Pustaka
Bahasa Indonesia

Top Broker

74.0K · Tamat
Gita Papao
67
Bab
494
View
9.0
Rating

Ringkasan

Adrian berjuang sendiri, di Ibu kota Jakarta yang sangat kejam ini. Sanak keluarganya berada di desa, Dia berjuang mati-matian untuk meraih mimpinya. Dalam perjalanannya, Adrian melamar pekerjaan di Sebuah perusahaan. Sebagai Telemarketing atau bisnis consultant. Meski pahit, awal mulanya ia tetap bertahan demi mendapatkan hasil dari kerja kerasnya. Adrian percaya kerja keras dan kesungguhan tidak akan mengkhianati hasil. Awal mulanya, Adrian tidak mendapatkan gaji pokok. Tetapi, setelah Adrian closing ia mendapatkan gaji melebihi UMR Jakarta. Bahkan, Adrian juga mendapatkan komisi, bonti dan halowen. Adrian, yang dulunya di hina oleh teman sekolah di desanya karena ia tidak memiliki hasil dari kerjanya. Kini, Adrian berhasil membuktikan bahwa setiap usaha pasti ada hasil. Adrian kini memiliki rumah mewah, mobil dan dapat berkeliling ke luar negeri dengan penghasilan dari hasil kerjanya. Banyak negara, yang sudah Adrian kunjungi. Cover By Alexa kim

MetropolitanSweetMenyedihkanDewasaBaper

Merantau Ke Ibu Kota

Adrian, meninggalkan kampung halamannya kota Bengkulu. Ayah dan Ibu Adrian hanya seorang petani.

"Ibu dan Ayah, doakan Adrian, Adrian ingin merantau ke Jakarta. Adrian ingin sukses di Jakarta. Doakan, Adrian. Adrian ingin, membuat Ayah dan Ibu bangga."

"Iya nak, doa Ibu selalu menyertai kamu sayang."

"Iya, anak lelaki harus kuat mental, harus bermental baja. Karena, kelak kamu itu akan menjadi suami dan menghidupi istri dan anakmu."

Dengan, berlinangan air mata Adrian menangis dan memeluk Ayah dan Ibunya.

Adrian pergi dari Bengkulu menuju Jakarta, Mengunakan alat transportasi Bus Angkutan Umum. Kurang lebih, tiga hari perjalananya.

Ayah dan Ibu Adrian membekalinya uang sekitar tujuh juta rupiah, untuk bekal perjalan hidupnya selama di Jakarta. Untuk ia, mengekos dan mencari pekerjaan.

Adrian, mencari kosan yang murah. Seharga lima ratus ribu rupiah, dengan kosan sederhana.

Adrian menulis banyak lamaran, Adrian mulai menyebar lamaran tersebut.

Adrian selalu, mendatangi mall. Dia, mulai rajin mengirim surat lamaran kerja. Tidak hanya, di mall. Tetapi, Adrian juga menaruh lamaran tersebut di Alfamart dan Indomaret.

Selang dua minggu, Adrian mendapat panggilan interview di Indomaret. Adrian mengikuti setiap seleksi, Adrian akhirnya terpilih menjadi Pramuniaga di Indomaret.

Adrian berharap, jika ia lebaran dapat pulang ke kampung halamannya. Adrian sudah sangat rindu kepada Ayah dan Ibunya.

Tetapi, sayangnya di waktu bulan puasa ia ingin mengajukan cuti di hari lebaran. Ditolak dan di tentang oleh Kepala tokonya.

"Tidak bisa cuti lebaran Dek Adrian. Kamu kan, disi baru Dek. Lebaran itu ramai, justru kita harus rela tidak cuti. Jadi kita lebaran di sini saja. Untuk apa kamu pulang? Toh juga, kamu harus tetap kerja. Gaji di hari lebaran lebih besar dari hari biasa."

"Tetapi, saya harus tetap pulang Bang. Saya sangat merindukan Ayah dan Ibu, saya tidak mau jika saya tidak pulang dari hari raya idul fitri."

"Kamu ini laki-laki, jangan manja dan lembek gitu. Saya yakin, Ayah dan Ibumu juga mengerti kamu tidak bisa pulang ke Bengkulu."

Dalam hati, Adrian ngebatin dan mendongkol sendiri. Adrian yang kalap dan terbawa emosi. Kini, memukul wajah kepala tokonya.

Karena, kejadian itu Adrian harus di pecat dari Indomaret. Adrian melamar pekerjaan. Akhirnya, Adrian di terima di sebuah perusahaan ternama. Disaat, Interview ia melamar sebagai cleaning servise. Tetapi, Manager yang menginterviewnya menolaknya dan berkata.

"Kamu serius nak?"

"Iya Pak, saya serius ingin melamar pekerjaan sebagai cleaning servise. Ada yang salahkah dengan lamaran yang saya ajukan?"

"Tidak ada nak, Apakah kamu ingin menjadi sukses nak?"

"Iya Pak saya ingin menjadi sukses, apalagi saya perantau? Jadi, saya harus menjadi orang yang sukses. Untuk mengubah hidup, saya ingin membahagiakan Ayah dan Ibu saya di kampung."

"Yasudah, apakah kamu mau jika saya tawarkan pekerjaan yang membuat kamu menjadi sukses? Karena saya, yakin kamu bakalan menjadi orang sukses dan berhasil.

"Iya Pak, saya mau menjadi orang yang sukses dan berhasil. Saya ingin melamar pekerjaan, untuk menjadi orang sukses dan berhasil."

"Yasudah, kamu saya terima bekerja disini. Sebagai marketing atau bisnis consultant. Tetapi, tidak ada gaji pokoknya. Tetapi, setelah kamu berhasil closing satu nasabah saja. Hasilnya, sangatlah lumayan nak. Kamu bisa melebihi gaji UMR Jakarta.

Bagimana nak, apakah kamu mencobanya?"

Dengan tekad, yang sudah bulat dan di niatkan dengan sunguh-sunguh akhirnya Adrian menganguk dan mengiyakan Bapak Manager yang langsung interview dirinya.

"Iya Pak, saya mau mencoba bekerja di sini. Saya akan berusaha dengan sekuat tenaga, Apapun akan saya lakukan. Supaya, saya bisa menjadi orang sukses."

"Baiklah, hari ini kamu sudah mulai bisa bekerja. Ayo ikut saya ke ruangan! Saya akan memperkenalkan kamu kepada teman-teman kamu yang lain."

Adrian berjalan mengekori, Bapak yang menginterviewnya. Yang ternyata, jabatan Bapak tersebut merangkap sebagai kepala ruangan dari perusahaan tersebut.

Adrian, mulai beradaptasi dengan semua teman-teman barunya. Adrian memperkenalkan dirinya kepada seluruh timnya.

Suasana, teman barunya membuatnya sangat nyaman. Teman barunya, baik-baik semua. Seniornya, juga baik kepada dirinya. Adrian diajarkan, oleh seniornya untuk contecting menelphone data-data databese yang sudah di berikan dari kantor.

Adrian, menelphone setiap nomor yang di berikan oleh seniornya. Calon nasabahnya, mau bertemu besok di kantornya.

Adrian besok, ada janji bertemu dengan tiga calon nasabahnya. Adrian mendatangi kantor dari ketiga calon nasabahnya.

Pukul 11.25 Adrian bertemu dengan Bapak Diaz, Bapak Diaz adalah pengusaha kelas kakap.

Pukul 14.25 Adrian bertemu dengan Ibu Melanie, Ibu Melanie adalah istri Menteri Pendidikan.

Pukul 16.30 Adrian bertemu dengan Ibu Jesica, Ibu Jesica adalah Owner dari butik dan conter hp.

Adrian bersama managernya, menemui ketiga calon nasabahnya tersebut. Dengan fasilitas mobil kantor.

Adrian hanya, menemani managernya. Sementara, managernya Ibu Anggi sedang memberikan prestansi dan prospekin calon nasabahnya. Adrian hanya duduk manis, tersenyum dan bertanya ringan kepada calon nasabahnya tersebut. tak lupa, Adrian berdoa dan beristigfar di dalam hati supaya calon nasabahnya ada yang join.

Meski, calon nasabahnya belum join. Adrian memiliki tekad, dan keyakinan yang kuat bahwa ia akan berhasil. Bahwa ia akan sukses di Ibu Kota Jakarta, Ibu Kota yang menyeramkan dan kejam ini. Adrian yakin jika ia berusaha dengan sekuat tenaga, Tuhan tidak pernah tidur, Tuhan melihat kegigihan dan kerja keras dari hamba sahayanya.

Sebelum, kembali ke kantor lagi. Managernya Ibu Anggi mengajak Adrian makan dan mentraktirnya makan. Adrian sangat bersyukur karena tim dan rekan kantornya sangat baik kepadanya.

"Makanya, perlahan saja Adrian. Nanti, Kakak belikan lagi untuk kamu makan siang. Kamu tidak perlu takut, Kakak akan membantu kamu untuk sukses. Jangan putus asa, jangan patah arang. Kakak yakin, kita semua akan sukses di perusahaan ini. Kakak disini sudah lama, Kakak yakin ketiga calon nasabah kamu akan join, tetapi butuh proses. Mungin, prosesnya memakan waktu yang sangat lama. Tetapi, kamu harus memiliki keyakinan yang kuat."

Setelah, mereka makan Ibu Anggi membelikan lagi makanan untuk Adrian. Untuk Adrian, nanti makan malam. Karena, dulu Ibu Anggi juga perantau. Ibu Anggi berasal dari Kalimantan. Ibu Anggi berjuang seorang diri, tanpa siapapun. Karena tekadnya yang kuat Ibu Anggi jadi sukses, Ibu Anggi sangat berharap, Adrian tetap semangat dan berusaha sekuat tenaga bekerja disini. Adrian akan menekuni semua pekerjaannya dengan baik. Karena, Adrian merupakan cerminan Ibu Anggi yang dulu sebelum sukses.

Di kantor, Adrian juga sudah mulai di ajarkan, Bagaimana caranya prospekin dan prestasi ketemu calon nasabahnya? Adrian juga di ajarkan maju ke depan untuk prospekin dan persentasi. Adrian harus berusaha keras disini, karena Adrian yakin dirinya akan sukses.

Adrian pulang dari kantornya, menuju kosannya dengan berjalan kaki. Karena, Adrian sudah tidak memiliki ongkos lagi. Ibu Anggi yang melihat anak buahnya, Adrian berjalan kaki menepikan mobilnya. Ibu Anggi mempersilagkan Adrian untuk masuk ke dalam mobilnya.

"Ya ampun, Adrian masuk mobil kakak, kakak antarkan kamu pulang! Kamu kenapa tidak naik angkot atau busway? Jangan, bilang uang kamu habis. Untuk, bayar kosan. Ok, begini saja. Selama, kamu belum sukses. Kakak bantu kamu hidup di Jakarta. Kamu, tidak perlu meminta uang orang tua kamu di kampung. Cukup, bebankan kakak saja. Kakak, akan bantu kamu hingga sukses. Karena kamu merupakan cerminan kakak dulu, sebelum kakak sukses."

"Serius, kakak mau bantu Adrian. Tidak perlu kak, Adrian tidak mau merepotkan kakak."

"Jangan menolak, kakak sangat ingin membantu kamu. Karena kita ini bersaudara sesama manusia, jadi kita di anjurkan untuk saling membantu satu sama lain."

"Terimakasih banyak, Kak Anggi sudah mau menolong dan membantu saya."

Anggi menepikan mobilnya di depan ATM. Anggi menarik uangnya sebesar lima belas juta rupiah. Anggi memberikan uang tersebut kepada Adrian, dan menyuruhnya untuk mengisi kartu busway satu juta rupiah. Anggi juga menyuruh Adrian untuk membeli perlengkapan masak. Agar, Adrian bisa hemat dan irit. Jadi ia bisa membawa bekal sendiri. Adrian juga disuruh bayar kosannya selama satu tahun ke depan.

Adrian, sangat bersyukur sekali. Ibu Anggi adalah manager yang baik. Ibu Anggi memiliki sifat dan sikap yang baik.

Adrian menuruti semua perkataan dan nasehat dari Ibu Anggi.

Adrian sangatlah galau dan murung, karena sebentar lagi waktu hari raya idul fitri akan tiba. tinggal menungu hari saja, Adrian bingung ia harus pulang. Anggi yang melihat, Adrian melamun dan wajahnya murung. Anggi menegurnya,

"Kamu kenapa melamun? Wajahmu juga kenapa ditekuk seperti itu?"

"Jadi, begini kak aku boleh minta izin pulang kampung?"

"Tentu boleh, tetapi tidak bisa lama-lama. Aku kasih izin tiga hari. Yasudah, sekarang kamu boleh pulang dan siap-siap untuk pulang kampung."

"Oia, ini aku ada uang sepuluh juta. Untuk pegangan kamu selama di kampung."

"Tetapi, kak anggi ini banyak sekali. Waktu itu, kakak sudah memberikan aku uang sebanyak lima belas juta. Sekarang kakak memberikan aku uang sepuluh juta lagi."

"Iya, tidak apa-apa. Kamu terima saja, jangan menolak bantuan kakak. Kakak sangat ingin membantumu. Kamu tidak perlu sungkan, aku senang bisa membantumu."

" Baiklah, Kak uang sepuluh juta ini aku terima. Terimakasih banyak kak anggi. Kak aku pamit dulu iya."

"Titip salam untuk kedua orang tuamu di kampung."

Adrian pulang dari kantor, menuju kosannya dengan menaiki busway. Setibanya, di halte busway Adrian melihat nenek-nenek yang hampir terjatuh. Adrian dengan sigapnya, menolong nenek tersebut dan memapahnya. Adrian memberikan nenek tersebut roti dan air mineral.

"Kasian sekali nenek itu, ia harus seorang diri. Kenapa nenek serentah itu di biarkan berjalan seorang diri? Seharusnya, ia ditemani oleh anak atau cucunya." Adrian bergumam di dalam hati.

Sementara, nenek tersebut tak lupa mengucapkan terimakasih kepada Adrian. Nenek tersebut, tak lupa mendoakan Adrian.

"Nenek doakan, kamu selalu mendapatkan berkah dari Tuhan. Semoga rezekimu,

selalu mengalir sederas air yang mengalir. Semoga rezeki kamu tidak pernah terputus-putus.

"Amien yaraball alamin Nek, terimakasih

banyak nek atas doanya untuk saya. Saya pamit dulu pulang nek."

Setibanya, di kosan Adrian menuju kamar mandi untuk mandi. Setelah, Adrian selesai mandi. Adrian kini mengepak sebagian tasnya, Adrian membelikan tiga kue lebaran untuk Ayah beserta Ibunya.

Adrian dari Jakarta, menggunakan pesawat. Karena Ibu Anggi sudah membelikan tiket untuknya pulang pergi.

Tidak, butuh waktu lama untuk Adrian tiba ke kampung halamanya Bengkulu. Biasanya, ia sampai kampung halamannya lama. Tetapi, dengan mengunakan pesawat ia sudah sampai di kampung halamanya.

Dari bandara, menuju ke rumahnya. Adrian mengunakan alat transportasi taksi. Adrian hanya mengeluarkan kocek empat puluh lima ribu rupiah.

Setibanya, di rumah Adrian langsung memeluk dan mencium kedua orang tuanya. Adrian, sangat beruntung. Kedua orang tuanya, sehat dan baik kondisinya.

"Bagaimana nak?"

"Bagaimana, apanya Ibu?"

"Kabar kamu sayang, Bagaimana kabarmu selama di Ibu Kota Jakarta?"

"Alhamdulilah baik, Ibu maafin Adrian iya. Adrian sudah tidak bekerja di supermarket lagi, sekarang Adrian kerja di Pt ternama di Jakarta, tetapi maaf Ibu. Maaf Adrian tidak bisa memberikan ibu uang. Karena, Adrian belum mendapatkan gaji. Tetapi, setelah Adrian closing. Adrian bakalan menerima gaji melebihi UMR. Adrian senang, bisa bekerja di PT itu. Adrian yakin bisa sukses, Adrian akan memiliki kesuksesan. Oia, Ibu ini ada uang dua juta. Dari, kakak Anggi. Kakak Anggi adalah manager di tempat Adrian bekerja. Oia Adrian juga selama di Jakarta akan berjuang dengan sungguh-sunguh."

"Dua juta, ini untuk Ibu nak. Manager kamu baik banget, terimakasih banyak iya nak. Manager kamu baik banget nak, Nanti, kamu pulang bawakan masakan ibu rendang. Tolong, berikan ke manager kamu iya nak."

"Iya Ibu, terimakasih banyak Ibu."

Selama, di kampung halamanya kota Bengkulu. Adrian sangat antusias karena dirinya senang dapat berkumpul dengan keluarga dan sanak saudaranya.

"Adrian bagaimana keadaan kamu?"

"Kabar aku, alhamdulilah baik kok. Kamu sendiri bagaimana kabarnya?"

"Aku juga baik Adrian, oia Adrian kamu masih kerja di supermarket?"

"Aku sudah tidak bekerja di sana lagi, aku sekarang bekerja di PT. Berlian lestari."

"Kamu juga mau bekerja di PT itu, PT itu kan tidak ada gajinya. Itu pasti Pt abal-abal, itu pasti Pt penipuan. Kamu bodoh banget sich, Adrian kerja di tempat yang jelas-jelas tidak ada gajinya."

Seluruh, saudara sepupunya memperolok dirinya. Mereka semua, mengangap Adrian bodoh yang mau kerja tanpa di gaji. Adrian hanya dapat mengelus dadanya.

Tetapi di dalam hati, Jiwa membaranya berkecamuk di dalam hati. Kurang ajar, lihatlah saja nanti setelah aku sukses. Aku akan buktikan bahwa aku akan memperoleh kesuksesan.

Adrian tidak marah, Adrian hanya tersenyum kecil sambil berucap dalam hati.

"Lihat saja nanti, aku akan buktikan kepada kalian semua. Aku akan menjadi orang sukses."

"Adrian, mendingan kamu risegn saja. Dari kantor kamu, daripada kamu tidak menerima gaji? Mendingan, kamu bekerja di mall seperti Dimas. Kebetulan, di tempat Dimas bekerja masih membutuhkan lowongan."

"Tidak tante, aku yakin Tante aku bakalan menjadi orang sukses. Jadi, Tante tidak perlu khawatir. Tante terimakasih banyak atas perhatian Tante selama ini. Tante harus tau, saya yakin bakalan menjadi orang sukses. Di perusahaan tempat saya bekerja. Saya hanya minta doanya saja."

"Iya, kalau soal mendoakan sudah pasti Tante doakan. Tetapi, kamu jadi orang harus cerdas jangan bodoh. Kerja tidak dapat gaji kok bangga."

Adrian, hanya tersenyum dan bertekad kuat. Bahwa, jika ia yakin dengan kemauan Tuhan pasti akan memberikan jalan.

Tuhan tidak akan pernah tidur, Tuhan pasti akan membantu dan menolong hambanya yang berusaha dengan keras.

Sindiran demi sindiran, dilontarkan oleh sanak saudaranya dan teman semasa sekolah SMKnya.

Sementara, Adrian hanya dapat mendoakan yang terbaik demi saudaranya. Semoga saudaranya maupun teman semasa SMKnya selalu sukses. Tak lupa, Adrian mendoakan dirinya sendiri semoga dirinya menjadi orang yang sukses. Bahwa, apa yang di katakan oleh mereka semua tidak benar. Mungkin, sekarang Adrian belum sukses. Tetapi Adrian akan sukses beberapa tahun ke depan. Adrian yakin pengorbananya akan terbayarkan. Apalagi, Adrian memiliki kak Anggi manager yang selalu mendukungnya.

"Nak, kok kamu melamun? Sudahlah nak, perkataan dari saudara-saudara kamu. Maupun, teman sekolah kamu jangan di dengarkan. Kamu harus membuktikan, bahwa kamu bisa sukses. Supaya, kamu bisa membuktikan bahwa perkataan mereka itu salah. Kamu bisa sukses, doa Ibu selalu menyertai kamu."

"Terimakasih banyak Ibu, Ibu adalah penguat aku dalam hidup ini. Aku sayang sama Ibu."

"Sudahlah, Adrian anak lelaki tidak boleh cengeng dan bersedih. Ayah yakin kamu bakalan menjadi orang sukses. Ibu kota memanglah menyeramkan. Ayah akan berusaha, supaya kamu menjadi orang yang sukses."

"Iya Ayah, Adrian janji akan sukses di Jakarta. Adrian akan membahagiakan Ayah dan Ibu, jika Adrian sudah sukses."

"Amien yarabb, semoga anakku Adrian bisa sukses."

Adrian pamit kepada kedua orang tuanya, Adrian pergi ke kamarnya. Adrian memakai selimutnya, Adrian mulai tertidur.

Adrian terbangun jam satu pagi, Adrian melaksanakan sholat tahajud. Tak lupa, setelah Adrian melaksanakan sholat tahajud. Adrian berzikir dan berdoa.

Di dalam hati dan doanya Adrian meminta kepada Allah, Adrian berdoa ingin menjadi sukses. Adrian ingin membahagiakan kedua orang tuanya.

Setelah, Adrian selesai melaksanakan ibadahnya. Adrian pergi ke dapur membantu Ibunya memasak. Karena, Adrian merupakan anak satu-satunya. Adrian berjanji akan berusaha keras untuk sukses. Adrian harus berusaha membahagiakan orang tuanya.

"Ibu memasak apa? Sepertinya, enak Ibu. Ibu memasak sayur juga kan?"

"Ibu memasak sayur jamur, Ibu juga memasak ikan bawal bakar. Semoga, kamu suka nak. Kamu sudah mandi kan sayang?"

"Sudah mandi dong, tentu saja aku sudah mandi Ibu. Ibu kalau sudah jadi, masakanya bilang iya. Aku mau makan, aku mau menyapu dan mengepel lantai rumah."

"Iya Adrian, kamu menyapu dan mengepel lantainya yang bersih iya."

"Iya Ibu, yasudah Ibu."

Setelah, masakan matang Adrian beserta Ayah dan Ibunya memakan sarapan pagi mereka.

"Kamu makan yang banyak, lihat itu, kamu kurus begitu."

"Makanya, Ibu selama Adrian disini. Kita harus memanjakannya, mengenai makanan dan gizi makananya."

"Iya Ayah, terimakasih banyak Ayah."

Adrian makan nambah tiga piring, masakan yang dimasakan oleh Ibunya sangat lezat. Sehingga, membuat Adrian sangat lahap menyantap sarapan paginya.

Setelah, Adrian beserta keluarganya selesai sarapan pagi. Adrian membawa piring kotor tersebut, ke tempat cucian piring. Adrian mencuci piring kotor tersebut, hingga bersih.

Adrian, kini sedang bersantai di ruang keluarga sambil menonton TV.

"Oia, ini kamu bawa bekal untuk di bawa ke Jakarta. Ibu juga membawakan sayur mayur cabai dan bawang. Untuk, kamu memasak. Jadi akan lebih irit. Ibu bereskan dulu perlengkapan untuk kamu. Besok kamu jalan pagi sekali nak, kamu harus yakin. Bahwa, setiap doa dan air mata dan kerja keras yang kamu hasilkan. Setiap saat akan membuahkan hasil."

"Iya Ibu, terimakasih banyak Ibu."

Mereka sekeluarga, mengobrol sangking asyiknya hingga tanpa sadar. Sudah, pukul satu siang. Mereka sekeluarga berwudhu bersama, mereka sekeluarga melaksanakan sholat dzuhur berjama'ah.

Di dalam doanya, Adrian menangis di dalam pelukan kedua orang tuanya.

"Sudahlah nak, anak lelaki tidak boleh cengeng kamu harus kuat. Ibu yakin, kamu akan sukses dan berhasil."

Bersambung.