Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 Singa dan Itik

Setelah selesai dari kamar mandi Indah pun bergabung dengan Barra dan Rafael. Barra dan Rafael membicarakan soal perusahaanya.

"El, Papi mau nanya," ujar Barra ditengah perbincanganya.

"Iya Pi, ada apa?"

"Sebenarny ada apa? Kenapa Andra membatalkan kerja sama kita? Kamu tau kan kita akan rugi 2 M,"

"Iya Pi Rafael tau,"

"Kamu engga seperti biasanya, biasanya kamu rugi sedikit saja sudah marah-marah sama karyawan kamu. Tapi sekarang kamu rugi 2 M engga masalah?" Rafael akhirnya menceritakan apa yang terjadi kemaren.

"Maaf Pi kalau karena Rafael membuat perusahaan rugi," ujarnya setelah menceritakab semuanya.

"Papi malah bangga kepada kamu El, kamu mengambil keputusan yang tepat,"

"El apa kamu mulai mencitai Maira?"

"Belum Mi, tapi Rafael janji akan menjaga Maira seperti yang Papi sama Mami inginkan,"

"Bagus El Papi senang karena kamu mau menerima Maira menjadi istri kamu,"

Maira berdiri dibelakang pintu, dia telah bangun sejak tadi dan telah mendengar perbincangan antara Rafael Barra dan Indah soal kejadian yang terjadi kemaren.

Dia menjadi tidak enak dengan keluarga Rafael, karena dia telah menyebabkan kerugian yang cukup besar.

"Aku harus gimana ya? Hmmm,"

Maira lalu duduk diatas tempat tidur, dia bingung kalau nantinya bertemu dengan Indah dan Barra.

"Udah jam 12 kita makan siang bareng aja yok, sekalian ajak Maira," ujar Indah.

"Hmm Maira mungkin engga mau kalau makan siang diluar, dia engga mau ada karyawan yang tau kalau dia calon istri Rafael Mi,"

"Loh kenapa El?"

"Maira kan masih magang disini Mi, nanti dia merasa janggung kalau ada yang tau,"

"Oh begitu, yaudah kita makan disini aja. Kamu pesan makanan sana El,"

Rafael akhirnya menyuruh Lisa membelikanya makanan.

"Rafael kekamar dulu Pi Mi, mau lihat Maira sudah bangun belom," ujarnya setelah Lisa datang membawakan makanan.

"Yaudah sana, biar Mami yang nyiapin makananya," gumam Indah sambil meletakan makanan itu diatas meja.

Rafael membuka pintu kamarnya.

Ceklek

Rafael masuk kedalam kamar, dilihatnya Maira yang sudah duduk diatas tempat tidur sambjl melamun.

"Dek," panggil Rafael membuyarkan lamunan Maira.

"Eh iya Pak, ada apa?"

"Ayok makan siang, ada Papi sama Mami juga didepan,"

"Om sama tante tau kalau saya disini Pak?"

"Iya aku udah jelasin kok, kamu engga usah khawatir," ujarnya lalu mengusap kepala Maira. "Yaudah ayok makan," ajak Rafael.

Rafael dan Maira keluar dari kamar bersama.

"Hey sayang sini duduk kita makan bareng," ujar Indah yang melihat Maira keluar dari kamar.

"Om tante," ujarnya sambil mencium tangan Barra dan indah bergantian.

"Ayok makan Maira," ujar Barra. Mereka pun lalu makan bersama.

"Gimana perut kamu, masih sakit?"

"Udah lumayan Tan," jawab Maira.

"El, kapan-kapan ajak Maira kerumah dia kan belom pernah main kerumah,"

"Iya Pi, nanti kalau Rafael ada waktu,"

"Kamu mau kan Maira main kerumah Tante?"

"Pasti Tan, nanti Maira main kerumah Om sama Tante," ujarnya sambil tersenyum.

Setelah selesai makan, Barra dan Indah pun pamit untuk pulang.

"Kami pulang dulu ya sayang, kalau Rafael nakal kabarin Tante aja ya jangan sungkan,"

"Iya pasti Tan,"

"Dia engga galak kan sama kamu?"

"Engga Om, cuman kek singa aja," ujar Maira yang langsung mendapat plototan Rafael. Barra dan Indah tertawa mendengar perkataan Maira.

"Tuh kan Om baru dibilangin gitu langsung melotot, awas loh Pak nanti matanya keluar," canda Maira.

"Kamu udah berani ya,"

Maira berdiri dibelakang Indah lalu dia menjulurkan lidahnya mengejek Rafael.

"Udah-udah jangan bertengkar, kamu El harus jaga Maira baik-baik jangan galak-galak kalau sama perempuan tuh," ujar Indah.

"Iya Mi,"

"Yaudah Papi sama Mami pergi dulu, jangan macem-macem sama Maira,"

"Iya Pi," Maira dan Rafael mencium punggung tangan Barra dan Indah secara bergantian. Setelah itu Barra dan Indah pun keluar dari ruangan Rafael.

Rafael menyentil kening Maira.

"Aduh Bapak," ujarnya sambi mengusap-usap keningnya.

" Bilang apa kamu tadi?"

"Saya bilang Bapak kek singa kalau marah,"

"Dari pada kamu kek itik,"

"Kok itik?"

"Iya manja,"

"Manja tapi gemesin dan ngangenin kan," canda Maira.

"Hiii pede banget kamu,"

"Awas loh Pak, nanti jatuh cinta loh sama saya,"

ujarnya lalu duduk di sofa.

"Jangan-jangan kamu yang ngarep sama aku," balas Rafael sambil memainkan alisnya dan duduk disebelah Mairan.

Maira langsung memukul wajah Rafael menggunakan bantal.

"Aduh,"

"Rasain tuh, nyebelin sih,"

"Yang mulai duluan sapa hah?"

"Dasar singa nyebelin," ujar Maira lalu memonyongkan bibirnya.

"Kalau kamu kek gini jadi pengen," gumam Rafael menggantung.

"Pengen apahah?" Maira memelototkan matanya.

"Pengen nampol,"

Buk

Maira memukul wajah Rafael menggunakan bantal lagi.

"Itik kamu berani sekali ya memukul wajah ganteng ini,"

"Uwek ganteng, apa Bapak engga pernah ngaca ya?"

"Enak aja, banyak tauk yang bilang aku ganteng," ujarnya sambil memainkan alisnya.

"Saya rasa yang ngomong Bapak ganteng perlu periksa mata deh, sapa tau mereka katarak," Rafael langsung menarik hidung Maira.

"Sakit singa," rintih Maira sambil mengelus-elus hidungnya.

"Sukurin," ejek Rafael.

"Awas ya nanti aku aduin ke Tante," ancam Maira.

"Dasar itik, udah manja tukang ngadu lagi,"

"Biarin wek," Maira lalu menjulurkan lidahnya.

"Udah-udah sana kamu masuk kamar, aku mau lanjut kerja,"

"Bosen tau, saya kerja aja ya Pak,"

"Engga boleh, emang nya perut kamu udah baikan hah,"

"Santai kali Pak ngomong nya jangan ngegas gitu,"

"Ya lagian kamu dibilangin engga nurut sih,"

"Iya-iya saya engga kerja, tapi mau duduk disini aja,"

Rafael lalu berdiri dan berjalan menuju mejanya, Dia mengambil lapton dan beberapa dokumen yang diperlukan. Setelah itu dia kembali duduk disebelah Maira.

"Bapak kenapa duduk disini?"

"Terserah aku dong, ini kan ruangan ku,"

"Hii nyebelin banget sih, maksud saya kan lebih nyaman Bapak kerjanya duduk dikursi Bapak dari pada disini,"

"Kalau aku duduk disana nanti susah jitak kamunya, kan kejauhan,"

"Ouh iya ya nanti aku juga susah kalau mau mukul Bapak,"

Buk

Maira memukul wajah Rafael menggunakan bantal lagi.

"Maira!!!" teriak Rafael sambil melototkan matanya menatap Maira.

"Suruh sapa nyebelin, udah-udah Bapak jangan melotot yaa nanti matanya keluar mending Bapak terusin aja kerjanya," Rafael lalu melanjutkan kerjanya.

Hampir satu jam Rafael bekerja dan tidak mendengar suara Maira lagi. Rafael lalu menoleh kearah Maira, dilihatnya Maira yang sedang melamun.

"Ngelamunin apa dek?" tanya Rafael membuyarkan lamunan Maira.

"Hmm engga papa Pak,"

"Ada yang dipikirin ya?"

"Eh engga kok,"

"Kalau ada masalah cerita aja jangan sungkan, kan kita teman,"

"Iya Pak," Rafael lalu menghentikan pekerjaanya dia mengubah posisi duduknya menghadap Maira.

"Ada apa cerita aja,"

"Engga ada apa-apa Pak,"

"Ketauan muka kamu kalau lagi bohong gini, mikirin apa sih dek?"

"Hmm tadi saya engga sengaja denger pembicaraan Bapak sama Om dan Tante soal perusahaan yang rugi 2 M,"

"Hmm,"

"Maaf Pak,"

"Kenapa minta maaf?"

"Bapak kan rugi karena saya,"

"Engga papa dek, jangan dipikirin,"

"Hmm tapi kan 2 M itu besar,"

"Uangkan bisa dicari lagi, kalau sekarang aku rugi berarti belum rejekiku. Nanti juga akan ada gantinya, kamu engga usah mikirin itu,"

"Hmm tapi kan aku engga enak,"

"Kasih kucing,"

"Bapak! lagi serius juga,"

"Cie ngajakin serius," goda Rafael sambil memainkan alisnya.

"Hiii tau ah nyebelin,"

"Ya makanya kamu engga usah mikirn itu yaa, udah jadi tugasku juga buat jagain itik yang manja ini," ujar Rafael sambil mengelus kelapa Maira dan dibalas senyuman dari Maira.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel