Pustaka
Bahasa Indonesia

Terjerat Cinta sang Playboy

64.0K · Tamat
Hikaru San
55
Bab
5.0K
View
8.0
Rating

Ringkasan

Zee seorang wanita yang susah move on dengan pria masa lalu. Harus bertemu setiap hari di tempat kerja membuatnya merasa putus asa bisa menemukan cinta yang lain.Satu hal yang tak terduga, ia memergoki sepasang kekasih sedang berciuman di rooftop tempatnya bekerja. Kejadian ini membuatnya benar-benar shock.Yang lebih membuatnya ilfeel saat Edo mengaku-ngaku sebagai pacarnya dan berusaha menaklukkan hati Zee dalam 10 hari.kisah cinta, masa lalu dan luka menghiasi cerita ini, happy reading.

Cinta Pada Pandangan PertamaWanita CantikRomansaCLBKDewasa

Bab 1

Siapa sih yang tidak pernah merasakan cinta pertama? ya, setiap orang pasti pernah mengalami yang namanya cinta pertama. Cinta yang mampu membuat selalu tersenyum bila mengingatnya.

Cinta pertama bagiku hanyalah sebuah cinta monyet. Cinta monyet yang tidak penting dalam hidup, cinta yang hanya meninggalkan seorang mantan, dan mantan adalah masa lalu yang harus dilenyapkan, tetapi kenapa begitu sulit melupakan yang namanya mantan. Dia itu seperti hantu yang siap berterbangan di mana-mana.

Menyebalkan, pasti. Kenapa aku harus terkurung dalam bayangannya. Bertemu setiap hari dengan Riki membuatku harus tersiksa. Apalagi status jomblo kelas akut sudah benar-benar melekat. Semenjak putus dengannya, tak ada satu lelakipun yang cocok di hatiku. Mereka semu sama saja.

Setiap hari dengan santainya ia memamerkan kemesraan dengan pacar barunya. Hal ini benar-benar membuatku jengah karena ulahnya.

Hari ini aku mendapat jadwal masuk shift siang, bekerja sebagai kasir di salah satu supermarket terbesar di kota. Pekerjaan ini sudah kugeluti selama lima tahun.

Satu hal yang paling aku benci dari pekerjaan ini adalah harus bertemu dengan Riki, mantan yang paling menyebalkan. Lebih tepatnya bisa dikatakan aku telah gagal move on.

Wajahnya yang tampan, serta pribadi yang perhatian membuatku benar-benar tak bisa melupakannya.

“Hai zee,” sapa Alena teman dekatku.

“Hai!”

“Kamu sudah tahu kabar dari Riki?” tanya Alena.

“Gak penting!”

Aku membuka jaket dan menyimpannya ke dalam loker.

“Riki pacaran dengan anak accounting sekarang, dan si Intan sudah diputusin. Kapan kamu bisa move on dari dia?”

“Males ah ngomongin dia.” Aku beranjak meninggalkan Alena.

Selalu saja pertanyaan itu yang ia lontarkan. Apa salahnya dengan status jomblo, karena jomblo itu asyik, gak terikat dengan siapapun, dan aku menikmati status jombloku sekarang.

Memghindar dari situasi yang menyebalkan, aku memutuskan pergi ke rooftop supermarket sebelum pergantian shift.

Tempat ini adalah tempat favoritku saat menghilangkan penat, melihat pemandangan dari atas gedung cukup ampuh menghilangkan mood jelekku.

Perkataan Alena benar-benar membuatku naik darah.

Menghirup udara lepas, memasang headset mendengarkan lagu favorit. Pandanganku tertuju pada sepasang kekasih yang sedang memadu kasih.

Aku terhenyak, Mereka berciuman mesra, sang perempuan nampak begitu agresif, sedangkan sang lelaki sangat menikmatinya.

‘Shit! Gila mereka,’ umpatku dalam hati.

Mataku membulat tak percaya melihat adegan tak senonoh itu di depan mata kepalaku sendiri. Mata lelaki itu tepat menatap awas. Aku terkesiap, pandangannya begitu tajam dan menghentikan aktifitasnya.

Wajahnya memang tampan dan mempesona, tetapi kelakuannya sangat minus. Berciuman dengan anak gadis orang di sembarang tempat.

Aku segera membalikkan badan dan langsung turun, bisa gila bila terlalu lama berada di sini.

Melihat wajah laki-laki itu membuatku semakin ilfeel pada lelaki.

Napasku terengah-engah, membayangkan agresifnya sang perempuan. Tatapan lelaki itu seolah tak mau hilang dalam pikiran.

Merapikan pakaian, aku bersiap melakukan pergantian shift. Semoga saja hari ini alu tidak sial karena kejadian tadi.

*****

“Zee, aku duluan ya.” Alena melenggang pergi dengan sang kekasih.

Jam kerja telah usai, semua karyawan telah pulang, hanya tinggal aku dan beberapa orang saja yang masih tersisa di parkiran.

Aku masih sibuk menstarter motor yang mogok. Kesialan apa lagi yang harus kudapat hari ini. Sepertinya, motor kesayangan mulai bermasalah lagi.

“Zee, ada yang bisa kubantu?” sapa Riki yang datang tiba-tiba.

“Gak usah, aku bisa sendiri.” tolakku.

“Zee, sepertinya kita perlu bicara.” Riki mendekatiku, aku mundur satu langkah.

Aku merasa jengah bila harus berdekatan dengannya, apalagi mendengar berita dari Alena, membuatku benar-benar semakin ingin menjauhinya.

“Gak ada yang harus kita bicarakan. Kamu dan aku, end.”

“Zee, aku paham kamu belum bisa move on dari aku. Jadi, berilah aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya.”

“Pede amat kamu, siapa bilang aku susah move on dari kamu. Perlu kamu tahu, Aku sudah punya pacar.”

“Oh ya, kalau begitu tunjukkan padaku!” Riki menantangku.

'Alamak, Kenapa jadi begini, bisa tertawa menang dia melihatku masih betah menjomblo.'

Aku berpikir keras, bagaimana caranya agar dia yakin tentang ucapanku.

“Aku pacarnya!”

Suara lantang terdengar dari belakangku, bahkan suara itu sama sekali tidak pernah kukenal.

Kami menoleh asal suara bersamaan, betapa kagetnya aku bukan kepalang. Ternyata, dia adalah lelaki yang kulihat di rooftop. Ia menghampiriku, merangkul bahuku dengan santainya.

Sumpah, beneran ingin segera kulepas rangkulan lelaki tersebut, tetapi bukankah ini kesempatan yang bagus agar Riki percaya pada ucapanku.

“Kenalkan, aku Edo.”

“Benar kamu pacarnya Zee?” tanya Riki memastikan.

Pandangannya menelisik lelaki di sampingku.

Aku hanya terdiam, lelaki ini telah menjadi penolongku di hadapan Riki sekarang.

“Iya, aku pacarnya Zee, apa kamu perlu bukti?” tantangnya. Wajahnya yang terkesan suka tebar pesona, amat terlihat jelas dari dekat.

Riki terdiam, tatapannya seolah tak senang melihatku dan Edo. Tanpa sepatah kata pun akhirnya Riki meninggalkan kami.

Aku bisa bernapas lega, langsung kulepas rangkulan Edo. Gila, ini orang pede amat mengaku-ngaku jadi pacarku.

“Hei, Nona, kamu ini tidak sopan!” tegurnya padaku.

“Kamu yang tidak sopan. Seenak jidat mengaku-ngaku jadi pacar orang.” Aku mendelik menantangnya.

“Kamu!”

Lelaki itu semakin menatapku tajam, pandangannnya benar-benar membius. Seperti ada magnet di dalamnya. Bibir itu, ya bibir itu benar-benar seksi. Aku harus menelan salivaku berkali-kali, lelaki itu semakin mendekatkan wajahnya.

Bayangan kejadian tadi siang seakan berputar dalam memoriku, membuat ilfeel bila mengingatnya, meskipun ku akui bibir itu memang benar-benar seksi.

Dug!

Aku memukul kepalanya menggunakan tas, tubuhnya langsung mundur beberapa langkah, Ia menggerutu kesakitan.

“Cewek gila!”

“Kamu yang cowok gila.”

“Its ok, aku memang gila, kita lihat aja.” ujarnya, sembari tersenyum licik saat melihatku.

"Ish, dasar otak mesum."

"What the?" Mukanya tampak terkejut mendengar ucapanku.

"Iya, kamu itu tukang mainin cewek, nyium orang di sembarang tempat, sekarang ngaku-ngaku jadi pacar orang, dan barusan kamu mau mencoba menciumku. No, aku bukan cewek murahan."

"Terserah kamu lah, kamu memang cewek aneh, tapi lihat saja, kamu akan merindukan kehadiranku, kita lihat saja nanti."

Edo tersenyum dan meninggalkanku dengan tanda tanya besar. Apa maksud dari semua perkataannya.

Lelaki itu mulai menghilang dari pandanganku, mengatur ritme napas yang berantakan karena hal yang tak pernah terduga.

Pacar dadakan?

Mantan?

Gagal move on?

Playboy?

keempat elemen itu seakan menempel pada pikiran Zee.

'Oh my God, cobaan apa lagi ini.'

Aku benar-benar tak tahu rencana apa yang tuhan berikan padaku. Bertemu dengan seseorang yang mengaku menjadi pacar. Lebih parahnya, lelaki teraebut adalah seoramg playboy yang suka bercumbu dengan setiap wanita.

Dosa apa aku harus bertemu dengan lelaki seperti dia.