Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 9 : Stranger

Alexander menatap sejenak posisi Lorna yang berada tidak jauh darinya. Alex menelan Saliva mengingatkan posisinya saat pertama kali ia terpaksa mencium gadis itu di rumah flat. Itu adalah hal yang tidak pernah bisa ia lupakan begitu saja.

"Aku tidak perlu melihat ini,"gumam Alexander melangkah, menjauhi keduanya yang masih saling mengaitkan bibir.

Drrrttt!! Alexander kembali menghentikan langkahnya, saat merasakan ponsel yang selalu ia pasang dengan mode silent bergetar di saku jacketnya.

"Jasmin,"Alex membaca nama yang tertera di ponsel itu dan melangkah sedikit. Ia berdiri di sela pohon yang menghiasi taman mansion sambil menerima panggilan dari Jasmin.

Sementara Lorna, mulai bergerak kecil. ia membuang napas sambil mendorong kuat tubuh Jace untuk menjauh dari sisinya.

Plakkk!!! Satu tamparan mendarat tepat di wajah pria itu hingga Jace sedikit memalingkan wajah tanpa berani mengangkat kepalanya.

"Jaga sikap mu Jace, kau harus tahu posisi mu!"suara Lorna bergetar, ia mengusap air mata yang nyaris jatuh di pipi kecilnya itu. Lorna tahu- ia adalah gadis kuat dengan berjuta impian, ia tidak boleh menangis hanya karna hal ini.

"Lorna aku-"

"Shut up Jace! Please, jika kau mencintai ku, kau harus melupakan semuanya!" perintah Lorna menatap tajam sosok yang kini menaikkan pandangannya lugas.

"Aku mencintai mu Lorna! Empat tahun, kau kira itu mudah? Sampai kapanpun aku akan mencintai mu, sampai kau benar-benar bisa menerima ku,"

"Jangan gila Jace, aku adikmu sekarang dan Olivia mencintai mu. Aku tidak sepicik yang kau pikirkan,"Lorna menekan dada Jace dengan telunjuknya, bicara tegas sambil menahan emosinya yang nyaris membuncah.

"Aku tidak perduli! Soal keluarga ini atau Olivia. Aku mencintai mu Lorna!"Jace mendekat, menatap gadis itu dalam-dalam. Lorna mengambil napasnya sambil mengulum bibir sejenak.

"Dan aku mencintai Alexander,"ucap Lorna membalas tatapan Jace.

"Kau hanya bercanda, kau tahu dia bahkan tidak menyukaimu dan-"

"Sama dengan mu Jace, aku tidak peduli dengan apapun karna aku mencintai Alexander."Lorna membasahi bibirnya, tetap fokus ke arah Jace yang kini memudarkan pandangan ke arah gadis itu, sungguh semua seakan sia-sia bagi Jace yang berusaha menahan diri.

"Kau akan menyesalinya Lorna,"Jace memilih pergi, meninggalkan gadis itu bersama seluruh kalimat terakhirnya yang layak sebagai ancaman.

Lorna memukul dadanya yang terasa sesak, napasnya sedikit memburu dan ia baru saja mengakui sesuatu hal yang diam-diam tersimpan sangat jauh. Lorna menelan saliva lalu melangkah sangat cepat dan tanpa sadar melewati Alexander yang terdiam mendengar pengakuannya di hadapan Jace.

"Aku mencintai Alexander,"

Sekarang kalimat itu cukup menghantui ingatan Alex yang masih diam di tempatnya "itu tidak mungkin! Lorna mengatakan hal tersebut agar Jace menjauhinya, hanya itu!" Alex berpikir keras lalu mengingatkan pada sebuah panggilan terakhir yang ia dapatkan dari Jasmin, ia memiliki urusan yang lebih penting sekarang.

______________

Sekitar setengah jam kemudian, Alexander tiba di gudang senjata tersembunyinya. Ia memerhatikan ratusan senjata dengan berbagai bentuk terpajang rapi di hadapannya.

"Bagaimana dengan mobilnya?"tanya Alexander pada Jasmin yang sejak tadi tampak memasukkan peluru ke dalam handgun favorite milinya.

Jasmin melirik lalu berdiri dari tempatnya, ia mendekati sebuah mobil jeep dan membuka pintunya dengan kasar, "Sudah di modifikasi, aku memasukkan senjata sesuai perintahmu," tunjuk Jasmin membuat Alexander hanya mengangguk sambil mengedarkan pandangannya ke dalam isi mobil.

"Alexander,"panggil Jasmin membuat pria itu menatapnya.

"Ada apa dengan mu?"Jasmin meneliti pergerakan pria itu dan mencoba mencari jawabannya.

"Aku?"

"Aku tahu kau Alex, kau pria perfectionist dan kau selalu memeriksa semua kebutuhan sendiri, apa karna gadis itu lagi?"terang Jasmin sambil mengerutkan keningnya ke arah Alex yang langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Alexander, jika ini gagal. Nama kita semua menjadi taruhannya,"pekik Jasmin dengan nada tinggi, Alex hanya sedikit melirik ke belakang tepat di sisi Jasmin.

"Pasang penyadap di ruang perjamuan, bagaimanapun caranya! Atur agar mereka masuk ke jaringan wifi palsu!"Alexander mengalihkan pembicaraan membuat Jasmin merasa tenang, setidaknya pria itu masih fokus dengan misi pada perjamuan Negara tersebut.

"Dan satu lagi—"Alexander memutar tubuhnya menatap lurus ke arah Jasmin. Pria itu tersenyum tipis sejenak dan menggantung kalimat terakhirnya hingga wanita itu begitu penasaran.

Alexander tiba-tiba mengambil handgun dari punggungnya, lalu mengarahkan ke arah Jasmin sambil melepas pelatuknya.

Dor!!!!

Suara pistol itu memenuhi ruangan bersaing bersama Jasmin yang berteriak kencang karna ketakutan.

"Alex, apa yang kau lakukan?"Jasmin membulatkan mata, ia menelan Saliva melihat peluru yang di tembakkan Alexander menancap pada sebuah tembok kayu yang berada di belakangnya.

"Aku akan meledakkan kepalamu sekali lagi kau mencoba mencampuri urusan pribadi ku Jasmin, kau tahu aku tidak pernah main-main!"Alexander mengancam membuat wanita itu diam sejenak memerhatikan keseriusan yang tergambar jelas di raut wajah Alex.

"Jika kau tidak ingin namamu hancur, siapkan dirimu untuk misi itu Jasmin,"Alexander kembali bersuara lalu mengedarkan pandangannya ke tiap bodyguard yang berkumpul tidak jauh darinya sejak tadi.

"Ini misi banyak orang Jasmin, aku tahu apa yang harus aku lakukan,"sambung Alexander dengan nada tegas, ia mendengarkan kepala dengan angkuh lalu segera membalikkan tubuh untuk menghindari wanita itu.

-----------

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel