Pustaka
Bahasa Indonesia

Unfaithful

46.0K · Tamat
Yuyun Batalia
35
Bab
31.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Aku mengejarnya, merendahkan diriku seperti jalang untuk mendapatkannya tapi dia pria yang sulit untuk di dapatkan, hal ini juga yang membuatku makin tertarik padanya. Penolakannya membuatku makin ingin menjadikannya milikku. "Cassiopeia Kyara" Dia adalah dosenku dan aku tidak tertarik padanya yang usianya berbeda 7 tahun dariku. Dia sudah bersuami tapi dia mengejarku layaknya wanita jalang yang selalu haus belaian. "Arzahcel Ocean."

RomansaBillionaireDosenPernikahanSalah PahamPerselingkuhanMemanjakan

1

Delapan tahun menikah tapi belum juga memiliki anak, apakah mungkin ini bisa menjadi penyebab suamimu berselingkuh di belakangmu? Jika ada seseorang yang menanyakan itu padaku aku akan langsung menjawab, itu bukan hanya mungkin tapi memang akan terjadi. Aku adalah contohnya. Suami yang aku sayangi, satu-satunya pria yang aku cintai berkhianat di belakangku.

Aku akan menceritakan bagaimana aku bisa tahu suamiku berselingkuh tapi sebelumnya aku akan menceritakan sedikit tentangku.

Cassiopeia Kyara, adalah nama lengkapku. Aku dipanggil Kyara oleh teman-temanku ataupun siapa saja yang mengenalku. Orangtuaku sudah meninggal. Mereka meninggal saat usiaku 5 tahun, kecelakaan mobil itulah penyebab kematian orangtuaku. Setelah kematian orangtuaku aku tinggal bersama dengan Bibi Shalom dan anaknya, Tristan yang usianya berbeda 3 tahun dariku. Bibi Shalom adalah orang baik dan juga orang kaya raya, dia menyayangi aku seperti anaknya sendiri. Dia memberikan segala yang aku butuhkan. Bukan hanya itu dia bahkan menikahkan aku dengan putra semata wayangnya, ya, benar. Tristan adalah suamiku, pria yang sudah menyelingkuhi aku. Tristan adalah cinta pertamaku, sahabatku, kakakku, dan pelindungku. Aku benar-benar mencintainya, mungkin sampai saat ini rasa itu masih ada meski aku telah kecewa dan terluka.

Tristan juga mencintaiku, itu yang sering dia katakan padaku. Entah sudah berapa ribu kali dia mengatakan cinta padaku. Hingga suatu hari, saat usia pernikahan kami sudah 6 tahun aku menemukan fakta bahwa pria yang aku cintai memiliki wanita lain. Aku tahu siapa wanitanya, dia adalah bekas pacar Tristan. Tidak, aku tidak naif saat itu. Aku tahu jelas kalau itu adalah perselingkuhan. Aku pikir mereka baru berselingkuh tapi tiba-tiba seorang anak laki-laki yang usianya sekitar 2 tahun berlari ke arah Tristan, memanggilnya Daddy. Dan saat itu aku tahu kalau pria yang aku cintai mengkhianatiku sejak 3 tahun lalu. Aku pikir mulanya saat di DC, sepulang dari DC Tristan sedikit berubah. Bukan, bukan dia berubah jadi kasar padaku tapi dia jadi sering lembur. Aku pikir saat itu dia memang lembur tapi saat aku melihat keluarga bahagia itu aku tahu bahwa ia lembur di kediaman Vanetta. Aku menelusuri lebih jauh lagi dan aku temukan bahwa suamiku dan Vanetta sudah menikah. Malang sekali nasibku, aku mengetahui suamiku mengkhianatiku setelah beberapa tahun mereka bersama.

Harusnya saat pertama aku tahu mereka berselingkuh, aku melabrak mereka tapi yang terjadi aku malah menangis tersedu. Berlari dengan air mata bercucuran setelah melihat keluarga bahagia itu. Aku hancur, aku sakit hati, aku kecewa tapi aku mencinta. Aku tidak bisa meninggalkan Tristan karena dia adalah separuh hidupku. Karena dia adalah pria yang aku cintai. Dan akhirnya aku memilih untuk diam tanpa mengungkit perselingkuhannya. Aku melakukan ini agar aku tidak kehilangannya.

Tak ada yang berubah dari Tristan meski ia selingkuh, mengenai sayangnya padaku, tidak berkurang sedikitpun. Dia masih mengucapkan kata cinta yang membuatku terbang tinggi lalu aku terjatuh dengan kasar saat aku mengingat perselingkuhannya.

Ah, ada lagi. Mommy, ibu mertuaku juga tahu tentang perselingkuhan Tristan namun dia tidak mengatakan apapun padaku seolah dia sangat setuju Tristan berselingkuh dariku. Ya, ini memang salahku. Aku wanita yang cacat, aku tidak bisa memberikan penerus untuk keluarga ini. Lalu, aku bisa apalagi selain menerima? Aku tidak siap hidup tanpa Tristan, tak apa dia berselingkuh asalkan dia masih menemuiku.

6 bulan setelah Tristan berselingkuh, aku mulai merasa tak sempurna. Aku sering ke club malam saat Tristan tak di rumah kami. Aku tidur dengan laki-laki lain yang tidak aku kenal sama sekali. Well, sejak saat itu aku merasa perselingkuhan memang menarik. Tidak salah jika Tristan melalukan itu. Dan pada akhirnya aku sama kotornya dengan Tristan, kami menodai rumah tangga kami dengan perselingkuhan. Aku tahu suatu hari nanti semuanya akan terbongkar tapi untuk saat ini aku akan menjalani hidupku dengan semua fantasy liar di dalam otakku. Aku yakin suatu hari nanti Tristan akan meninggalkanku, untuk itu aku perlu bersiap. Tapi sepertinya aku sudah terbiasa, terbiasa ia tinggal. Bahkan pernah 1 bulan Tristan tidak pulang dengan alasan bisnis. Aku tahu, bisnisnya itu adalah Vanetta dan juga jagoan mereka. Ya, mungkin bagi Tristan lebih menyenangkan bersama anak dan istrinya yang lain ketimbang aku, wanita tidak sempurna ini. Aku tidak ingin larut dalam kesedihanku, aku tidak ingin hancur dan mati karena luka yang menggerogoti hatiku. Aku melampiaskan semuanya pada malam-malam membara bersama pria yang tidak aku kenali. Sepertinya aku memang mandul, tak ada satupun pria yang memakai pengaman saat tidur denganku tapi nyatanya sampai detik ini aku belum juga mengandung.

Aku tidak pernah menyalahkan Tuhan atas takdir yang ia berikan, aku tahu tidak semua orang bisa bahagia. Nah, sekarang aku juga berpikir bahwa kekacauan dalam hidupku saat ini adalah takdir Tuhan. Aku hanya akan mengikuti alur dari takdirku dan kita lihat, ke kehancuran mana aku akan terbawa.

"Ok, Class, kita bertemu di pertemuan berikutnya." Aku menutup mata kuliah ku.

"Arzhacel Ocean, tetap di tempat sementara yang lainnya silahkan mengosongkan kelas." Aku bersuara lagi.

Mahasiswaku segera membereskan perlengkapan belajar mereka, kini yang tersisa hanya satu mahasiswa. Harus bagaimana aku menyebutnya, remaja atau pria? Ah, pria saja. Dia memang masih 20 tahun tapi dia sudah terlihat sangat matang. Dia sempurna, sempurna untuk menjadi salah satu propertyku.

Aku melangkah mendekatinya, matanya menatapku tak suka. Inilah yang selalu ia berikan padaku, tatapan matanya yang tajam hingga membuat darahku berdesir. "Karena kau mendapatkan nilai D pada kuis hari ini kau harus melakukan remedi,"

"Aku sudah melakukan yang terbaik, anda sengaja melakukan ini padaku!"

Aku tertawa kecil, "Untuk alasan apa aku melakukannya, Ocean?"

"Berhentilah bermain-main, aku sudah muak. Dimana harga dirimu, ah aku lupa kau tidak punya harga diri." See, mulutnya sangat tajam. Tapi aku tetap menyukainya. Aku semakin tertarik padanya.

"Aku tidak sedang main-main, Sayang."

Matanya makin menyalak, aku tertawa kecil, "Baiklah, Ocean. Aku tidak sedang main-main, kau harus remedi,"

Dia bangkit dari tempat duduknya, mencengkram daguku dengan keras, "Aku tidak akan melakukan itu!"

"Itu artinya kuliahmu selama 2 tahun ini akan sia-sia karena kau akan mengulang di tahun depan."

"Brengsek!" Dia memaki.

Aku memegang tangannya, melepaskan tangan keras itu dari daguku, "Besok, datang ke ruanganku pada jam 10." Dia terdiam, aku tersenyum, mengelus rahangnya yang segera ia tepis, "Jangan lupakan tentang besok," aku mengingatkannya lagi lalu setelahnya aku pergi meninggalkannya. Aku yakin saat ini dia pasti sedang memaki, menyumpah serapah padaku.

Ocean, harus bagaimana aku menjelaskan tentang pria itu.. Dia, err, sexy. Hampir tiap malam aku memimpikan bersenggama dengannya. Dua tahun lalu, saat itulah aku melihatnya. Dia satu-satunya mahasiswa yang menarik perhatianku. Dia satu-satunya pria yang membuatku basah hanya dengan memikirkannya menyentuhku. Aku menginginkannya, begitu menginginkannya.

Ring,, ring,, ponselku berdering..

"Ya, Sayang."

"Hari ini aku tidak bisa pulang, aku ada perjalanan bisnis 3 hari di Jepang." Aku tahu dia berbohong lagi. Aku tahu.

Aku tersenyum, menutupi sakit hatiku, "Baiklah, hati-hati di jalan."

"Ya, Sayang. Aku mencintaimu, Kyara."

"Aku juga mencintaimu, Tristan."

"Jangan tidur terlalu larut, jangan lupa makan malam."

"Ya, suamiku. Kau juga jangan lupa istirahat."

"Hm, sampai jumpa, Sayang."

"Sampai jumpa, Sayang."

Aku memasukan kembali ponsel ke dalam tas, bagaimana bisa dia masih mengatakan cinta saat hatinya telah terbelah dua? Tristan, kenapa aku sangat takut kau tinggalkan? Kenapa aku bertahan dalam rumah tangga yang terus menyakitiku?

"Jangan menangis, Kyara. Semuanya akan baik-baik saja." Aku menasehati diriku sendiri, aku tidak ingin menangis lagi. Sudah cukup aku menangis selama ini. Aku ingin orang-orang melihatku bahagia, ya aku memang sudah terlalu pandai bersandiwara.

Tak ada lagi jadwalku mengajar, akhirnya aku memilih untuk pulang ke penthouse. Aku dan Tristan memang tinggal terpisah dari Mommy. Kami sengaja melakukan itu agar tak ada yang mencampuri rumah tangga kami, namun percuma, aku pikir orang ketiga sudah masuk terlalu dalam ke hidup kami.