Bab 5 Siapa Yang Menulis Buku Harian Itu?
Setelah berpamitan dengan Griswald dan Silas, Calista kembali ke rumah ayahnya.
Rumah penuh debu karena sudah lama tidak dibersihkan.
Calista mengenakan celemek dan mulai bersih-bersih.
Dia menemukan foto pernikahannya dengan Lancelot di bawah sofa. Di dalam foto itu, dia tersenyum manis sedangkan Lancelot terlihat dingin dan tidak sabar.
Di sebelahnya ada buku catatannya.
Buku catatan itu menulis makanan kesukaan, barang yang digunakan dan serangkaian hobi pria itu.
Semua pikirannya tertuju pada Lancelot dan dia berusaha keras dalam pernikahan yang didapatkan dengan susah payah ini. Namun, kenyataan memberikan tamparan keras untuknya.
Matanya terasa perih, Calista mendongak supaya air matanya tidak jatuh.
Suara notifikasi pesan membangunkannya, dia mengambil ponsel dan melihatnya.
"Kak, kamu membantuku enam tahun yang lalu dan aku akan membantumu enam tahun kemudian. Lakukan semuanya dengan berani, aku akan mendukungmu."
Hati Calista terasa hangat.
Meskipun Silas benar-benar ingin membalasnya, tapi dia tidak ingin bergantung pada siapa pun. Sejak menikah dengan Lancelot, dia membuang semua emosinya demi menjadi seorang istri yang baik dan hampir lupa bagaimana bebasnya dia dulu.
Calista mengambil ponselnya dan menelepon nomor itu.
"Calista, apa yang ingin kamu lakukan lagi?" Terdengar suara dingin Lancelot.
Suara Calista juga sama dinginnya dengan Lancelot, seolah sedang berbicara dengan orang asing, "Jangan lupa pergi mengurus prosedur perceraian di Biro Urusan Sipil pada hari Senin besok."
Lancelot mengerutkan alisnya, "Kamu ..."
Sebelum dia selesai bicara, Calista telah menutup teleponnya, sedangkan pria itu memegang ponselnya dengan erat dan matanya terlihat suram.
"Lancelot, siapa yang meneleponmu?" Di ranjang kamar tidur, Nydia melihat ke balkon dengan curiga.
Lancelot menyimpan ponselnya dan berjalan ke arahnya seolah tidak ada yang terjadi, lalu merapikan selimutnya, "Tidak apa-apa, kamu minum obatnya dulu."
Wajah pucat Nydia terlihat kasihan. Dia memegang tangan pria itu dan berkata dengan sedih, "Rebusan obat herbal terlalu pahit, aku tidak suka dengan rasanya."
Lancelot mengerutkan alisnya, "Seingatku, saat kita menjadi sahabat pena dulu, kamu mengatakan tidak takut dengan obat herbal, bukan? Ayo, kamu baru bisa pulih kalau meminum obatnya."
Dia hanya asal mengungkitnya dan tidak menyadari ada perubahan di mata Nydia.
Namun, Nydia mendongak dan matanya terlihat berair, "Baik, aku akan mendengarkanmu."
Nydia koma selama enam tahun, jadi tubuhnya kurus, wajahnya pucat dan kepribadiannya masih seperti saat kuliah dulu.
Penampilannya yang seperti ini membuat hati pria itu terasa sakit, "Lain kali, aku akan meminta asisten Roger mengganti obat herbal menjadi obat biasa."
Nydia tersenyum dan berkata manja sambil memegang lengannya, "Kamu baik sekali."
Setelah keluar dari kamar, Lancelot turun ke lantai bawah, Mayda membawakan semangkuk sup ginseng, "Bagaimana kondisi Nydia?"
"Dia baru selesai minum obat dan sedang menelepon ayah ibunya."
Mayda tersenyum, "Lancelot, ayah Nydia adalah ketua dewan komisaris Grup Fairecho. Dia setuju kita membawa Nydia pulang artinya menyetujui pernikahanmu dengannya. Keluarga kita tidak boleh mengabaikan Nydia."
Ketika melihat wajah penuh perhatian ibunya, Lancelot tiba-tiba teringat saat Calista sakit tahun lalu.
Waktu itu, Mayda marah di lantai bawah dan membanting barang, Calista turun dan memaksakan dirinya masak meskipun sakit.
Tapi Lancelot segera membuang pikiran kacaunya. Calista pantas mendapatkan semua perlakuan ini. Pertama-tama, dia menabrak Nydia, lalu memanfaatkan kesempatan untuk menikah dengannya.
Mayda melihat ke kanan kiri, "Di mana Elton? Aku tidak melihatnya hari ini."
Setelah itu, terdengar suara bantingan pintu, wajah Elton terlihat gelap dan pulang dengan emosi.
"Elton, ada apa denganmu?" Mayda segera meletakkan mangkuknya lalu menghampiri dan memegang putranya.
Elton mendorong tangannya, "Ibu, aku baik-baik saja."
Kemudian, dia melihat kakaknya dan berkata, "Kakak, aku melihat Calista di bar hari ini. Dia terlihat akrab dengan seorang model pria."
Wajah Lancelot terlihat suram, "Siapa?"
