Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 6

Tidak begitu lama mereka pun sampai didepan asrama tiga lantai milik yayasan biarawati tersebut. Bangunan asrama itu terlihat sedikit bergaya klasik kuno dengan pintu masuk utama yang berbentuk bulat diatasnya. Pada bagian dindingnya juga tertempel ratusan bahkan ribuan kerikil-kerikil kecil yang sangat indah. Saat masuk kedalam asrama, hamparan bunga lavender bahkan lebih banyak tumbuh dihalaman asrama daripada disepanjang jalan tadi.

     "Baiklah Ibu Erica apakah ibu ingin bersama-sama dengan saya mengantarkan putri anda ke kamarnya atau menunggu di ruang tamu asrama ini saja bu?" tanya suster theresa pada erica.

     "Terima kasih, Suster. Biarkan saya ikut mengantarkan putri saya bersama anda." balas Erica.

     "Kalau begitu mari ikut saya" kata Suster Theresa lagi.

Kamar Prayly berada di lantai dua gedung asrama ini. Sepanjang koridor seluruh pintu-pintu terpasang kertas yang menuliskan siapa saja penghuni kamar tersebut. Sesampainya di depan pintu kamar, Suster Theresa membuka kunci pintu kamar tersebut. Lalu mereka bertiga pun masuk ke dalamnya.

     "Nah, sesuai dengan permintaan Ibu Erica kemarin. Kami memberikan prayly kamar untuk dirinya sendiri Bu Erica" katanya menjelaskan.

     "Kamar ini juga telah dibersihkan oleh para pekerja di asrama ini, saya mohon maaf jika ukuran kamar ini kecil. Sebab kamar besar hanya akan digunakan untuk 2 hingga 4 orang didalamnya" kata Suster Theresa lagi.

     "Tidak mengapa, Suster. saya rasa Prayly akan segera menyukai kamar. Bukan begitu Prayly?" jawab Erica sembari menajamkan tatapan matanya.

     "I... iya, Suster. Saya suka kok dengan kamar ini." jawab Prayly cepat.

     Yah, Prayly memang mau tak mau harus membiasakan dirinya berada dalam kamar ini agar ia bisa merasa nyaman memulai kehidupan barunya disini.

     "Baiklah kalau begitu, Ibu Erica. Saya tinggal dulu sebentar untuk mengambil beberapa seragam sekolah yang akan Prayly pakai mulai besok" pamit Suster Theresa.

Erica hanya menganggukan kepalanya pada Suster Theresa. Lalu saat suster itu telah benar-benar pergi Erica menutup pintu kamar Prayly.

     "Well, bagaimana Prayly? Kau suka tempat ini?" tanya Erica sakratis.

     "Aku harap kau suka tempat ini karena aku tidak akan pernah membiarkanmu keluar dari penjara kecil ini dan kembali pada bocah tengik kekasihmu itu." Erica berkata sambil memegang keras wajah Prayly dengan kedua telapaknya lalu membuang wajah itu dengan kasar.

     "Tak ada lagi semua fasilitas mewahmu itu disini. Sudah cukup kau merasakan hidup enak diatas penderitaku selama ini anak sial." geram Erica pada Prayly.

     Lagi-lagi Prayly terdiam menahan semua rasa sedih dalam dirinya. Kali ini dia begitu yakin, jika sang bunda Erica yang dia yakini sebagai bunda kandungnya sebenarnya adalah bukan wanita yang melahirkannya ke dunia ini. Suara ketukan pintu kamar Prayly pun terdengar. Erica menyuruh Prayly menghapus air matanya lalu dengan cepat membuka pintu kamar. Suster Theresa tersenyum dari balik pintu. Erica pun mempersilahkannya masuk ke dalam kamar.

     "Prayly, ini pakaian-pakaian seragam yang akan kamu gunakan nanti di sekolah." kata suster kepala asrama itu sambil memberikan kantong yang dibawanya tadi.

     "Terima kasih, Suster" kata Prayly menerima bungkusan itu.

     "Baiklah kalau begitu, Bu Erica. Saya akan kembali kebawah. Apa Bu Erica masih tetap ingin berada disini menemani Puteri anda?" tanya Suster Theresa.

     "Oh, saya rasa sudah cukup, Suster. Kebetulan juga meeting dengan para staff di hotel siang ini" kata Erica lagi.

Setelah itu Erica berbalik, menatap tajam ke arah Prayly lalu berpura-pura memeluk anak tirinya itu sebagai tanda perpisahan yang baik dari seorang Bunda. Dalam pelukan Erica, Prayly seakan kembali mengingat semua kejadian-kejadian masa kecil Prayly yang bahagia saat Ayahnya masih hidup.

     "Selamat tinggal, anak sialan. Aku pastikan kau tak akan pernah bisa keluar dari tempat ini dengan bebas maka dari itu jadilah anak penurut jika kau tak ingin aku mencelakai kekasihmu itu. Kau mengerti Prayly?" bisik Erica di telinga Prayly saat mereka berpelukan. 

Prayly pun hanya bisa mengangguk-anggukan kepalanya di pundak Erica. Kemudian mereka berdua pun pergi meninggalkan kamar Prayly setelahnya. Prayly menutup pintu kamar dengan pelan lalu menguncinya. Ia terduduk lesu diatas kasur kecil yang hanya bisa diisi oleh satu orang itu sembari menegadahkan kepala melihat ke langit-langit kamarnya. Prayly bertekad dalam hatinya bahwa untuk kali ini ia akan memulai semua kehidupan baru ditempat ini. Tidak ada lagi seorang Prayly yang lemah yang setiap saat harus berteman dengan tetesan air mata. Prayly pun bangkit berdiri menuju jendela kamar lalu menyibak horden lusuh itu kemudian membuka grendel jendela sembari mendorong kuat daun jendela itu hingga terbuka lebar.

     Saat itu juga, aroma lavender sesikit demi sedikit tercium oleh indera penciuman Prayly. Senyum Prayly pun tercetak jelas diwajah cantiknya.Prayly lalu bergumam dalam hati.

     "Tunggu aku disana Arya, aku akan belajar dengan baik disini lalu kembali pulang bersama mu."

***

     Pagi-pagi benar Prayly tersadar dari tidur nyenyaknya setelah ia mendengarkan suara lonceng gereja yang berdentang nyaring. Prayly segera bangkit dari tempat tidur kemudian melipat selimut hangat, merapikan spray dan bantal yang ia gunakan. Prayly membuka lemari kayu, menarik handuk bersih lalu segera masuk kekamar mandi.

     Tak berapa lama, Prayly sudah memakai seragam sekolahnya dengan rapi. Dia menyisir rambut panjangnya ke belakang lalu mengangkat sedikit tinggi kemudian mengikat rambut itu menjadi satu. Di lihatnya pantulan wajahnya dari kaca kecil yang tergantung didinding dekat meja belajarnya itu kemudian menaburkan sedikit bedak bayi dan parfum lavender kesukaannya. Prayly kemudian memakai sepatu sekolahnya, mengambil tas dan langsung melengos pergi meninggalkan kamar itu setelah mengunci pintunya terlebih dahulu.

     Prayly berlari menuju gedung gereja tempat lonceng itu berbunyi tadi. Lalu masuk kedalamnya dengan tenang. Semalam setelah makan malam bersama diruang makan, Prayly telah dikenalkan oleh Suster Theresa pada teman-teman asramanya semua. Mereka berkenalan lalu setelah itu Suster Theresa menjelaskan apa saja aturan dan tata tertib didalam asrama ini. Suster Theresa juga berkata jika sebelum berangkat ke sekolah, mereka harus melakukan ibadah pagi terlebih dahulu digereja bersama.

***

    

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel