Pustaka
Bahasa Indonesia

Turn On

62.0K · Tamat
Rahmatin Nufus
60
Bab
10.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Sarah membuat kesalahan malam itu usai memergoki kekasihnya berselingkuh, ia malah mabuk dan tidur dengan laki-laki tak dikenal. Hal yang lebih gila lagi adalah saat ia dipindah tugaskan ke Sisilia, ia malah kembali dipertemukan dengan laki-laki itu. Sarah merasa hampir gila saat mengetahui identitas laki-laki tak dikenal itu. Fakta bahwa laki-laki itu ternyata adalah Bos Mafia yang memegang kekuasaan penuh di Sisilia. Sarah berusaha menghindari laki-laki itu namun mengapa seolah takdir tak membiarkan ia menghindari laki-laki itu, keduanya malah terus bertemu dan malah terjebak dalam hubungan yang rumit. Namun sekarang harus bagaimana lagi jika pada akhirnya Sarah malah mulai menyadari bahwa laki-laki itu menarik, mungkinkah ia sudah gila? Bagaimana bisa ia menaruh ketertarikan kepada seorang Bos Mafia bernama Helios Cornelius itu?

One-night StandbadboyTuan MudaRomansaBillionaireSweetPernikahanSalah PahamDewasa

Chapter 01 : Betrayal Wounds

Cahaya matahari yang sebelumnya menerobos masuk melalui tirai sutra yang sedikit tersibak itu mulai meredup, berganti dengan cahaya berwarna oranye yang cukup indah. Cahaya itu membuat perempuan yang sendari tadi berkutat dengan laptopnya menolehkan kepalanya, menatap jendela kaca ruangan kerjanya itu.

Perempuan dengan helaian hitam pekat panjang itu pun tersenyum. "Ternyata sudah sore."

"Kamu akan pulang ke rumah?" Suara pertanyaan yang tiba-tiba terdengar itu sekali lagi membuat perempuan itu menolehkan kepalanya, menatap sosok perempuan berambut pirang panjang yang berdiri di ambang pintu.

"Tidak," sahut perempuan berambut hitam pekat yang tampak mengenakan jas dokter berwarna putih itu.

Perempuan dengan name tag Sarah Hamilton itu tersenyum manis membuat perempuan berambut pirang dengan name tag Savitha Callisto di dadanya itu menyipitkan matanya. "Kenapa kamu tersenyum? Kamu terlihat mencurigakan."

"Bahkan tersenyum pun aku tak boleh," ucap perempuan yang kerap disapa Sarah itu. Berhasil membuat perempuan yang tampak mengenakan pakaian perawat itu tersenyum, ia lantas melangkahkan kakinya memasuki ruangan itu.

"Jadi kamu akan pergi ke mana?" tanyanya.

"Menemui Bastien," sahut Sarah berhasil membuat perempuan cantik seperti barbie hidup yang kerap disapa Savi itu memekik kencang, ia bahkan menutup mulutnya tak percaya.

"Dia sudah kembali?" tanya Savi kaget.

"Ada apa denganmu? Reaksimu berlebihan sekali. Bukankah aku sudah mengatakannya? Ia tak akan lama pergi, hanya mengurus beberapa dokumen saja di China. Aku akan menemuinya di hotel," jelas Sarah membuat Savi tersenyum, menatapnya dengan tatapan menggoda.

"Kalian akan menghabiskan malam bersama?" Savi menatap Sarah dengan tatapan menggoda, menaik turunkan alisnya hingga Sarah meletakkan dokumen di depan dadanya.

"Aku tak semesum kamu." Jawaban Sarah membuat Savi mencibirnya, ia lalu melihat dokumen yang perempuan itu berikan padanya selintas.

"Harus kuberikan kepada siapa?" tanya Savi.

"Tentu saja kekasih tercintamu, Dokter Saaih." Savi yang mendengar nama kekasihnya disebut langsung cemberut, ia lalu meletakkan kembali dokumen yang ia pegang di atas meja Sarah.

Sarah mengerutkan keningnya melihat apa yang Savi lakukan. "Ada apa? Kalian bertengkar?"

"Jangan membahasnya, rasanya aku ingin mencabik-cabik tubuhnya," sahut Savi kesal, melipat tangannya di depan dada berhasil membuat Sarah mendengus geli melihatnya.

"Ada apa?" tanya Sarah sekali lagi, menatap Savi hingga perempuan itu menghembuskan nafasnya kasar.

"Tiba-tiba saja ia mendaftarkan diri menjadi dokter yang akan dipindahkan tugaskan ke Sisilia," ucap Savi membuat Sarah mengerutkan keningnya, ia sudah mendengar hal itu selama sepekan ini namun tak menyangka jika Saaih akan melakukannya.

"Kenapa?" tanya Sarah membuat Savi mendecih pelan. Pertanyaan itu jelas tak bisa ia jawab sebab ia juga masih mempertanyakannya hingga saat ini.

"Entahlah. Dia membuat aku frustasi akhir-akhir ini. Aku bahkan mulai merasa ia tak serius mengencaniku," ucap Savi membuat Sarah mengerutkan keningnya.

"Mungkin perasaanmu saja," ucap Sarah namun Savi segera menggelengkan kepalanya, menyatakan bahwa itu bukan perasaannya saja secara isyarat.

"Aku bertanya kapan ia akan mempertemukanku dengan orang tuanya namun ia malah mengalihkan pembicaraan dan pada akhirnya kami berdebat. Kamu tahu kan kami sudah bersama lima tahun, aku berpikir untuk melanjutkan hubungan ini ke jenjang yang lebih serius," ucap Savi lesu membuat Sarah menatapnya perihatin.

"Aku sangat mencintainya tapi sepertinya ia tak begitu," lanjut Savi membuat Sarah menepuk pelan bahunya.

"Mungkin dia punya alasan," ucap Sarah berusaha menenangkan, tak ingin sahabat baiknya itu berpikir yang tidak-tidak.

Savi tersenyum kecil mendengar ucapan Sarah, ia lalu menatap perempuan itu. "Semoga saja."

"Omong-omong, sepertinya aku harus pergi sekarang," ucap Sarah membuat Savi langsung menganggukkan kepalanya.

"Kamu benar, jangan membuat Bastien Decker itu menunggumu dan malah menyalahkanku atas keterlambatanmu," ucap Savi membuat Sarah tertawa pelan.

"Kalau begitu sampai jumpa," ucap Sarah berpelukan sejenak dengan Savi sebelum ia benar-benar pergi.

Sarah pun keluar dari ruangannya, melewati sekumpulan orang-orang berjas hitam yang tak terlalu ia perhatikan.

°°°

"478." Sarah terus bergumam sambil melirik setiap pintu kamar hotel yang ia lewati. Sarah pun menghentikan langkah kakinya ketika ia menemukan pintu dengan angka 478.

Sarah menekan bel pintu hingga pintunya terbuka. Sarah tampak terkejut ketika melihat orang yang membuka pintu itu bukanlah Bastien melainkan seorang perempuan berambut hitam sebahu.

Tak beda jauh dengan Sarah, perempuan itu tampak sama terkejutnya. "Maaf, Anda cari siapa ya?"

Pertanyaan yang terkesan sopan itu tak membuat Sarah tenang. Sarah mendorong perempuan itu ke dalam dan memasuki kamar itu.

"Apa yang Anda lakukan?" Perempuan itu bertanya dengan bingung namun Sarah tak menjawabnya, ia sibuk mencari keberadaan Bastien hingga ia menemukannya.

Sarah tampak begitu syok setelah ia membuka pintu kamar mandi, melihat sosok Bastien yang baru saja ingin mengenakan bajunya. Sarah menutup mulutnya tak percaya bahkan air matanya hampir menetes.

"Sarah?" Bastien menyebutkan namanya sebagai spontanitas hingga ia melihat perempuan yang sebelumnya menghadang Sarah untuk masuk.

"Tidak-tidak, ini salahpaham Sarah. Ini tidak benar, kamu tahu kan aku? Aku tidak sep-" Plakk. Sebuah tamparan terlebih dahulu menghantam pipi Bastien sebelum laki-laki itu menyelesaikan kalimatnya.

Bastien terdiam membeku, tak bisa berkata-kata usai tamparan itu. Laki-laki itu lantas menyentuh pipinya yang memerah bekas tamparan Sarah.

"Hiks...." Isakan pilu itu pun terdengar membuat Bastien menatap Sarah, merasakan nyeri di ulu hatinya.

"Sarah, ini tidak seperti yang kamu pikirkan." Bastien berusaha untuk menjelaskan bahkan berusaha mengusap air mata di wajah Sarah namun sebelum tangannya menyentuh pipi perempuan itu, tangannya sudah terlebih dahulu ditepis.

"Lalu apa? Apa yang aku pikirkan? Aku sudah melihat semuanya," ucap Sarah dengan suara yang bergetar, menahan lebih banyak air mata yang ingin tumpah pada saat itu.

"Kumohon tenanglah, aku bisa jelaskan," ucap Bastien menyentuh tangan Sarah namun perempuan itu kembali menepisnya, enggan dipegang oleh laki-laki itu lagi.

"Kamu pun tahu Bastien. Satu kesalahan yang tidak pernah aku maafkan, perselingkuhan." Bastien menggelengkan kepalanya setelah mendengar kalimat itu.

"Aku tidak selingkuh," ucap Bastien membuat Sarah tertawa remeh, menyeka air mata di wajahnya.

"Lalu apa? Aku selingkuhanmu?" tanya Sarah tajam.

Bastien frustrasi mendengar kalimat itu. "Sarah dengar, itu tidak benar. Aku tidak selingkuh atau menjadikanmu selingkuhan. Kamu satu-satunya."

Sarah tersenyum lemah mendengar kalimat itu, ia menggelengkan kepalanya pelan. "Sebaiknya kita akhiri saja."

"Apa? Tunggu Sarah, dengarkan aku." Bastien berusaha membujuk Sarah untuk bicara namun perempuan itu enggan, memilih meninggalkan tempat itu meskipun Bastien terus membuntutinya berusaha menjelaskan sesuatu yang menurutnya adalah kesalahpahaman.

"Bastien hentikan, aku lelah," ucap Sarah ketika ia menghentikan langkah kakinya.

"Aku tahu, aku tahu tapi kamu harus dengar Sarah. Ini tidak seperti yang kamu lihat. Kamu tak bisa pergi sebelum segalanya jelas," ucap Bastien membuat Sarah tersenyum remeh.

"Kamu tidak hanya selingkuh Bastien tapi kamu bahkan tidur dengan perempuan lain. Kamu gila? Dan sekarang kamu membual? Aku tak pernah menyangka kamu sebrengsek ini," ucap Sarah yang kemudian memasuki lift, meninggalkan Bastien yang kembali berteriak frustrasi.