Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 Mengusir Yunika

***

Di sisi lain. Karena kejadian malam itu, komplotan penjahat yang menyamar dan masih berada di kediaman keluarga Irawan mulai panik. Tentu saja mereka tidak ingin tertangkap semudah itu.

Menurut pemimpin mereka semuanya tinggal selangkah lagi dan masalah akan selesai. Tidak ada yang perlu ditakutkan. Apalagi posisi pewaris utama keluarga sudah tidak ada lagi.

Felix Irawan keluar dari kediaman besar pagi-pagi untuk menyelidiki bawahannya yang ditahan di kantor polisi. Mereka pasti akan diinterogasi untuk mengaku. Dan semua itu akan memakan beberapa waktu. Selama proses tersebut Felix sangat cemas dan menyuruh pengacara untuk datang menebus semua yang tertangkap semalam.

Judika tidak bisa menahan kecurigaannya bahwa pengacara yang datang ke kantornya sudah disewa oleh orang berkuasa.

"Komandan, Anda harus setuju dan membebaskan tahanan, kami sudah menebusnya!" Ujar pengacara tersebut.

Judika menatap surat persetujuan yang sudah diberi stempel.

Judika tahu pengacara itu adalah orang terkenal dengan kemampuannya dalam membebaskan orang.

"Pengacara Ye, Anda benar-benar cepat dalam mengambil tindakan! Ngomong-ngomong sebelum mengabulkan keinginan Anda untuk membebaskan mereka, apakah sebaiknya kita tidak bertanya pada pihak terkait? CEO keluarga Irawan yang terhormat harus mengetahui masalah ini! Pria yang aku kurung di dalam ruangan tahanan sudah hampir melenyapkan nyawa CEO!"

Pengacara Ye tampak pucat pasi, ekspresi wajahnya terlihat begitu buruk sekarang. Dia hanya tidak mengira bahwa komandan di kantor polisi itu akan memiliki keberanian dan tidak langsung setuju dengan surat pembebasan yang sudah diberi stempel resmi.

Judika sengaja bertindak demikian, pria itu juga mengambil gagang telepon di atas meja kerjanya dan menekan nomor telepon kediaman keluarga Irawan.

Pengacara Ye tidak pernah gagal dalam urusannya. Dan dia terlihat cemas ketika telepon tersebut mulai terhubung dengan pihak lain.

Pertama-tama yang dilakukannya. Judika mengatakan apa yang terjadi di kantor.

"Bisakah saya berbicara dengan Tuan Besar Irawan?"

Pihak di seberang sana menanyakan masalah dan dari mana telepon tersebut berasal.

"Ya, ini dari kantor polisi, hal ini sangat penting jadi saya harus berbicara dengan beliau."

Setelah mendengarnya, pihak lain di seberang sana langsung menolak untuk menyambungkannya. Judika merasa ada yang tidak beres di kediaman Regan Irawan. Beberapa penjahat pun menyamar menjadi pelayan dan sengaja digunakan untuk menutup dan tidak menyampaikan informasi penting dari luar kediaman.

Judika ingin berbicara lebih lanjut tapi sayangnya telepon sudah ditutup dari seberang sana.

Pengacara Ye yang tadi cemas kini mulai berani angkat bicara.

"Saya sudah bilang pada Anda, hal ini harus segera diurus dan diselesaikan dengan cepat!"

Judika tidak memiliki pilihan pada awalnya dan dia masih berharap agar tahanan yang jelas-jelas ingin menghabisi nyawa Regan mendapatkan hukuman setimpal. Banyak pasal-pasal yang menentang kebebasan penjahat-penjahat itu, Judika merasa pengawasan di kediaman Irawan begitu lemah hingga ada penjahat yang menyusup masuk bahkan berniat membunuh.

Judika segera menghubungi atasannya, dan alasannya langsung ditolak begitu saja karena dianggap tidak memiliki bukti yang cukup.

Judika menatap pengacara Ye dengan tatapan kesal. Dia segera memangil bawahannya dan memberikan perintah agar tahanan dibebaskan.

Para penjahat yang ditahan semalam dibebaskan begitu saja. Mereka keluar dengan perasaan bangga serta memandang rendah Judika.

Setelah mereka keluar dari kantor, Judika termenung di kursinya.

"Siapa yang berada di balik semua ini? Jelas sekali mereka bukan orang sederhana! Bahkan hukum masih tidak bisa menyentuhnya! Aku tidak percaya keluarga Irawan akan membebaskan penjahat begitu saja!"

***

Setelah para penjahat itu dibebaskan mereka langsung dibawa ke dermaga untuk dihabisi. Mayat mereka semua dibuang ke laut seperti sampah yang harus dimusnahkan!

Judika menerima telepon dan segera pergi ke lokasi untuk menyelidiki lebih lanjut. Semua jejak sengaja dihapus, mayat-mayat itu ditebas di bagian leher hingga mereka kehabisan darah dan mati.

Melihat senjata tajam yang digunakan, Judika yakin senjata itu adalah benda yang sama dengan senjata yang digunakan untuk membunuh Rebel. Sebuah samurai tipis dengan ukuran tidak biasa. Tusukan di perut dan dada Rebel sebelumnya sampai tembus ke punggungnya.

Pembunuh keji itu sangat kejam, Judika yakin keduanya berhubungan dalam kasus yang sama.

Saat menyelidikinya, ponsel dalam saku Judika berdering nyaring.

Ketika melihatnya dia melihat Yunika menelepon.

"Ya? Ada apa?" Tanyanya. Dari nada suaranya bisa terdengar kalau Judika sangat tertekan dengan kasus yang dia tangani baru-baru ini.

Ketika hampir menemukan bukti dari kasus-kasusnya semuanya dengan mudah dihapus dan dilenyapkan lagi oleh orang yang terlibat.

"Bagaimana dengan orang-orang itu? Apa mereka sudah mengaku?" Tanyanya dengan tidak sabar.

"Mereka semuanya sudah mati!" Jawab Judika dengan nada suara tertekan.

"Ma-mati? Sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana mungkin mereka mati? Siapa yang membunuhnya?"

Judika tidak langsung menjawab dan pria itu menghela napas dalam-dalam.

"Kak?" Yunika memanggilnya dari telepon. Yunika merasa cemas dengan kakaknya.

"Yunika, bagaimana kalau kamu keluar saja dari kediaman itu?" Tanyanya.

"Keluar? Sebenarnya apa yang terjadi?"

Judika segera menceritakannya, serta kecurigaan Judika tentang beberapa penjahat yang menyamar sebagai pelayan di kediaman tersebut.

Sekali tertangkap maka nyawa Yunika akan berakhir seperti Rebel.

Tidak lama setelah itu, Yunika mendengar langkah kaki masuk ke dalam ruangan.

Yunika segera menutup teleponnya dan memasukannya ke dalam saku.

Begitu melihat, Yunika mendapati Wina berdiri di depan cermin dalam toilet.

Yunika membungkuk untuk memberikan hormat padanya lalu berniat keluar dari dalam toilet.

"Nona Yun? Anda tahu di dalam kediaman ini tidak diizinkan membocorkan apa pun! Semalam Anda sudah menelepon polisi tanpa memikirkan nama baik keluarga Irawan! Menurut peraturan yang tertulis dalam kontrak kerja, Anda harus mengundurkan diri!"

Yunika tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia juga tidak membaca peraturan yang disebutkan tersebut dalam surat kontrak kerja kemarin.

Awalnya Yunika merasa dia memang harus pergi hari ini, tidak ada gunanya untuk terus bertahan di dalam kediaman tersebut.

Saat memikirkannya cukup lama, tiba-tiba pengurus yang biasanya tinggal di sisi Regan sudah menunggu di luar pintu.

Yunika yang sudah keluar dari dalam toilet terlebih dahulu bisa melihat ekspresi tidak senang pada wajah Wina.

"Tuan Mo," Wina membungkuk hormat padanya.

"Ya, Nona Yun, silakan ikut saya!" Perintahnya.

Yunika mengernyitkan keningnya dengan perasaan bingung.

"Tuan Mo, saya sudah membahas masalah pengunduran diri Nona Yunika beberapa saat yang lalu. Saya pikir Nona Yunika sudah waktunya untuk berkemas dan mengurus prosedur pengunduran diri." Ujarnya dengan sopan pada Morgan.

"Mengundurkan diri?" Tanya Morgan dengan senyum di bibirnya.

Tatapan mata Morgan beralih ke arah Yunika. "Nona Yun?"

Sebelum Yunika bicara, Wina segera memotong pembicaraan mereka di tengah. "Maaf, Tuan Mo, Nona Yunika tidak mematuhi peraturan yang tertulis di poin-poin dalam kontrak kerja sebagai pelayan, jadi saya memberikan keputusan yang sesuai dengan peraturan di kediaman ini. Saya harap Tuan Mo tidak mempersulit ku."

"Bolehkah saya tahu apa itu?" Pancing Morgan dengan sengaja.

Wina menatapnya dengan curiga. Ekspresinya menjadi lebih buruk dari sebelumnya karena tidak menyangka Morgan mulai ikut campur dengan keputusannya di kediaman tersebut.

"Pelayan tidak boleh menghubungi pihak berwajib tanpa meminta izin terlebih dahulu dengan Tuan Rumah. Anda tahu Ketua tidak ingin berurusan dengan polisi semenjak peristiwa kecelakaan yang menimpa Nyonya Lusi. Tindakan Nona Yuni membuat saya harus mengambil tindakan ini." Perkataan yang disampaikan Wina begitu sopan.

Morgan tahu dari Regan bahwa semua penjahat yang dikirim ke kantor polisi semuanya sudah mati beberapa saat yang lalu, dengan cepat Regan meminta Morgan untuk memanggil Yunika karena semalam Yunika terlibat dalam kejadian itu.

Dan saat memanggil Yunika, Morgan mendengar dengan telinganya sendiri bahwa Wina ingin menyingkirkan Yunika dari kediaman Irawan tanpa berdiskusi dengan siapa pun. Dan setelah berhasil mengusir Yunika, mungkin saja di luar sana Yunika akan dihabisi sama seperti nasib para pelayan yang mengetahui hal-hal yang tidak harus diketahuinya. Melihat kekuasaan kepala pelayan yang hampir mengambil alih posisi tuan rumah, membuat Morgan menaruh curiga padanya.

Untungnya sebelum pergi mencari Yunika, Morgan tahu hal-hal seperti ini pasti akan terjadi.

"Kepala Pelayan Win, Tuan Muda meminta saya untuk memanggil Nona Yun, masalah pengunduran diri yang Anda sebutkan tadi Anda tidak perlu khawatir karena saya akan membahasnya dengan Tuan Muda secara langsung."

Wina mengepalkan tangannya, dia tidak memiliki alasan lagi untuk mengusir Yunika keluar. Dengan terpaksa dia mengukir senyum di bibirnya lalu membungkuk untuk memberikan hormat padanya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel