Ketika Dapat Lampu Hijau
Mendapat lampu hijau, Dul langsung melucuti pakaiannya perlahan, tangan gemetar. Ia menghampiri Tasya dengan tatapan cemas tapi penasaran.
“Kamu udah pernah, kan?” suara Tasya mengandung rasa ingin tahu, seakan ingin tahu apakah Dul benar-benar siap. Dul hanya menggeleng, bibirnya tercekat, jari-jarinya mulai meraba lembut dada Tasya yang mengundang.
“Indah banget dadamu, Mba,” katanya serak, tangannya menopang kedua ******** Tasya seolah mencoba mengukur beban rasa di balik kelembutan itu.
Perlahan tubuh Tasya menunduk, dan mulutnya sejajar dengan Dul. "Mba kenapa, apa punyaku kecil?" tanya Dul sambil menunduk sejenak, namun Tasya memilih diam.
Tasya mulai memberikan perhatian dengan lembut, mengikuti irama yang membuat Dul merasa campuran antara geli dan kehangatan. Dul merasakan sensasi yang berbeda, seolah ada gelombang perasaan yang mengalir di dalam dirinya.
"Aku hampir sampai," ucap Dul dengan suara yang penuh harap. Tasya terus memberikan perhatian dengan penuh kesabaran, seolah menunggu saat yang tepat untuk berbagi kebahagiaan bersama.
Ketika momen itu tiba, Dul merasakan kelegaan dan kepuasan yang mendalam. Tasya pun menerima dengan tulus, bahkan dengan lembut menyeka sisa yang tersisa, menunjukkan kehangatan dan kedekatan di antara mereka.
Slurppp... !
Dul merasakan geli saat Tasya melanjutkan sentuhannya, meskipun sebenarnya dia hanya ingin membersihkan sisa cairan yang masih tersisa. Mereka berdua kemudian berbaring santai di atas tempat tidur, tanpa menyadari ada sepasang mata yang mengintai dari balik jendela, tetangga rumah Tasya.
Toto bergumam dalam hati bahwa dia juga ingin merasakan kehangatan tubuh Tasya, tapi memilih mengakhiri pengintaiannya karena takut ketahuan, apalagi oleh istrinya sendiri. "Mba, boleh aku lebih dekat?" tanya Dul dengan ragu.
"Boleh, kamu bebas mengeksplorasi tubuhku, Dul," jawab Tasya dengan lembut.
Dul pun bangkit dari tempat tidurnya, lalu dengan penuh perhatian mulai menyentuh dan merasakan kehangatan tubuh Tasya, membuat keduanya semakin dekat dan terhubung dalam keintiman yang penuh rasa.
Perlahan gairah Tasya kembali menggebu, napasnya terasa berat, dan tubuhnya merespon dengan sensasi yang semakin intens. Dul menikmati momen itu dengan penuh perhatian, bukan hanya dengan sentuhan lembut, tapi juga dengan kehangatan yang membuat Tasya merasa sangat dihargai.
Perlahan, sentuhan Dul bergerak turun menyusuri perut rata Tasya, membuatnya tersenyum kecil. "Ssshhttt, sayang, sentuhanmu sangat lembut, kamu benar-benar tahu caranya," puji Tasya sambil mengelus lembut rambut Dul.
Mendapatkan pujian itu, Dul semakin bersemangat dan mulai menyusuri area di sekitar dada Tasya dengan penuh kelembutan, lalu perlahan naik ke arah ketiak yang halus, membuat Tasya merasakan sensasi yang membuatnya sedikit terkejut.
"Mba, coba balik badan dulu, aku ingin menyentuh punggung Mba juga," pinta Dul dengan penuh percaya diri.
Tanpa menunggu dua kali, Tasya segera berbalik dan kini berbaring telungkup. Tasya menahan napas saat Dul mulai menyusuri punggungnya dengan sentuhan yang lembut dan penuh perhatian, dari sisi ketiak hingga ke tengkuk, menghadirkan kehangatan yang membuatnya merasa sangat nyaman dan tenang.
Dul masih belum puas, seolah belum rela jika belum menyentuh setiap lekuk tubuh Tasya. Kini, perhatiannya beralih ke bagian bawah tubuh Tasya.
Sejenak Dul berhenti ketika kedua tangannya menopang tubuh Tasya, menatap dengan penuh hasrat pada lekuk yang terbuka di hadapannya. "Mba, telentang lagi," pinta Dul sambil mengubah posisinya, turun dari kasur.
Setelah Tasya berbalik, Dul membuka lebar paha mulus Tasya dan sejenak menghirup aroma yang membuatnya semakin terpikat.
Tasya merasa bulu kuduknya merinding saat sentuhan Dul yang lembut dan penuh perhatian menyentuh bagian paling sensitifnya. "Belajar dari mana kamu, Dul?" tanya Tasya dengan suara bergetar.
"Sering lihat di internet," jawab Dul polos, lalu kembali memberikan perhatian penuh pada Tasya dengan gerakan yang tak pernah berhenti, membuat Tasya merasa sangat dihargai dan diinginkan.
"Sayang, aku ingin kamu sekarang," pinta Tasya dengan penuh kerinduan.
Meskipun Dul berusaha mendekatkan dirinya dengan Tasya, ia masih merasa kesulitan untuk menyatu sepenuhnya. Keringat dingin mulai mengalir di dahinya, karena ternyata tidak semudah yang dibayangkan.
Tasya yang menyadari hal itu segera bangkit dari tempat tidur. "Dul, kamu rebahan saja, biar aku yang mengatur," ucap Tasya dengan santai, meski sebenarnya ia ingin segera menyalurkan hasrat yang sudah memuncak sejak tadi.
Dul pun merapatkan tubuhnya di kasur, sementara Tasya dengan lembut membimbingnya, memastikan mereka benar-benar terhubung. Meskipun ada sedikit ketegangan karena perbedaan, akhirnya mereka berhasil menyatu dengan penuh kehangatan dan kedekatan yang membuat keduanya merasa semakin dekat dan terikat.
Dul merasakan kehangatan yang menyelimuti dirinya, membuatnya terhanyut dalam sensasi yang begitu mendalam.
Tasya bergerak dengan penuh gairah, menikmati setiap momen yang mereka bagi bersama. Dul menutup matanya, membiarkan perasaan itu mengalir tanpa hambatan. Tasya memahami bahwa ini adalah pengalaman pertama Dul, sehingga ia lebih banyak merasakan dan menstimulasi dirinya sendiri dengan lembut. Gerakannya yang naik turun berpadu dengan gerakan maju mundur dan putaran, membuat Dul menggenggam sprei kasur dengan erat, tubuhnya mulai tegang.
"Aku hampir sampai," bisik Dul di tengah permainan itu. Tasya pun semakin mempercepat ritmenya, sambil menyentuh dirinya sendiri dengan penuh hasrat. "Ayo, kita rasakan bersama," ajak Tasya dengan semangat, terus bergerak penuh energi di atas tubuh Dul.
Dul merasakan gelombang kehangatan yang menyapu seluruh tubuhnya, membuatnya semakin erat menggenggam sprei. Tasya pun tak kalah bersemangat, gerakannya penuh gairah dan energi yang membara, seolah mengekspresikan seluruh perasaannya dengan bebas.
Suasana di antara mereka begitu intens, membawa keduanya ke dalam momen yang penuh kehangatan dan kedekatan. "Enak sekali, bagaimana, Dul? Mau lanjut?" tanya Tasya dengan nada menggoda.
Dul mengangguk, mengambil napas dalam-dalam sejenak sebelum bangkit dari tempat tidurnya. Kini giliran Tasya yang berbaring, menantikan sentuhan dan perhatian dari Dul.
Meskipun Dul sudah merasakan puncak kebahagiaan dua kali, semangatnya tetap menyala, siap untuk melanjutkan perjalanan mereka bersama dalam kehangatan.
Bleess!
Akhirnya keperkasaan Dul melesak masuk ke dalam belahan kewanitaan Tasya.
"Aaaaaahhh, ternyata nikmat sekali rasanya Mba!" ucap Dul mengungkapkan rasa kenikmatan yang ia rasakan.
"Ayo, sayang gerakin, sodok Mba pakai k*ntol panjangmu!"
Dul mulai bergerak maju mundur, setelah mendapatkan perintah dari Tasya.
"Aahhh, dalam banget Dul !"
Plok plok plok!
Walaupun diameter keperkasaan Dul tidak terlalu besar, tapi Tasya begitu menikmati setiap sodokan Dul, mentok ke dalam sampai menyentuh mulut rahimnya.
"Ahh, enak banget Mba, m*mek Mba sempit !" ungkap Dul.
Plop plop plop !"
"Hhhh yeah sayang, ent*tin aku lebih cepat !" pinta Tasya.
Dul menggerakkan pinggulnya semakin cepat, tusukan demi tusukan keperkasaannya terhujam ke dalam liang nikmat Tasya, membuat Tasya blingsatan tidak karuan.
Kedua tangan Tasya semakin aktif menggerayangi otot-otot tubuh Dul, lalu menarik lengan Dul, hingga setengah badannya menunduk mendekati wajah Tasya.
Sluurrrppp... !
Tasya langsung saja melumat bibir Dul, di hisapnya lidahnya, sambil tetap mengimbangi sodokan keras Dul.
Smooooccchhhh... !
Plok plok plok !
Dul kembali posisi semula, kedua tangannya kini memegang lutut Tasya, sementara Tasya mengalunkan tangan di leher Dul.
"Ahhh, Mba aku mau keluar lagi," ucap Dul di sela-sela sodokannya.
"Keluarin aja di dalam Dul, jangan cabut k*ntolmu, aku ingin menikmati hangatnya sperm* milikmu !" timpal Tasya.
Croottt.. crottt crooott!
Seketika Dul ambruk, hingga menindih tubuh Tasya, mereka berpelukan bagai sepasang kekasih.
"Aaaahh, aahhh, hangat banget Dul, makasih !" ucap lirih Tasya di telinga Dul.
"Hehe, aku yang harusnya berterima kasih Mba, telah memberiku kenikmatan yang amat sangat nikmat !" timpal Dul.
Sekitar lima menitan terdiam, perlahan keperkasaan Dul mulai menegang di dalam kewanitaan Tasya.
