Bab 20 Jasa Antar Jemput
Bab 20 Jasa Antar Jemput
Arjuna berhasil menemukan program drama yang disukai Vira. Saat acara sudah mulai diputar, Vira mulai fokus menonton sambil duduk di atas pangkuan Arjuna. Setelah beberapa menit Arjuna mulai merasa pegal. Vira bukan gadis kecil lagi sehingga bobot tubuhnya juga semakin berat. Ia lalu merubah posisi duduk. Isvira sekarang tepat di sampingnya. Hati Arjuna gembira. Sebenarnya ia tidak ikut menonton karena pandangannya lebih sering mengarah ke layar ponselnya. Tetapi ia sedang menikmati waktu berduanya dengan Isvira tanpa sungkan terhadap kakek atau nenek Isvira.
Jika tak ada yang menarik di layar gawainya maka ia akan mengamati wajah Vira dengan lekat. Ia mengelus lembut pipi gadis itu. Ia memperlakukan Vira seperti porselen yang tidak boleh dikasari. Jika sampai salah tindak maka akan pecah berantakan. Bosan menatap pipi dan hidung bangir gadis itu, Arjuna menarik lepas ikatan rambut Vira sehingga rambutnya yang panjang tergerai.
Ia terpesona menyadari kecantikan alami dari Isvira. Ia benar-benar jatuh cinta pada gadis yang masih kecil itu. Sembilan tahun selisih umur di antara keduanya. Isvira baru duduk di bangku SMP dan Arjuna di usia dua puluh tahun.
“Eh, kakak mau apa?” tanya Vira menjauhkan wajahnya saat Arjuna mendekatkan wajahnya ke kepala dari Vira.
“Jangan takut. Kakak hanya ingin menikmati aroma dari rambutmu. Wanginya kakak suka,” balas Arjuna. Ia mengelus untaian rambut Vira untuk merasakan kehalusannya. Lalu ia menghidu kumpulan utas berwarna hitam itu.
“Benar-benar wangi,” ujar Arjuna.
“Kak Juna, ayo ikut nonton! Dramanya seru.”
“Iya."
Setelah itu Arjuna memeluk pundak Vira sambil membelai rambutnya sesekali. Ia lakukan sambil berpura-pura menatap layar kaca. Sementara yang dipeluk tetap santai tanpa protes apa pun.
Arjuna memperlakukan Vira seperti pacarnya. Di saat yang bersamaan, Arjuna berusaha menekan libidonya. Pikirannya penuh dengan niat untuk menaklukkan Isvira. Ia sangat yakin kalau gadis itu tidak akan bisa lari dari terkamannya.
Tetapi Arjuna masih menyadarkan diri sendiri. Ia tetap berjuang keras untuk menahan hasratnya agar tidak menyentuh Vira secara berlebihan. Untunglah Isvira juga masih polos. Akan sangat berbahaya kalau Vira mulai terpancing, Arjuna pasti tidak akan bisa mengendalikan diri lagi.
Isvira tidak paham apa yang ada dalam benak Arjuna. Ia tidak bisa mengerti bahasa tubuh dan arti dari tatapan Arjuna padanya. Ia terkesan cuek karena memang ia tidak tahu apa yang Arjuna inginkan. Vira tidak tahu maksud dan tujuan sebenarnya dari pemuda itu mengajak Vira bermain ke rumahnya.
Kalau Arjuna menjadikan Vira sebagai bahan fantasinya, maka sebaliknya gadis itu menganggap Arjuna sebagai kakaknya. Walaupun beberapa sentuhan Arjuna membuat Vira kehilangan konsentrasi. Pikiran Vira harus terbagi antara drama yang sedang seru atau adanya Arjuna yang begitu dekat dengannya.
“Jangan seperti itu, Kak. Vira merasa geli.” Gadis itu menepis jemari Arjuna yang mengelus lengan bagian bawahnya.
Kalau tangan Arjuna tenang maka ia ganti menatap Vira lekat tanpa berkedip.
“Mengapa Kakak menatapku terus-menerus, bukannya nonton?” Awal Arjuna menggerai rambutnya dan memeluk pundaknya sudah membuat Vira heran. Tetapi tidak ia katakan. Namun saat Arjuna menatap matanya tanpa berpindah, ia lontarkan apa yang ada dalam benaknya.
Arjuna menatap Vira sambil berfantasi sendiri dengan pikirannya. Pemuda itu mulai memikirkan dan membayangkan bagaimana hubungannya dengan Vira di masa yang akan datang. Arjuna berharap ia akan menjalin ikatan percintaan dengan Vira.
Setelah Arjuna diam dari pikiran liarnya yang berkelana ke segala arah, ia dengan sadar membisikkan sesuatu di telinga Vira. “Kamu tidak boleh memiliki pacar atau dekat dengan laki-laki yang lain. Kamu hanya boleh melayaniku nanti, saat kamu sudah selesai sekolah.”
Suara lembut Arjuna membuat Vira geli sendiri. Bukannya membalas apa yang disampaikan oleh Arjuna, tiba-tiba Arjuna dikagetkan dengan suara Isvira yang sedang tertawa panjang. Arjuna mengira kalau Vira sedang menertawakan lelucon yang mungkin muncul pada acara yang sedang ia saksikan. Tapi Arjuna salah. Apa yang membuat Vira lucu tak lain adalah setelah mendengar bisikan tadi di telinganya.
Vira mengatakan ke Arjuna kalau Arjuna bertindak sama seperti seorang pacar. “Sikap Kak Juna seperti Hiro di dalam televisi.”
“Sikap yang mana?” tanya Arjuna.
“Makanya diikuti ceritanya, Kak. Jadi, Hiro itu sedang jatuh cinta dengan Melati. Ia sangat menyukai Melati. Sayangnya, Melati sama sekali tidak menghiraukan perjuangan Hiro. Melati selalu ada dalam pikiran Hiro. Sampai ia berhalusinasi tentang bagaimana hubungan mereka kalau sudah menikah, tanpa diketahui Melati.”
Arjuna hanya bisa berdiam diri dan terpaksa menyimak sebentar drama yang sedang berlangsung agar bisa membuat Vira paham dengan maksudnya.
“Kakak mau jadi Hiro. Kakak mau selalu membahagiakan orang yang Kakak sayangi. Kakak sekarang sedang mencari Melati. Nanti, kalau Melati sudah ketemu, dialah yang akan menjadi pasangan Kakak,” tegas Arjuna saat ada jeda iklan.
“Siapa Melati yang Kakak cari?”
“Belum ketemu. Vira mau jadi Melati buat Kakak?” tanya Arjuna untuk mengetes pemahaman Vira akan maksud perkataannya.
“Tidak tahu. Melati itu tidak menyukai Hiro kalau menurut cerita.”
“Tidak apa-apa. Intinya, Kakak ingin seperti Hiro. Nanti baru kit acari Melati yang mau membalas cinta dari Hiro.”
“Ya, bersambung Kak ceritanya. Sudah habis.”
Arjuna gemas melihat ekspresi tidak puas dari Vira karena dramanya sudah selesai. Ia mencubit hidung dari Vira.
“Kita pulang sekarang. Nanti, minggu depan kita datang lagi untuk ikuti kelanjutan dramanya.”
Isvira setuju. Ia ingat pesan dari nenek agar tidak pulang terlalu larut. Arjuna mengantarkan Lexi dan Vira pulang ke rumah mereka. Sepanjang perjalanan pulang di mobil, Lexi terus berbicara.
“Kak Juna, nanti kita main lagi ke rumah Kakak. Permainan tadi seru sekali. Lexi belum puas. Lexi ingin mendapatkan skor yang paling tinggi.”
“Tenang. Tadi Kak Juna janji untuk kita datang lagi. Acara drama Kak Vira juga masih berlanjut. Itu drama berseri soalnya.”
“Benar ya, Kak Juna,” cecar Lexi ingin mendengar jawaban dari Arjuna.
“Iya. Selama kakek dan nenek kalian setuju kita bisa setiap minggu bermain di kamar Kakak.”
“Asyik. Nanti Lexi boleh ajak Wilson? Biar bisa lomba berdua. Pasti lebih seru lagi.”
“Boleh! Nanti Kak Juna akan ijin pada kakek dan nenek. Kita juga akan mengajak serta adik kalian yang bungsu.”
Jawaban Arjuna membuat Lexi puas. Ia tidak lagi banyak berbicara karena harapannya sudah terpenuhi.
Setibanya mereka di tempat tujuan, Arjuna membiarkan Lexi turun dari mobil terlebih dahulu. Sedangkan Isvira ditahan oleh Arjuna agar tidak turun dulu. Arjuna meminta Vira untuk mengatakan ke kakeknya agar Arjuna yang mengantar dan menjemput Isvira setiap hari ke sekolah.
Saking senangnya Vira, akhirnya dia menyetujui saja apa maunya Arjuna dan Vira setuju dengan tawaran itu. Dia berjanji untuk membicarakan permintaan Arjuna secepatnya pada kakek dan neneknya.
Arjuna dan Isvira akhirnya turun dari mobil. Arjuna pamit pada kakek dan nenek dari Vira karena sudah sangat malam.
Sepeninggal Arjuna, Vira langsung bicara pada kakek dan neneknya tentang permintaan Arjuna. Awalnya, nenek Isvira masih tidak mau karena ia ingin suaminya punya rasa tanggung jawab mengantar dan menjemput cucu-cucunya. Biar kakek juga punya kesibukan. Tetapi kakek meyanggah dengan mengatakan kalau ia masih mengurus Wilson. Jadi, akan lebih aman bagi Vira dan Lexi diantar dengan mobil. Bukan hanya Vira sendiri tetapi tetap harus bersama Lexi. Kakek tegas mengatakan hal itu karena lagi-lagi, kakek tidak mau Vira berdua saja dengan Arjuna.
Bersambung
