Pustaka
Bahasa Indonesia

WAKTU YANG TEPAT

32.0K · Ongoing
QOLBIE
32
Bab
26.0K
View
7.0
Rating

Ringkasan

"Tidak cocok untuk usia dibawah 18 tahun."Reyga Dinata, Putera tunggal pengusaha sukses. Cowok playboy yang sering bergonta ganti pacar, bahkan lebih brengsek lagi karena sering tidur dengan wanita yang di kencaninya, atau bahkan yang baru ia temui sekalipun.Jauh dilubuk hatinya yang terdalam ia ingin di cintai dan di perhatikan, ia haus akan kasih sayang, namun dengan cara paksaan ia akhirnya benar benar merasakan itu semua dari Ayuna, gadis polos yang berprofesi sebagai seorang guru SMA swasta, cucu dari juru masak yang biasa memasakan makanan untuknya.

TeenfictionMenyedihkanBaper

Bab 1 Reyga Dinata

Hingar bingar bar malam yang makin riyuh dan makin ramai pengunjung saat malam tiba, terlihat banyak anak anak muda yang asyik nongkrong disana. Terlihat seorang lelaki tampan dengan tinggi dan postur tubuh bak idol kpop, lelaki itu datang dengan langkah gontai, dengan kaus hitam dan jaket hitam, plus celana hitam pula yang bagian lututnya sengaja memang sobek. Ya dia adalah Reyga Dinata, putera semata wayang dari keluarga terpandang Dinata, pebisnis sukses yang mempunyai beberapa perusahaan beserta anak cabangnya di seluruh Negeri, bahkan ada pula yang di luar Negeri. Namun sayang, ia hanya hidup dengan papanya saja, karena sang mama yang sudah meninggal dunia sejak Rey masih remaja, itu pun papanya sudah menikah lagi, dan Rey memilih untuk hidup sendiri di sebuah apartemen elit. Meskipun Reyga sudah lulus kuliah, namun ia belum ada minat untuk meneruskan atau menjadi pimpinan di salah satu perusahaan papanya, ia masih memilih untuk luntang lantung menghabiskan harta papanya yang entah sampai berapa turunan pasti tidak akan habis.

"Rey kamu kenapa? kenapa wajahnya di tekuk?" Tanya Anton. Anton adalah teman Rey, persisnya teman nongkrong saja.

"Akh lagi males Ton, baru aku putusin itu si Sasa, akh tiap main sama dia tidak ada rasanya lagi, hambar, akh males, bosan sekali jadinya." Ucap Reyga dengan mengambil satu gelas yang sudah di isi minuman beralkohol atau lebih disebut koktail oleh bartender.

"Kenapa kalau pusing datangnya malah ke bar Rey? kenapa tidak ke diskotek atau ke club saja Rey untuk mencari gebetan baru?" Ucap Anton yang menyarankan.

"Akh males, rasanya semua gadis sama saja." Ucap Reyga dengan nada datar dan ekspresi dingin seperti biasanya.

"Yasudah kalau kamu tidak mau." Ucap Anton sembari nyengir kearah temannya tersebut.

Lalu...datanglah seorang gadis dengan pakaian yang minim, dress sebatas paha dengan dalaman sebatas paha pula yang mengintip, serta bagian atasnya hanya sebatas dada saja, itu pun masih ada belahan di bagian tengahnya, sehingga apa yang di tutupi terkesan menyembul.

"Hai Rey..." Sapa gadis tersebut sembari menghampiri Anton dan duduk di salah satu paha lelaki tersebut. Ya, dia adalah Regina, kekasih Anton yang baru dua minggu di pacarinya, keduanya langsung saling mencium satu sama lain meski Rey sedang menatap ke arahnya, membuat Rey yang menatap pun hanya bisa menoleh mengalihkan pandangannya.

Bagi Rey hal semacam itu sudah biasa, apa lagi bagi seseorang yang begitu kental dengan hiburan malam. Sesaat Anton dan Regina saling berbisik, keduanya seakan ingin melakukan sesuatu, namun Rey tidak ambil pusing akan hal itu.

"Rey, aku tinggal ya...tidak apa apa kan sendirian?" Ucap Anton yang seakan sudah tidak bisa menahan keinginanya lagi, dan Rey cukup setia kawan untuk hal semacam itu. Lalu keduanya pun meninggalkan Rey sendirian disana, Rey pun hanya menikmati minuman dengan alkohol ringan di gelasnya, dan sesekali mengguncan guncangnya. Jika ia ingin pulang, namun di apartemennya tidak ada siapa siapa, sepi...dan jika ia nongkrong...temannya hanya si Anton. Rey pun segera menghabiskan minuman yang ada di gelasnya, ia putuskan seperti apa yang Anton sarankan tadi, mencari gebetan baru di club. Usai dari bar tersebut, Rey akhirnya benar benar akan memuju ke sebuah club ternama dan terkenal paling ramai malam itu, namun...tiba tiba Rey merasa perutnya sedikit nyeri, akhirnya ia pun tidak jadi kesana, ia memilih untuk pulang saja ke apartemen. Saat itu tepat malam minggu, harusnya club sedang ramai ramainya, namun Rey sudah tidak tahan lagi, perutnya benar benar melilit tidak karuan, dengan segera ia mengendarai mobilnya dengan hanya satu tangan saja, satu tangannya lagi menekan bagian perutnya yang ia rasakan semakin nyeri saja, bahkan ia hampir keluar dari jalur kendaraan yang harusnya berlawanan arah dengannya. Hampir setengah jam Rey sampai ke apartemennya, dengan langkah tergopoh gopoh ia sampai tepat di depan pintu apartemen.

"Akh sakit sekali." Ucap Rey sembari masih menekan perutnya, sakitnya makin hebat ia raskan.

"Papa, jika Rey meninggalkan papa saat ini, mungkinkah papa akan mencari Rey?" Ucap dalam hati Rey saat itu, ia merasa sudah tidak kuat untuk menahannya lagi.

"Brugh." seketika Rey ambruk tepat di depan pintu apartemennya, ia tak sadarkan diri disana.

Cukup lama hampir satu jam Rey tidak sadarkan diri kala itu, sampai sayup sayup hidungnya mencium sesuatu yang harum, hangat, dan gurih ia pun lalu membuka matanya perlahan lahan, saat itu pun perutnya sudah tidak sakit lagi.

"Siapa yang masak? baunya wangi sekali." Ucap dalam hati Rey saat itu, karena sudah sangat amat lama Rey tidak mencium bau masakan rumahan, yang ada dan yang sering ia makan hanyalah makanan olahan saja. Sampai Rey tergopoh hopoh bangun dari atas tempat tidurnya, ia berusaha menuju kearah pintu kamarnya, lalu perlahan lahan menatap kearah sekitar, sampai tatapannya tertuju di dapur, disana terlihat seorang nenek yang lumayan sudah tua disana tengah sibuk membuat suatu masakan di dapurnya.

"Nenek siapa?" Tanya Rey pada nenek tersebut sembari berjalan mendekat kearah meja makanya, meja makan yang menyatu dengan dapurnya.

"Tuan muda sudah bangun? saya yang biasa membersihkan tempat tuan ini tuan, sudah tiga bulan ini." Ucap nenek yang menerangkan.

Dimana memang Rey menyewa jasa tukang bersih bersih yang membersihkan apartemennya dua kali dalam satu minggu.

"Oh...jadi nenek yang membersihkan tempat Rey ini nek? la terus nenek sedang apa?" Ucap Rey yang masih penasaran dengan bau harum masakan nenek.

"Tadi pak dokter yang memeriksa tuan berkata, kalau lambung tuan muda bermasalah, dan butuh makanan yang lembut seperti bubur, jadi nenek membuat bubur untuk tuan muda." Ucap bibi menerangkan.

"Kok bisa ada dokter yang memeriksa nek?" Tanya Rey lagi, karena seingatnya ia tidak ingat apa apa setelah sampai di depan pintu apartemenya.

"Kan tadi nenek kembali ke sini karena ada yang ketinggalan, nah pas nenek sampai di depan pintu, ternyata tuan muda tidak sadarkan diri disana, nenek minta tolong pada pak satpam untuk membawa tuan muda kedalam, lalu memanggilkan dokter kesini." Ucan nenek menerangkan, saat itu Rey hanya manggut manggut mendengarkan.

"Ya sudah tuan muda makan ya buburnya, besok nenek akan kemari lagi untuk membuatkan bubur tuan muda lagi, kalau nenek tidak bisa datang, ya biar cucu nenek saja ya yang datang." Ucap nenek pada tuan mudanya tersebut.

"Nenet tidak usah repot repot, saya tidak apa apa nek...tidak usah menjenguk saya lagi besok, datangnya sesuai jadwal saja nek." Ucap Rey yang merasa sang nenek sudah terlalu tua untuk wira wiri datang ke apartemennya, Rey sebenarnya tidak tega kalau dengan orang yang sudah tua, namun mungkin nenek tersebut membutuhkan uang, makanya nenek sudah se tua itu masih saja bekerja, mungkin juga untuk menghidupi cucunya, se brengsek brengsek nya Rey dengan wanita, ia tidak akan tega dengan seorang nenek.