Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 Datang Bulan

Maira masuk ke kamar Rafael, dia langsung menjatuhkan dirinya dikasur. Dia merasa lebih tenang karena sikap Rafael yang baik kepadanya.

Tapi tetap saja dia masih enggan menikah dengan Rafael.

"Menikah sebulan lagi, huff ngurus diri sendiri aja belum bisa gimana mau ngurus suami???"

"Apalagi kalau nanti hamil, aaaaa aku belum siap,"

"Terus nikahnya sama Pak Rafael, dia tuh dingin cuek tapi kadang baik perhatian juga. Tapi kalau marah serem," uajrnya sambil membanyangkan wajah Rafael yang sedang marah. "Hiii,"

"Nanti kalau udah nikah aku harus masak, aaaa akukan engga bisa masak, kalau bersih-bersih rumah sih udah biasa tapi kalau masak hmmm"

Maira memang anak orang kaya tapi dia sudah terbiasa dengan pekerjaan rumah kecuali memasak. Maira tidak pernah mau belajar memasak entah apa alasanya dia selalu menolak dia disuruh untuk belajar memasak.

Maira sebenarnya pandai membuat kue atau cemilan tapi untuk memasak lauk pauk dia tidak bisa. Bahkan enggan untuk belajar.

"Kok perutku engga enak ya?" gumamnya saat merasakan nyeri diperutnya.

"Ini tanggal berapa sih?" tanyanya lalu melihat tanggal di ponselnya.

"Pantesan engga enak perutnya, keknya aku haid deh," Maira lalu masuk kekamar mandi untuk mengeceknya.

"Tuh kan bener aku haid, keluar bentar deh beli pembalut lupa engga bawa persiapan sih,"

Maira lalu membuka pintu kamar Rafael, dilihatnya Rafael yang sedang sibuk belerja Maira berdiri sejenak memandang Rafael, dia merasa malu kalau mengatakan ingin membeli pembalut.

Rafael yang sadar bahwa Maira berdiri memandangnya lalu dia mendongakan kepalanya meandang Maira.

"Ada apa? Kamu butuh sesuatu?" tanya Rafael.

"Saya mau pergi sebentar," ujar Maira.

"Mau ngapain?"

"Hmm beli cemilan,"

"Yaudah biar aku suruh Lisa aja, kamu mau apa?"

"Hmm apa ya?"

"Kok bingung? Kamu mau beli apa dek?" tanya Rafael lagi.

"Hmm pembalut," ujarnya dengan malu.

"Kamu haid?"

"Iya Pak,"

"Yaudah aku suruh Lisa buat beliin dulu, kamu masuk aja kedalam,"

"Eh iya Pak,"

"Engga usah malu, masuk gih," ujarnya sambil mengusap kepala Maira. Maira hanya tersenyum lalu ia masuk kedalam kamar Rafael lagi.

"Eh iya aku lupa minta beliin minuman buat pereda nyeri," ujarnya setelah menutup pintu kamar.

"Hmm yaudah lah semoga kuat aja nahanya, hey perut ayolah kita bersahabat hari ini yaa," ujarnya sambil mengelus perutnya.

Maira lalu berbaring ditempat tidur karena merasakan perutnya yang mulai nyeri.

"Baru juga dibilangin kok malah tambah sakit," gerutu Maira yang berbaring ditempat tidur sambil memegangi perutnya.

Rafael langsung menyuruh Lisa membelikan pembalut untuk Maira. Setelah itu Rafael melanjutkan kerjanya.

Tak berapa lama Lisapun datang membawa satu kantong plastik.

"Permisi Pak, ini pembalutnya," ujarnya sambil memberikan kantong plastik itu. Rafael membukanya dia heran karena Lisa membelikan sebotol minuman.

"Ini minuman apa?" tanya Rafael yang tidak tau.

"Itu minuman untuk meredakan nyeri haid Pak,"

"Nyeri haid?"

"Iya Pak, biasanya perempuan kalau haid hari pertama akan merasakan nyeri. Saya belikan itu buat jaga-jaga siapa tau Bu Maira merasakan nyeri haid,"

"Ini aman?" tanya Rafael.

"Aman Pak, saya biasa minum itu soalnya,"

"Yaudah makasih," Lisa bengong karena Rafael memgucapkan terima kasih kepadanya. Ini pertama kalinya dia mendengar Rafael mengucapkan terima kasih.

"Hey," ujar Rafael yang melihat Lisa bengong.

"Eh iya Pak saya permisi," Lisa lalu berjalan keluar dari ruangan Rafael.

"Tiga tahun kerja sama Pak Rafael baru pertama kalinya denger beliau mengatakan terimakasih,"

Rafael mengetuk pintu kamarnya.

Tok tok tok

Dia lalu membuka pintu itu, dilihatnya Maira yang sedang berbaring diatas tempat tidur sambil memejamkan matanya dengan keringat yang sudah membasahinya.

Rafael langsung berjalan mendekatinya dia duduk ditepi tempat tidur, "Dek," panggilnya sambil menyentuh tangan Maira.

Maira yang mendenger Rafael memanggilnya dia membuka matany. Dia yqng melihat Rafael sudah duduk ditepi ranjang langsung bangun dari tidur nya.

"Eh iya Pak, maaf ketiduran,"

"Engga papa, nih pake dulu pembalutnya terus ini ada minuman pereda nyeri haid," ujarnya sambil memberikan kantong plastik itu.

"Kok Bapak tau saya butuh itu?"

"Aku sebenere engga tau terus Lisa yang beliin dan ngasih tau aku kalai perempuan biasanya nyeri haid, apa sangat sakit?"

"Lumayan tapi engga papa nanti juga baikan kok Pak,"

Maira lalu menuju kamar mandi untuk memakai pembalutnya. Setelah memakai pembalut ia keluar dari kamar mandi dan melihat Rafael yang duduk diatas tempat tidur sambil bekerja.

"Itu diminum dulu lalu kamu tidur, aku temenin sambil kerja,"

"Hmmm,"

"Tenang aku engga akan ngapa-ngapain kamu kok,"

"Aku bukan takut diapa-apain tapi engga nyaman aja ada Anda disitu, lagian juga mau ngapai kan aku lagi haid,"

Maira lalu duduk ditempat tidur dia mengambil minuman itu dan ingin membukanya.

"Sini biar aku bukain," ujar Rafael lalu mengambil botol minuman itu dari tangan Maira.

Setelah Rafael membukanya dia memberikannya lagi ke Miara. Maira langsung meminumnya, setelah minum Maira membaringkan tubuhnya disamping Rafael duduk.

"Istirahatlah,"

"Oh iya Pak, hari ini Saya engga magang tuh nilainya engga dikurangin kan?" tanya Maira.

"Mana berani aku kasih nilai kamu C, yang ada setelah itu aku tinggal nama," Maira tertawa mendengar perkataan Rafael.

Maira mencoba untuk tidur tapi tidak bisa karena rasa nyerinya. Dia sudah mencoba tidur dengan posisi telentang tengkurap miring ke kanan maupun miring ke kiri tetapi tetap tidak bisa tidur.

Rafael yang melihat itu lalu mengelus kepala Maira.

"Masih sakit ya dek?"

"Hmm,"

Rafael terus mengelus kepala Maira agar dia tertidur. Sebenarnya dia ingin mengelus perut Maira tetapi dia tidak berani.

Karena rasa nyaman dari sentuhan tangan Rafael dikepalanya membuat dia mengantuk dan akhirnya tertidur.

Setelah memastikan Maira yang sudah tidur, Rafael keluar dari kamar karena takut mengganggu Maira nantinya.

Ceklek

"El," panggil Indah.

"Eh Mi, kok ada disini? Sejak kapan papi samq mami dateng?" tanya Rafael lalu mencium punggu tangan orang tuanya.

"Baru aja, kamu kenapa kerja dikamar?"

"Hmm engga papa Mi,"

"Oh yaudah mami mau kekamar mandi dulu ya," Indah hendak membuka pintu kamar Rafael, dia ingin kekamar mandi yang ada didalam kamar Rafael.

"Kamu ngapain berdiri didepan pintu El? Mami mau masuk,"

"Eh hmm nganu,"

"Kamu kenapa sih? Pi jangan-jangan El nyembunyiin perempuan dikamarnya," gumam Indah ke Barra.

"Iya El kamu kenapa sih, ada apa didalam?"

"Awas-awas El," Indah mendorong Rafael agar tidak menghalangi pintu.

Ceklek

Indah terkejut karena ada perempuan yang tidur dikamar Rafael.

"El!!!" teriak Indah.

"Eh Mi jangan teriak, nanti Maira bangun,"

"Maira?"

"Iya Pi Mi itu Maira, dia lagi haid perutnya sakit akhirnya Rafael suruh dia buat tidur didalam,"

"Oh gitu, Mami kira perempuan itu selingkuhanya kamu, yaudah Mami kekamar mandi dulu," Indah masuk kekamar Rafael lalu menuju kamar mandi tanpa bersuara takut mengganggu Maira.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel