Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

2. Janji Kencan

Bram sudah siap-siap, dan penampilannya lebih sporty seolah-olah ingin mengimbangi penampilan teman kencannya. Bram terlihat begitu Happy. Petty anaknya melihat penampilan Bram langsung godain Bram,

"Tumben Pap ngantor dandanannya kayak om senang gitu." Goda Petty anaknya

"Masak sih? kamu ada-ada aja, kan Papa biasa kalau mau ketemu klien di luar dandanannya santai," Bram sambil mesam-mesem membalas candaan Petty

"Awas pap.. ntar ada ABG yang nyantol lho, umur sih boleh tua tapi ABG demennya om-om kayak Papa gitu deh," canda petty lagi sambil cengengesan.

"Udah ah.. papa jalan dulu ya mau ke Ritz Carlton meeting sama klien di sana." Bram langsung ngeloyor keluar rumah.

"Okey pap, ati-ati ya.. jangan lupa pulang," Petty kembali godain Bram.

Bram langsung masuk mobilnya yang sudah standby di halaman. Bram menyetir sendiri tanpa di supiri. Sudah menjadi kebiasaannya kalau ada janji kencan selalu tidak di supiri. Mobil Bram tidak menluncur ke arah jalan Sudirman tapi malah ke arah Pondok Indah.

Menyusuri jalan Arteri Pondok Indah yang masih padat merayap, sejak zaman kuda gigit besi yang tidak pernah berubah. Bram kadang begitu emosional kalau sudah di pepet Kopaja yang jalannya gak beraturan.

Di kanan mobilnya juga berjejer motor ojek online dan motor pribadi, 'temper' Bram mulai sedikit meninggi. Dia begitu khawatir kalau janji kencannya sama Asha bisa gagal. Hubungannya yang setelah sekian lama, dan menghasilkan seorang anak lelaki lucu diberi nama 'Brama' oleh Asha. Untuk mengenang saat indah bersama Bram.

Bram benar-benar tidak menyangka kalau diusianya yang hampir menginjak setengah abad, di anugerahi seorang anak hasil dari perselingkuhan isengnya dengan Asha, yang sekarang menjadi tanggung jawabnya. Bram mulai memikirkan kelanjutan hubungannya dengan Asha yang sudah menjadi ibu dari anaknya.

Ponsel Bram ada nada panggilan masuk. Bram melihat panggilan masuk yang tertera nama 'Alex', nama yang biasa di gunakan Bram untuk mengganti nama Asha di daftar kontaknya.

"Ya sayang.. om masih di Arteri Pondok Indah nih, jalannya macet parah,"

"Terus gimana dong? tetap jadi kan om?"

"Jadi dong.. gini deh kamu langsung aja ke hotel ya, kamu booking aja kamarnya,"

"Yaaah.. uang Asha gak cukup om buat booking hotelnya, transferan om kemarin udah di beliin kebutuhan Brama,"

"Oke.. ntar om transfer buat booking kamarnya ya, kalau kamu udah di hotel kabari om."

Pas di perhentian traffic light, Bram manfaatkan untuk transfer uang ke Asha. Bram terlihat begitu happy, dia ingin mendengar banyak dari Asha tentang perkembangan Brama yang usianya sudah hampir enam bulan.

Di sebuah hotel di bilangan Fatmawati, Asha menuju ke resepsionis untuk memesan kamar,

"Selamat pagi mbak.. saya mau pesan kamar deluxe-nya masih ada gak?" Asha dengan dandanan yang agak di dewasakan, dengan make up yang maksimal dan dengan gaya bicara di ubah sedemikian rupa

"Oh.. ada mbak dilantai 5,"

"Oke.. gak apa-apa mbak," Asha mengecek table harga di brosur yang ada dihadapannya. "Bisa pakai debit ya mbak?"

"Bisa mbak.."

Asha menyerahkan debit card-nya ke Resepsionis hotel, dan tidak lama setelah itu resepsionis hotel mengambalikan kartu debit Asha sekaligus memberikan guess room key. Sebelum naik ke kamar, Asha telpon Bram.

"Om.. aku sudah booking kamar yang deluxe, untung cukup uangnya.. hehehe,"

"Yaudah, om sebentar lagi nyampe kok,"

Asha langsung menuju lift sambil telepon dengan Bram, pas mau masuk lift Asha pun sudah selesai telepon Bram. Setelah keluar lift di lantai 5, Asha mencari kamar 505 yang tidak jauh dari lift.

Asha masuk kamar dan memasukkan kartu ke slot card, lampu kamar dan AC, TV pun menyala. Sudah lama sekali Asha tidak merasakan fasiltas kamar seperti itu, hanya dengan Bram lah dia bisa menikmatinya.

Asha langsung mengecek semua fasiltas yang tersedia, terutama yang ada di dalam toilet. Asha begitu lega, melihat bathtub yang tersedia. Timbul pikirannya untuk mandi terlebih dahulu. Asha pun segera mengisi bathtub sambil menunggu bathtub penuh, Asha menanggalkan pakaiannya satu persatu.

Baru saja dia mau masuk ke bathtub bell kamarnya berbunyi. Asha segera membalut tubuhnya dengan handuk buru-buru membuka pintu. Bram masuk di sambut dengan pelukan Asha. Bram membalas pelukan Asha dengan sangat bersemangat. Mereka tenggelam dalam Asmaradhana cinta terlarang.

Bram dan Asha melepas kerinduan yang sudah sekian lama tertahan. keduanya seakan-akan bernostalgia dan Bram pun lupa dengan usianya. Kesenjangan usia diantara keduanya seperti lawan tanding yang tidak seimbang, namun Asha pandai memainkan peranan, seakan-akan dia sudah terpuaskan.

Bram sangat bangga dengan keperkasaannya, karena Asha memperlihatkan ketidakberdayaannya menjadi lawan tanding Bram. Padahal sesungguhnya Asha belum merasakan apa-apa saat Bram sudah mencapai puncak pelepasan.

Semakin Asha pandai menempatkan dirinya, semakin royal Bram terhadap Asha. Usia boleh muda, namun Asha tidak perlu kehilangan akalnya untuk menaklukkan Bram. Bram begitu bersemangat untuk menyelesaikan permainan saat dia melihat Asha seperti kewalahan menghadapi Bram.

Asha memang tergolong remaja belia yang belum terlalu berpengalaman dalam memadu cinta. Sehingga dia lebih sekadar melayani ketimbang menikmati. Namun berbeda dengan Bram yang terpancing gairahnya setelah melihat Asha tanpa sehelai benang pun yang membalut tubuhnya.

Tubuh nan ranum dan sintal, sangat jauh berbeda dengan stok yang sudah tersedia di rumah. Situasi itulah yang membuat Bram terasa terus muda. Gairahnya serasa terus ada, karena memang ada pemicunya. Asha telah membuat Bram terasa lebih muda dari usianya, itulah yang membuat dia sangat menyayanginya.

Sesi pertama sudah usai, namun Bram belum ingin menyudahi permainan. Meskipun dia sendiri sudah terkulai lemas tak berdaya, namun hasratnya menginginkan ada sesi kedua.

Tidak ada ekspresi yang berarti dari wajah Asha. Ekspresinya datar seakan-akan yang baru dilakukannya bukanlah sesuatu yang menguras tenaga. Asha menatap wajah Bram penuh iba, ia teringat sosok ayahnya yang menghilang sejak ia masih kecil. Asha belum memahami apa itu kepuasan bercinta.

Asha kembali berbaring di samping Bram, dipeluknya Bram dengan penuh rasa sayang. Bram mulai menggeliat dan membalas pelukan Asha dengan penuh kasih. Dia begitu kasihan dengan Asha, masih remaja sudah harus mengasuh anak hasil hubungan terlarangnya dengan Asha.

"Asha.. om akan siapkan Apartemen buat kamu dan Brama, juga Baby sitter untuk mengurus Brama ya,"

"Terima kasih om, memang bagusnya gitu, kapan pun om bisa ketemu Brama dan aku. Itu jauh lebih hemat dari sewa hotel cuma buat kencan seperti ini,"

"Nanti om akan kenalkan kamu sama orang kepercayaan om, semua kebutuhan kamu nanti dia yang urus. Namanya Marchel, orangnya sangat bisa dipercaya dan jujur,"

"Asha terserah om aja, gimana baiknya aja, yang penting Brama bisa tumbuh dengan sehat."

Bersambung

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel