagi waktu untuk melihatnya.

"Oh iya undangan yang itu. Aku sangat sibuk akhir-akhir ini jadi tidak memperhatikannya," balas Austin.

Elena merasa kecewa setelah mendengarkan balasan dari Austin tersebut, tetapi dia tidak menyerah dan terus bertanya, "Lalu ... apakah kamu bersedia datang malam ini?"

"Ya, saya akan datang malam ini," jawab Austin langsung tanpa berbelit-belit. Bagaimanapun mendatangi acara itu adalah janjinya dan Austin jarang sekali mengingkari apa yang sudah dia janjikan.

Elena sangat kaget ketika mendengar jawaban dari Austin itu kemudian dengan bersemangat dia berkata, "Baiklah kalau begitu kita akan bertemu di club. Aku akan datang jam 6 malam dan aku akan tepat waktu."

"Ehm, baiklah aku juga akan tiba tepat waktu." Setelah mengatakannya Austin mengakhiri sambungan teleponnya.

Alma yang mendengar Austin telepon sudah bisa menebak jika dia berbincang dengan seorang wanita, tetapi dia tidak tahu jika yang tengah berbincang dengan Austin adalah Elena. Namun, Alma tidak memperdulikannya.

Alma mengangkat gelas dan menekuk minuman yang di dalamnya adalah susu kacang. Sudah menjadi kebiasaannya setelah meminum susu dia akan menjilati bekas susu yang tertinggal di bibir.

Austin sedang memperhatikan Alma. Gerakan kecil yang simpel seperti itu saja sudah bisa membuatnya panas dan bergairah.

"Shit! Wanita ini ...," geram Austin dalam hati dan tentu saja segala gejolak yang ada dalam hati pria itu Alma tidak dapat mengetahuinya.

"Kamu sudah selesai, kan? Kalau sudah ayo segera berangka." Austin bangkit dari duduknya dan melangkah pergi meninggalkan tempat makan tanpa menunggu jawaban dari Alma.

Alma yang melihat Austin beranjak pergi dia segera membereskan diri dan dengan terburu-buru mengikutinya dari belakang.

***

Kini Austin dan Alma melangkah masuk ke dalam pesawat.

"Good morning Mr. Marchetti and Miss Alma." Capt. Mark yang sebelumnya menjadi pilot pesawat yang mengantarkan Austin dan Alma kini kembali menjadi pilot pesawat yang mereka naiki, tetapi sekarang perjalanan pulang membawa mereka pulang.

Berbeda dengan Austin yang hanya mengangguk singkat sebagai jawaban dari sapaan sang kapten, Alma menjawab dengan berusaha tersenyum ramah. "Good morning, Capt. Mark."

Namun, usaha Alma tersebut justru mendapat tatapan dingin dari Austin.

"Dasar penggoda!" geram pria itu.