Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 02 : One Night

"Mr. Helios Cornelius pasti tak begitu asing dengan negara ini. Dari yang saya dengar Anda adalah keturunan orang Jepang." Laki-laki paruh baya itu bersuara ketika mereka masuki sebuah bar.

Helios Cornelius, laki-laki yang diajak bicara oleh laki-laki paruh baya itu hanya terdiam. Ekspresinya begitu datar dan tatapannya begitu dingin berhasil membuat ia menjadi sorotan ketika memasuki bar itu.

Mata para perempuan tak lepas darinya, mempertanyakan siapa dirinya yang membawa aura misterius sekaligus menggairahkan dengan wajah tampan dan seksi itu.

Laki-laki itu tiba-tiba menghentikan langkah kakinya membuat rombongan yang berjalan bersamanya ikut menghentikan langkah kaki mereka. Membuat orang-orang tak bisa lagi memasuki bar itu karena pintu masuknya di hadang oleh rombongan laki-laki dengan nama pendek Helios itu.

Helios menyipitkan matanya, melihat objek berwarna hitam pekat yang tengah duduk di depan bar table. Rasanya Helios pernah melihat pemilik kepala rambut yang cukup mengganggu matanya itu karena terlalu pekat di rumah sakit sebelumnya.

"Tuan, ada apa?" Laki-laki berambut silver yang melawan gravitasi bumi dan bahkan takdirnya itu bertanya tepat di telinga Helios, suaranya bahkan lebih terdengar seperti bisikan.

"Duluan saja," sahutnya dingin.

Laki-laki itu menganggukkan kepalanya, membawa rombongan itu pergi dari sana. Mereka semua memasuki sebuah ruangan VIP sementara Helios masih berdiri di tempatnya. Hingga ia melihat seorang laki-laki di meja yang berbeda menuangkan sebuah bubuk ke dalam gelas minuman. Laki-laki itu mendekati perempuan itu dan meletakkan gelas itu di dekat perempuan itu dan setelahnya ia pergi.

"Davvero fastidioso," ucapnya pelan.

Helios berjalan mendekati meja perempuan itu, ia berusaha mencegah perempuan itu meminum minuman itu namun ia terlambat, perempuan itu sudah meneguk minuman itu hingga tandas.

"Cazzo," ucapnya membuat perempuan itu menolehkan kepalanya, menampilkan wajah yang penuh air mata.

Sarah menatap Helios dengan kening yang berkerut. Perempuan itu tampak sudah mabuk. "Apa yang kamu katakan?"

Pertanyaan itu membuat Helios menggelengkan kepalanya pelan, ia lantas berniat untuk segera pergi namun tiba-tiba perempuan itu mengatakan kalimat yang membuatnya jengkel.

"Brengsek." Kalimat itu berhasil membuat Helios mengurungkan niatnya. Laki-laki itu lantas mendudukkan dirinya di samping Sarah dan menatapnya.

"Maaf Nona tapi saya bukan laki-laki seperti itu," jelasnya namun Sarah malah tiba-tiba menyentuh alisnya.

"Kamu punya alis? Bagus. Iya, lebih bagus punya alis. Laki-laki yang tak punya alis tidak bagus sama sekali," ucap Sarah meracau kemudian tertawa.

Helios menahan tawanya mendengar kalimat itu. Sementara Sarah bertepuk tangan dengan gembira membuat Helios mendengus geli.

"Carino," ucap Helios hingga tiba-tiba Sarah meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Helios. Perempuan itu kemudian tersenyum lebar.

Cup. Mata Helios melebar mendapati kecupan hangat di bibirnya itu. Helios menyentuh bibirnya lalu menatap perempuan asing yang berani menciumnya. Sementara Sarah yang ditatap malah kian melebarkan senyumannya.

Helios beranjak dari duduknya, memundurkan langkah kakinya masih terkejut bahkan bibirnya masih setia ia sentuh.

"Tuan Muda Kedua?" Suara panggilan tepat di belakang tubuh Helios membuat laki-laki itu gelagapan, ia lalu menolehkan kepalanya dan kembali melihat sosok laki-laki berambut silver melawan gravitasi bumi itu.

"Korvin," ucapnya.

Laki-laki bernama Korvin itu menganggukkan kepalanya, ia lalu menatap Sarah yang duduk sambil tersenyum ke arah mereka. "Tuan mengenalnya?"

Mendengar pertanyaan itu Helios buru-buru menggelengkan kepalanya. Korvin pun mengerutkan keningnya melihat tingkah aneh Helios.

"Begitu rupanya. Mereka menyiapkan beberapa perempuan, apakah Anda tertarik?" tanya Korvin membuat Helios menggelengkan kepalanya.

"Kalau begitu mari kembali ke hotel, kita harus kembali ke Sisilia besok pagi," jelasnya membuat Helios menganggukkan kepalanya.

Keduanya pun melangkahkan kaki dari sana namun baru lima langkah Helios kembali menghentikan langkah kakinya. "Davvero fastidioso."

"Menyebalkan? Siapa yang Anda maksud benar-benar menyebalkan?" tanya Korvin membuat Helios akhirnya menatapnya, ia tampak memijat keningnya.

"Duluanlah," ucap Helios membuat Korvin menganggukkan kepalanya, memilih pergi duluan sesuai perintah.

Helios kembali ke tempat Sarah berada. Perempuan itu kali ini sudah tak sadarkan diri dan dengan terpaksa Helios menggendongnya.

°°°

Ponsel Helios tiba-tiba berdering saat ia hendak meletakkan Sarah yang tak sadarkan diri dalam gendongannya. "Cazzo."

Tiba-tiba Sarah bergerak membuat keseimbangan Helios sedikit terguncang, alhasil keduanya jatuh di atas ranjang.

"Cazzo," ucap Helios sekali lagi.

"Ahh..." Suara desahan tiba-tiba itu membuat Helios kaget, ia lalu menatap Sarah yang tengah berusaha melepaskan pakaiannya.

Helios memalingkan wajahnya, buru-buru ia berdiri namun Sarah malah menarik tubuhnya dan menindihnya. "Ahh... panas."

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Helios hingga Sarah menatapnya. Wajah perempuan itu tampak memerah, ia bahkan sesekali mengusap tubuhnya.

Perempuan itu kemudian mendekatkan wajah dengan wajah Helios, ia lalu memiringkan wajahnya, mengecup bibir Helios dengan perlahan hingga suara kecupan bibir memenuhi ruangan itu.

Helios mengangkat tubuh Sarah membuat perempuan itu berada di atas pangkuannya. Hingga tangan laki-laki itu berada di bokongnya.

Ciuman itu berakhir dengan nafas keduanya yang sama-sama memburu. Helios menyatukan kening keduanya. Dengan perlahan laki-laki itu melepaskan kemeja yang Sarah kenakan hingga tubuh bagian atas perempuan itu terlihat. Mata Helios kemudian menatap payudara Sarah yang masih dibalut sebuah bra berwarna hitam.

"Kenapa kamu menatapku saja? Bukankah kita sudah dekat?" tanya Sarah yang nampak benar-benar mabuk bahkan ia menatap Helios dengan tatapan menggoda membuat Helios kembali menatapnya.

Helios mengusap bahu Sarah mengecup bahu perempuan itu membuat perempuan itu mendesah berulang kali.

"Ohh... shttt..... ahhhhh...."

Suara desahan perempuan itu mengisi ruangan itu hingga Helios mengusap lehernya, mencium aroma memabukkan di sana. Helios menjilat lehernya lalu kembali mengecup bibirnya.

Helios menidurkan tubuh Sarah perlahan hingga perempuan itu berbaring di atas tubuhnya masih dalam posisi berciuman. Helios kemudian melepaskan ciumannya, menatap perempuan itu yang tampak begitu bergairah.

Sarah menyentuh dada bidang Helios, menelusuri tubuh berotot yang yang dibalut oleh kemeja hitam. "Apa yang ada dibaliknya?"

Pertanyaan itu membuat Helios mendengus, perempuan itu benar-benar lucu. Helios pun melepaskan kemeja yang ia kenakan, memperlihatkan tubuh atletis nan seksinya.

Helios kembali mendekati Sarah, melepaskan pengait bra yang perempuan itu kenakan, memperlihatkan payudaranya yang tak terlalu besar namun tak bisa dikatakan kecil. "Ukuran yang bagus Miss."

Helios menatap Sarah yang menatapnya dengan tatapan menggoda membuat laki-laki itu tersenyum miring. Bibirnya pun mendekati puting Sarah, menghisap puting itu dengan perlahan memberikan sensasi geli yang tak tertahankan.

"Ahhhh....." Desahan itu terus terdengar pada setiap isapan pada puting berwarna merah muda itu. Sarah menyukai itu, kenikmatan yang disuguhkan oleh laki-laki itu membuat tubuhnya terus bergerak. Rasanya Sarah bisa gila jika terus begini, laki-laki ini benar-benar tahu cara menyenangkan seorang perempuan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel