Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 | Luka (2)

Roger mengangkat tubuh Grace di atas kasur, tangan pria itu dengan kasar meremas kedua payudaranya hingga Grace sedikit merintih merasakan rasa sakit, "aaahh," ia mencoba melawan namun semua itu hanya sia-sia

Terlihat mata Grace mulai berkaca-kaca, ia mencintai Mario namun ia menikahi Ken, dan sekarang? Sekarang yang akan merenggut mahkotanya adalah Roger, "tidak, aku tidak akan selemah itu," batin Grace di tengah-tengah kesedihan.

"Lepaaasskaann akuuu!" Grace berusaha menonjok wajah Roger namun tak sampai, ia meraba sebuah botol gelas bir yang ada di depan meja dan memecahkannya di kepala Roger "shit," teriak Roger.

Terlihat kening Roger mulai mengeluarkan darah segar, "bug," Grace menendang alat vital pria itu cukup keras, "Bitch, you Bitch, fuck... shit," Roger yang mulai merasakan sakit berlipat ganda.

Segera Grace menjatuhkan tubuh Roger dan berlari membuka kunci pintu, namun entah mengapa kunci itu serasa sangat sulit untuk terbuka, mungkin karena Grace terlalu takut dan terburu-buru benar begitu?

"Help me," Grace hampir frustasi karena pintu itu tak juga terbuka, ia pun menggedor pintu sebisa mungkin berharap seseorang menolong nya.

Roger pun dengan cepat menangkap tubuh Grace, "mau kemana kau jalang?" Roger Menghimpit tubuh Grace tak bisa bergerak.

"Aaaahhhwww," Grace meringis kesakitan saat sebuah tangan menjambak rambutnya kuat-kuat.

"Kau ingin kabur hah? Setelah kau meludahi ku? Setelah kau membuat kening ku berdarah? Dan setelah kau menendang penisku? Apakah kau bisa lari Bitch?" Teriak Roger begitu keras dan semakin erat menjambak rambut Grace.

"Akh- sa-sakit," jika tadi hanya mata yang berkaca-kaca berbeda dengan kaki ini, mata Grace sudah benar-benar bercucuran air mata.

PLAK!

Tamparan itu sangat keras, membuat sudut bibir Grace mengeluarkan darah dan terjatuh ambruk di bawah "bangunlah, ayo bangunlah," teriak Roger melihat gadis di depannya mulai merungsut ke bawah.

Grace mencoba perlahan menjauh dari hadapan Roger, kali ini Grace sungguh berfikir bahwa Ken dan Roger adalah adik kakak yang memiliki sifat sama yaitu Pshyco.

Terlihat mimik Grace semakin melemah, Roger menarik bajunya danmelempara di atas kasur, "rasakan ini wanita arogan," mencium kasar bibir Grace dengan kasar. Hal itu menambah rasa nyeri yang terdapat di bibirnya.

"Tidak Grace, kau harus bisa menyelamatkan harga dirimu sendiri," batin Grace dengan sisa kekuatan yang masih ada pada dirinya .

Grace membutuhkan beberapa menit untuk mengumpulkan sedikit tenaganya yang masih tersisa, ia membiarkan Roger mengigit lehernya dan meremas payudaranya beberapa saat. Rasa sakit dan panas akibat tamparan itu sungguh masih membekas begitu sakit.

Tangan Roger mulai menyelinap di dalam rok nya ia tidak hanya menyentuh alat kewanitaan Grace, namun ia memang sengaja sedikit mencengkeram nya agar Grace merasakan rasa sakit, "eeehhkk," Grace tersadar bahwa semakin ia lemah maka cepat atau lambat keperawanan yang ia miliki akan hilang dalam sekejap.

Ia mengigit kuat-kuat leher Roger membuat Roger berteriak sangat kencang, "aaaaahhh,"  Roger berdiri dan melihat lehernya berdarah.

Grace mengambil sebuah high heels miliknya lalu ia pukulkan tepat di kepala Roger berulang kali, dan Roger pun pingsan untuk sesaat. Grace mulai berjalan pelan dengan memegang pipinya yang nyeri .

Grace telah berhasil membuka pintu itu, ia kembali turun ke bawah segera ingin pergi dari tempat terkutuk itu, namun saat Grace berada di bawah ia bertemu dengan Pete, "Aku tidak tahu namamu, tapi kau teman dari Ken bukan? Kumohon jangan cegah aku untuk pergi dari sini," Grace menangis di depan Pete, sedangkan Pete memandang sedih dan mengandeng tangannya mengantarkan gadis itu kembali.

____________******___________

"Turunlah, aku tak bisa membantumu lebih," Pete berhenti tepat di rumah Ken. Grace turun dari mobil yang baru saja ia tumpangi dan membiarkan Pete pergi begitu saja.

"Keterlaluan kau Ken, kau sungguh keterlaluan," di sepanjang perjalanan ia selalu menangis dan menangis.

Ia berhenti sejenak untuk mengusap air matanya, "kau lebih jahat dari yang aku bayangkan," ia mencoba mengusap air mata itu namun tetesan itu terjatuh lagi dan lagi.

Tetapi saat ini Grace harus berpura-pura tegar, ia takkan membiarkan Ken puas dengan rencananya. Tapi di dalam hati Grace sungguh teriris perih.

Grace mulai memasuki ruang tamu dengan pelan namun di depan sofa sudah ada pria yang duduk sambil menonton televisi, "sudah pulang? Bagaimana malam mu jalang?" Ejek Ken berdiri dan mendekat.

Gadis itu masih bisa berpura-pura tersenyum walau bibir yang sakit dan hatinya yang bisa dikatakan rapuh, "aku sungguh menikmati malam itu Ken, aku merasa nikmat yang takkan pernah kau rasakan," tentu saja itu adalah sebuah kebohongan.

Ken semakin memandang rendah harga diri Grace, "dasar wanita murahan, aku sungguh tak menyangka kau seperti itu,"

Matanya menatap sudut bibir Grace yang mengeluarkan darah, "senikmat itu hingga kau berdarah? Dasar jalang,"

"Tentu saja aku menikmatinya, mengapa tidak?" Sungguh ia ingin menangis sekarang, ia ingin Ken mengerti bagaimana ia berjuang melawan Roger saat itu. Namun semua itu percuma takkan merubah apapun yang ada pada diri Ken.

"Masuklah, kau sangat menjijikan," Ken mengeluarkan segepok uang dan melempar di wajah Grace, "ini gajimu malam ini, kau pasti membutuhkan itu," Grace hanya diam saat Ken melakukan itu.

Grace tak memungut sama sekali uang yang berjatuhan di bawah, ia menuju kamarnya dan ingin segera mandi. Ia merasakan benar-benar kotor dengan hal yang baru saja ia alami.

"Kau menjijikan," teriak Ken namun diabaikan oleh Grace.

"Bagus Grace, ini belum seberapa," Ucap Ken merasa puas dengan semua yang ia lakukan. Ia merasa bahagia setelah melihat Grace seperti itu.

_____________________________________

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel