Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Matrealistis

Rey menyantap bubur yang nenek itu buatkan untuknya, Rey tidak tahu asal usul bahan bahan yang sang nenek buat untuk bubur yang ia makan, karena di dalam lemari pendingin Rey, hanya ada bir dan juga minuman kaleng sejenisnya, ditambah makanan beku yang bisa di simpan lama didalam sana, Rey tinggal memasukannya kedalam microwave saja untuk kemudian menyantapnya.

"Nenek rumahnya jauh dari sini nek? kenapa nenek setua ini masih saja bekerja?" Tanya Rey sembari terus menyuap makanan yang ada di mangkuknya.

"Nenek masih kuat bekerja tuan...seminggunya hanya dua kali saja, untuk bersih bersih nenek masih mampu." Ucap nenek tersebut sembari membersihkan mangkuk dan sendok yang baru saja Rey gunakan.

"La tadi katanya nenek punya cucu? kenapa tidak cucu nenek saja yang nenek suruh kerja?" Tanya Rey lagi yang berusaha ingin tahu.

"Cucu nenek pun bekerja tuan, kalau pagi dia mengajar di sekolah SMA, kalau setelah pulang mengajar, ia lanjut bekerja di sebuah mini market, pulangnya malam." Ujar nenek yang sudah selesai dengan semuanya, lalu mengambil tasnya dan akan pulang.

"Kenapa nenek dan cucu nenek bekerja se keras itu?" Tanya Rey yang benar benar tidak mengerti, ia benar benar ingin tahu masalah yang terjadi.

"Karena...cucu nenek kuliah dengan uang pinjaman dari saudara, dan setelah lulus kuliahpun, masih ada sisa pinjaman yang harus di lunasi, nenek tidak bisa hanya diam saja tuan, melihat dia banting tulang sendirian." Ucap nenek lagi yang membuat terperangah Rey seketika. "Cucu nenek asisten rumah tangga ternyata sudah lulus kuliah? dan ia kuliah dengan uang pinjaman? setelah lulus hanya menjadi seorng guru honorer yang gajinya hanya cukup untuk membeli lipstik dan bedak nya saja? gila! benar benar gila!" Ucap Rey dalam hatinya.

"Yasudah tuan, nenek pamit dulu ya...jangan lupa obatnya di minum..." Ucap nenek sebelum ia pergi meninggalkan apartemen Rey.

"Akh hidupku yang begitu mudah, tidak sesusah itu mencari uang, bahkan begitu mudah pula untuk menghambur hamburkan uang, akh kenapa juga aku kasihan pada nenek ya? apa aku pacari saja itu cucu nenek jika perempuan, harusnya dia se usiaku kan? aku bisa kalau hanya melunasi semua sisa hutang kuliahnya, kalau mengandalkan gajinya yang tidak seberapa itu, akh...sampai sepuluh tahun juga tidak akan lunas, kalau begitu kan nenek bisa masak saja untukku, biar dia yang beres beres disini, selain menjadi pacarku tentunya, akh sial! baru kemarin saja tidak tidur dengan wanita, kenapa rasanya sudah seperti sangat lama ya..." Ucap bodoh yang Rey lontarkan, saat itu ia berniat hanya bercanda, lalu ia pun berjalan masuk kedalam kamarnya, namun tiba tiba langkah kakinya terhenti seketika, kedua matanya menyipit, dan kedua tangannya bersedekap di dada. Rey mengulang kembali apa yang ia ucapkan tadi, memikirkannya ulang apa yang di bicarakannya tadi.

"Iya, ya...kenapa aku tidak tanya nenek saja, apa cucunya seorang gadis? ataukah seorang lelaki? kalau gadis kan lumayan..." Ucap Rey dengan akal bulusnya.

"Tidak Rey, tidak...nenek sudah sangat baik padamu, kenapa kamu mau memanfaatkan kesempitan untuk mencari kesempatan? kalau tidak ada nenek, pasti kamu sudah mati." Ucap Rey dalam hatinya lagi.

"Tapi aku kan berniat membantunya, kalau dia gadis kan aku bisa melunasi semua kekurangan hutangnya...dan sebagai gantinya...aku bisa mendapatkan kehangatan darinya bukan?" Ucap Rey lagi dengan senyuman piciknya.

"Haiiiiz....akh wanita, wanita, wanita, kenapa jadi seperti sedang kecanduan berhubungan badan sih! apa apa di ukur dengan hal itu." Ucap Rey lagi sembari mengusap usap rambutnya sampai berantakan tidak beraturan, lalu ia pun merebahkan tubuhnya di atas pembaringan, sayup sayup matanya terpejam dan Rey pun tertidur. Dua hari sudah berlalu begitu saja, saat itu Rey dari sebuah Club, dia pulang dengan menggandeng wanita cantik yang baru saja ia pacari, saat itu si wanita diantara sadar dan mabuk. Rey membawa pacarnya masuk kedalam apartemen, keduanya melepas pakaian satu persatu dari sejak awal mulai masuk kedalam apartemen, hingga pakaian itu satu persatu tergeletak berceceran di lantai, ada pula yang di atas sofa, diatas meja, sampai berakhir Rey tidur dengan wanita itu di tempat tidur.

Pagi pun tiba, saat itu Rey merasa tengah kehausan, dan ia bangun dari tempat tidurnya, ia duduk di tepian ranjang, sembari melihat seorang wanita tanpa busana di sampingnya yang masih tertidur.

"Membosankan!" Ucap Rey seketika. Ia merasa tidak ada tantangan sama sekali, dan ia sudah merasa bosan akan hal itu. Lalu ia pun turun dari atas ranjangnya, berjalan keluar kamar menuju lemari pendingin di bagian dapurnya, sampai disana ia pun mengambil satu botol air mineral dan meneguknya perlahan lahan. Seketika kedua matanya membuka lebar lebar, lalu menghentikan minumnya, ia teringat hari itu adalah hari rabu, dimana nenek datang ke apartemen untuk bersih bersih, saat itu Rey segera menatap kearah jam dinding, disana sudah pukul tujuh pagi, jelas nenek sudah akan sampai di apartemennya.

"Tidak! tidak boleh...nenek tidak boleh tahu kalau aku membawa pulang wanita, apa lagi sampai tahu aku menidurinya, akh tidak! nenek bisa bisa ilfil padaku." Ucap Rey yang kemudian mengambil satu persatu pakaian pacar barunya dan pakaiannya yang tercecer dimana mana itu, membawanya masuk kedalam kamar.

"Cekrek..." Suara pintu apartemen terbuka lalu menutup, tanda nenek sudah sampai, karena memang Rey memberikan kunci apartemennya untuk orang yang membersihkan tempatnya.

"Aduh gawat!" Ucap Rey seketika, lalu ia pun segera memakai kaus nya lagi dan keluar dari dalam kamarnya. Saat itu memang Rey melihat nenek yang baru datang.

"Tuan muda sudah bangun?" Sapa nenek pada lelaki tampan yang masih terlihat acak acakan.

"Nenek...Rey bisa minta tolong tidak nek? tolong ya nek Rey belikan obat gosok di apotek sana, Rey sedang sedikit tidak enak badan." Ucap Rey yang meminta tolong sang nenek sembari memelas.

"Iya, iya tuan...nenek belikan dulu kalau begitu." Ucap nenek lalu bergegas pergi setelah Rey memberikan beberapa lembar uang untuknya.

"Akh syukurlah...sejak kapan hidup ku seperti takut ketahuan begini? dia kan hanya asisten rumah tangga saja..." Ucap Rey dalam hatinya, sembari satu tangannya menggaruk garuk rambut kepalanya yang tidak gatal.

"Akh...wanita itu harus segera pergi sebelum nenek kembali." Ucap Rey sembari bergegas menuju ke kamarnya, ia mengguncang guncngkan tubuh gadis yang masih tanpa busana itu, membangunkannya sampai ia terbangun.

"Kau...cepat pergi dari sini, depkolektor sedang menuju kemari, cepat pergilah..." Ucap Rey saat wanita itu sudah terbangun dan benar saja, si wanita dengan segera memakai semua pakaiannya dengan cepat disana.

"Rey...kita putus." Ucap si wanita yang sudah kelihatan mata duitannya, ia tidak mau ikut terseret urusan Rey yang tengah di kejar kejar depkolektor, dan Rey yang merasa menang hanya bisa mencoba memasang tampang sedihnya, sembari mengangguk angguk.

"Iya, iya...kita putus..." Ucap Rey sembari mendorong tubuh wanita itu untuk segera keluar dari pintu apartemennya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel