Chapter 7
Melly turun dari mobil dan menatap rumah sakit yang menjulang di depannya ini. Sebelum berjalan kearah rumah sakit Melly memutar badannya dan menatap mobil 'pinjamannya' ini
Ya pinjaman karena Melly akan mengembalikan mobil ini pada pemiliknya.
Melly tau jika Stev itu kaya tapi kan tidak seharusnya juga pria itu membagi-bagikan mobil secara cuma-cuma begitu
Memang orang kaya itu beda dari yang lain.
Melly membalikkan badannya dan berjalan menuju rumah sakit karena hari ini ada jadwal praktek.
"Mellyta!"
Ketika ingin berbelok ke ruangannya tiba-tiba ada yang memanggilnya dan membuatnya membalikkan badan.
Terlihat Dokter Andro datang mendekatinya. Dokter bedah jantung itu terlihat tersenyum manis.
Sudah hampir dua bulan ini Andro mengikuti pelatihan di kota lain. Ini pertama kalinya Melly bertemu dengan rekan sesama dokter ini setelah menghilang cukup lama
Mereka cukup dekat karena memang Andro sangat baik dengan semua orang. Tidak hanya tampan tapi tentu saja masa depan pria ini sangat cemerlang.
Banyak yang menyukainya dan bahkan membayangkan akan menikah dengan pria tampan ini. Hal itu selalu membuat Melly tertawa jika mengingatnya.
Andro ini tipikal orang yang ramah dengan semua orang. Jadi lebih baik tidak mengharapkan lebih dengan orang seperti ini.
"Pagi, Andro" sapa Melly dan pria itu menganggukkan kepalanya.
"Semakin cantik saja. Sudah lama tidak bertemu" ucap Andro yang membuat Melly tertawa.
Melly mengulurkan tangannya dan Andro langsung menggenggamnya menjabat tangan Melly.
"Kau tidak ingin sarapan terlebih dahulu. Masih ada satu jam sebelum jam praktekmu" ucap Andro dengan menaik turunkan alisnya.
Melly menatap jam di tangannya dan memang jam prakteknya memang kurang satu jam lagi.
Melly akhirnya menganggukkan kepalanya dan berjalan bersama Andro menuju cafetaria di rumah sakit ini
Selama perjalanan mereka berdua terlihat berbincang-bincang tentang berbagai hal. Kedekatan mereka membuat beberapa orang mengira jika mereka memiliki hubungan.
Nyatanya Melly sama sekali tidak memiliki minat dengan Andro. Hanya teman karena memang pria ini sangat asik jika di ajak berbicara
"Kau ada jadwal hari ini memangnya ?" Ucap Melly ketika mereka sudah duduk di kursi dengan makanan yang sudah mereka beli.
"Tidak, hanya ingin bertemu denganmu" jawaban Andro hanya dibalas senyuman oleh Melly.
"Kau tidak berminat keluar bersamaku ?" Ucapan Andro malahan membuat Melly mengernyitkan kening.
"Kau mengajakku kencan ?" Ucap Melly langsung dan Andro langsung tertawa keras mendengar ucapan langsung Melly padanya.
Beginilah Melly, dia tidak pernah suka basa-basi dan lebih suka langsung pada intinya. Tetapi semua orang juga tau jika Melly memang seperti ini orangnya. Bukan bermaksud jahat.
"Jika kau mengatakan iya aku tidak masalah menyebutnya begitu" ucap Andro dan Melly menggelengkan kepalanya dengan tertawa.
"Baiklah, tetapi aku membawa mobil. Jadi nanti menggunakan mobilku saja"
Andro mengiyakannya dan mereka melanjutkan sarapan mereka dengan diselingi berbagai obrolan pagi ini.
*-*-*
Austin mendudukkan tubuhnya di kursi Kerjanya di salah satu bar yang merupakan miliknya. Dengan memegang sebuah amplop berisikan beberapa foto.
Ah... Lebih tepatnya puluhan foto yang dilaporkan oleh anak buahnya. Sebuah senyuman muncul di sudut bibir Austin ketika melihat foto ketika Melly keluar dari mobil Austin yang dibawa oleh perempuan itu.
Bukankah caranya untuk memberikan pelacak sangat cerdas ? Itu cara yang sangat mudah untuk memantau. Sudah lama Austin tidak melakukan hal seperti ini.
Katakan jika Austin sudah gila. Nyatanya memang begitu yang dirasakannya saat ini. Austin kira jika dirinya akan bisa terlepas dari sosok Melly adik kelasnya itu.
Nyatanya ketika melihat sosok Melly rasa yang dikiranya mati nyatanya masih ada. Bahkan lebih besar dari sebelumnya. Saat ini rasa tersebut bukan hanya sebuah rasa penasaran.
Lebih besar dari semua itu. Bahkan Austin ingin memiliki perempuan ini. Kali ini Melly harus menjadi miliknya.
"Benar kata Stev, kau masih gila" ucapan itu membuat Austin mendongak dan menemukan George dan Stev masuk ke dalam ruangan ini
Austin memang mengundang temannya ini untuk datang ke Club ini. Sudah lama mereka tidak bertemu dan sepertinya Austin membutuhkan hiburan untuk sekarang.
Setidaknya hiburan untuk melupakan sosok Melly untuk sementara waktu. Selama tiga hari ini Melly sama sekali tak pernah hilang dari pikirannya.
Bahkan sosok Melly semakin melekat di ingatannya dan membuatnya memutuskan untuk membuka amplop yang berisi foto-foto Melly.
Austin mendengus pelan melihat kedua temannya yang datang masuk itu. Stev memilih untuk duduk di sofa sedangkan George memutuskan untuk duduk tepat di depannya.
"Kau tau, aku tidak pernah percaya dengan cerita Stev jika kau masih memikirkan tentang adik kelas kita. Tapi melihat ini kurasa aku percaya"
George menyalakan rokoknya dan menghisap putung rokok itu dengan khidmat.
Stev memilih menjadi anak buahnya dan membantunya di pekerjaan ini. Sedangkan George memutuskan untuk melanjutkan bisnis keluarganya.
Hal itu yang membuat Stev lebih banyak tau tentang Austin daripada George. Hanya sahabatnya itu yang tau bagaimana gilanya Austin untuk mencari berita tentang Melly.
Memang dari antara mereka bertiga hanya Stev saja yang berasal dari kurang mampu. Stev memutuskan untuk menjadi anak buahnya dan memperbaiki keluarganya
Bahkan Stev sudah menikah dengan dikaruniai 2 anak. Hanya George dan Austin saja yang belum menikah ataupun menemukan tambatan hati.
Oh lebih tepatnya hanya George saja yang belum. Austin sudah memantapkan hatinya untuk Melly
"Kalian ke sini ku undang untuk bersenang-senang. Bukannya untuk menyindirku" sahut Austin yang membuat Stev mengangkat tangannya.
"Aku tidak ikut-ikut" ucap Stev yang membuat George terkekeh.
"Stev mengatakan jika kau menemukan Melly"
"Anak buahku salah sasaran. Bukan aku yang mencarinya" ucap Austin dengan mengedikkan bahunya.
George terlihat menganggukkan kepalanya beberapa kali sebelum menoleh kearah Stev yang asik menelfon seseorang.
"Hey kau! Sudah ijin dengan istrimu ? Aku tidak mau di todong Casandra karena dikira aku yang mengajakmu" ucap George dan Stev menoleh menjauhkan ponselnya dari telinga.
"Aku lagi bicara dengan Casandra. Jomblo seperti kau jangan banyak bicara" ucap Stev yang membuat George mengumpat dan Austin tertawa.
Austin menutup amplopnya dan memasukkan ke dalam laci meja ini. Untuk sebulan ini sepertinya Austin akan lebih sering berada di Club ini.
Jadi lebih baik Austin menaruh foto ini di sini saja.
"Jika aku jadi kau. Akan kurayu Melly dan membawanya ke tempat tidurku. Mungkin saja itu hanya nafsu belaka" Ucap George.
Austin menyandarkan tubuhnya dan menatap bingung kearah temannya itu. George terlihat sibuk dengan rokoknya dan menatap serius Austin.
"Selama bertahun-tahun kau pikir ini hanya nafsu ?" Ucap Austin di balas anggukkan setuju George.
"Yup, karena kau belum menidurinya hingga saat ini. Perasaan penasaranku akan hilang jika sudah membawanya ke ranjang"
Austin tertawa mendengarkan Ucapan George. Memang di antara mereka hanya sahabatnya ini yang paling brengsek.
Bahkan George juga yang mengajaknya ke Club pertama kali dan melepaskan perjakanya. Jadi tidak kaget jika George mengatakan semua hanya karena nafsu.
"Jika sudah kutiduri dan ternyata aku masih menginginkannya bagaimana ?" Tantang Austin dan senyuman terlihat muncul di sudut bibir George.
"Kau hamili dia. Tuh seperti kawan kau" ucap George dengan menunjuk Stev yang terlihat tidak tersinggung sama sekali dengan ucapan George.
Stev terlihat menyelesaikan panggilannya dan beranjak dari tempatnya. Ikut nimbrung di antara mereka.
"Kau yakin jika Austin bisa menghamili perempuan segalak Melly. Kurasa Austin akan di tendang terlebih dahulu sebelum menghamilinya"
"Sialan!" Maki Austin mendengar ucapan Stev yang terdengar menyebalkan.
Tidak di pungkiri jika Melly memang sosok yang ganas dan sangat galak. Membayangkan akan di tendang Melly saja Austin bisa merasakan kengeriannya.
Suara pintu di ketuk membuat mereka bertiga menoleh dan Austin memberikan perintah untuk masuk.
Salah satu penjaganya terlihat masuk dan membungkukkan badannya sebentar sebelum menatap Austin.
"Saya ingin melaporkan jika Nona Melly terlihat di lantai bawah..." Anak buahnya itu terlihat berdiam sejenak dan menatap Austin ragu.
"Bersama seorang pria" lanjut Anak buahnya
*-*-*
