Pustaka
Bahasa Indonesia

Thrilling Love

41.0K · Tamat
Irmahndy
52
Bab
1.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Lestat...Pria itu menunjuk gadis yang ternyata telah menghianatinya itu dengan telunjuknya, gadis itu hanya bisa terdiam ketakutan. Tak seperti lelaki yang ada di sampingnya hanya mengangkat sebelah alisnya menganggap remeh Lestat yang ia pikir hanyalah lelaki aneh yang tinggal di gunung dan jauh dari perkotaan, sehingga mungkin saja lelaki itu tidak mengerti kehidupan di kota kecil ini.Setelah menunjuk wajah gadis itu dari jarak yang tak jauh, Lestat kemudian meninggalkan taman itu. Menghiraukan bisikan orang-orang yang berada di sana yang menggunjing dirinya, yang menertawai dirinya dengan tampilannya saat ini. Lestat memang lelaki aneh, lelaki yang dijauhi oleh semua orang meski wajahnya tampan. Tapi satu hal dari semua itu, ia tidak pernah menyakiti siapapun...

RomansaAktorDewasaRevengeThriller

1. Prologue

New Orleans - Louisiana

October 2020

Suara sirene mobil polisi memenuhi tempat kejadian dimana seorang gadis telah terbunuh, kota kecil dengan area lembab dan dipenuhi oleh pengunungan dan hutan itu menjadi tempat pembantaian gadis yang diyakini masih sangat muda.

Beberapa pria dan wanita berseragam polisi berhamburan disana guna mencari petunjuk dan mengamankan jasad korban, anjing terlatihpun juga diturunkan kelokasi kejadian guna mencari jejak dari sang pembunuh.

Kepala chief polisi bertubuh tinggi gendut itu mondar mandir seraya memijit pangkal hidungnya, bahkan beberapa ekor anjing pelacakpun tak dapat menemukan jejak sang pelaku.

Pada era globalisasi dan teknologi canggih seperti saat ini, polisi masih saja tidak dapat menemukan pembunuh berantai yang telah menghabisi belasan gadis. Dari dalam maupun luar kota, pengunjung ataupun gadis setempat.

George membuka topi polisi serta sarung tangan karet yang ia gunakan untuk mengangkut tubuh korban, mayat seorang gadis berusia sekitar 25 tahun terkoyak dibagian leher. George berani bertaruh pelakunya menggunakan belati atau semacam alat yang tajam untuk melukai kemudian menggorok leher korban.

Namun siapa sangka, ditubuh dan barang serta pakaian korban tak ditemukan sidik jari pelaku. George mengernyitkan keningnya.

Tim foreinsik mengusung mayat gadis itu untuk melakukan otopsi, George kemudian menandatangani lembaran kertas yang diberikan seseorang dari tim tersebut. Polisi bertubuh tinggi gemuk itu menggeleng lemah, ini adalah kasusnya yang ke-lima bulan ini dan masih belum mendapat petunjuk apapun.

Selintas terlihat, wajah dari mayat gadis berambut cokelat dan bergelombang itu membiru. Lebam disudut bibir dan pipi bagian kanannya, George menambahkan sebuah catatan kedalam bukunya. Agar dapat membantu pencarian yang selalu mengalami jalan buntu ini.

Bulan lalu ia menerima 3 laporan pembunuhan dengan kasus yang hampir mirip, seluruhnya seorang gadis. Berkisar 20 tahun keatas dengan wajah cantik dan tubuh sempurna.

George sempat berpikir jika pelakunya adalah seorang wanita yang mungkin saja iri dengan kecantikan wanita lain, namun George sempat menemukan suatu kasus dimana sang wanita telah diperkosa, menandakan bahwa seorang prialah pembunuh utamanya. Positif mereka adalah korban yang sama dari pria itu, tidak jelas apa motif pelaku dan George juga belum memastikan ada berapa pria yang melakukan perbuatan keji ini.

Yang dapat George simpulkan dari semua kejadian adalah, seluruh korban tertusuk dan digorok lehernya menggunakan pisau belati. Selalu dengan pisau, tidak pernah ada peluru dari sebuah pistol ataupun hantaman benda berat ketubuh korban. George menghela nafas kasar, para korbannya pasti mengalami syok berat terlebih dahulu sebelum akhirnya dibunuh.

George turut prihatin atas semua kejadian ini dan berharap hal serupa tidak akan terjadi dikemudian hari kepada gadis lainnya, sepertinya ia harus memberikan peringatan kepada seluruh orang tua dan gadis yang ada dikota ini agar tidak berpergian sendiri terutama dimalam hari.

"Chief, walikota menunggumu dikantor" ujar seorang polisi berkulit hitam kepadanya.

George mengangguk mengerti.

Kini apa lagi?

Walikota kini selalu mengeluhkan tentang pembunuhan yang marak terjadi, akibat dari keluhan penduduk setempat yang juga ketakutan jika harus pulang bekerja dimalam hari. Walikota sempat meragukan pekerjaan George yang semua polisi sadari kasus ini tidaklah mudah bagi siapapun.

Tidak mungkin hantu membunuh seorang gadis sehingga tak meninggalkan jejak apapun serta petunjuk, pria itu mengernyitkan kening.

Mungkinkah ada seseorang yang jauh lebih pandai darinya? Batin George.

Ia kemudian melajukan mobil patrolinya, meninggalkan kerumunan yang mengelilingi tempat kejadian perkara dan beberapa keluarga dekat korban yang berteriak histeris. Sungguh, George turut prihatin.

...

September 2019

Pria tampan bertubuh kurus tinggi itu membawa seikat bunga, dengan senyum mengembang ia menuju taman dimana ia biasa bertemu dengan kekasihnya.

Meski bajunya yang lusuh dan kotor karena baru saja pulang bekerja, ia tetap bersikeras ingin bertemu dengan pujaan hatinya. Ia bahkan menyisihkan sedikit uang dari penghasilannya hari ini guna membeli satu bucket bunga mawar merah yang digenggamnya saat ini.

Bekerja sebagai buruh bangunan diusianya yang masih terbilang muda, ia bukanlah pria beruntung yang menggunakan mobil bermerk mahal serta menggunakan jas kerja dengan sepatu mengkilap.

Bukan...

Ia hanya pria yang tumbuh dikota kecil dengan tanpa orang tua dan hidup hanya dari belaa kasih keluarganya yang sampai saat ini tak pernah menganggapnya sebagai keluarga.

Meskipun begitu, ia tetap bekerja sendiri dengan hasil keringatnya. Membeli sebuah rumah jauh dari kota dengan dihiasi lumbung padi dan pertanian disekitarnnya, pekerjaan sampingannya yang lain guna menunjang hidupnya sendiri.

Ia memasuki area taman, tak menghiraukan pandangan orang lain yang selalu menganggap dirinya aneh karena tidak memiliki kawan serta setelan pakaiannya yang dirasa tak pantas memasuki tempat ini.

Ia tetap melangkah menuju tempat dimana biasanya ia bertemu dengan kekasihnya, seorang gadis yang sangat cantik yang telah menemaninya selama setahun terakhir ini.

Dan dia sangat bersyukur masih ada gadis yang mau menerima cinta seorang pria aneh seperti dirinya, karena dikota kecil ini tidak ada seorangpun yang melirik dirinya.

"Lestat...?"

Seorang gadis bertubuh kurus tinggi dengan rambut pirang sebahu menyebutkan namanya setengah berbisik, seperti terkejut akan kehadiran lelaki itu.

Begitupun dengan sang lelaki, langkahnya terhenti dan menjatuhkan sebucket bunga yang digenggamnya sedari tadi dibawah kakinya. Pandangannya tertuju pada gadis cantik yang mengenakam dress floral tersebut.

Namun yang membuatnya terkejut setengah mati adalah, sebuah rangkulan tangan dipingul gadis itu.

Seorang pria bertubuh tinggi dan berkulit cokelat merangkul tubuh gadisnya, ia hanya bisa terdiam seribua bahasa meski wajahnya saat ini tak dapat diartikan.

Gadis itu juga terkejut dan hanya bisa menggigit bibirnya melihat kekasihnya datang sementara lelaki lain tengah bersamanya saat ini.

Lelaki itu mengepalkan jemarinya, menatap tajam gadisnya kemudian melirik kearah sang lelaki disebelahnya. Dadanya naik turun seolah-olah ia ingin menghancurkan kepala seseorang saat ini.

Entah mengapa, ia sangat ingin melakukan hal keji tersebut sekarang juga. Namun ia sadar disekitar ada banyak orang.

Lestat...

Pria itu menunjuk gadis yang ternyata telah menghianatinya itu dengan telunjuknya, sanga gadis hanya bisa terdiam ketakutan.

Tak seperti lelaki yang ada disampingnya hanya mengangkat sebelah alisnya menganggap remeh Lestat yang ia pikir hanyalah lelaki aneh yang tinggal digunung dan jauh dari perkotaan, sehingga mungkin saja lelaki itu tidak mengerti kehidupan dikota kecil ini.

Setelah menunjuk wajah gadis itu dari jarak yang tak jauh, Lestat kemudian meninggalkan taman itu. Menghiraukan bisikan orang-orang yang berada disana yang menggunjing dirinya, yang menertawai dirinya dengan tampilannya saat ini.

Lestat memang lelaki aneh, lelaki yang dijauhi oleh semua orang meski wajahnya tampan.

Tapi satu hal dari semua itu, ia tidak pernah menyakiti siapapun...