Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 1

GANESHA HIGH SCHOOL.

Seorang gadis cantik berkuncir kuda tengah di tunjuk oleh salah satu temannya untuk menggantikan posisinya.

Dia Ara Bella atau biasa di panggil Bella, seorang gadis yang masih duduk di kelas 11IPS. Gadis cantik dengan lesung pipi di wajah itu hanya bermodalkan beasiswa agar bisa belajar di sekolah elit Ganesha high school.

Bella si gadis sederhana akan tetapi tak mampu membuatnya malu di kelilingi teman- teman yang kaya. Tak ada yang berbeda menurutnya, miskin dan kaya hanyalah sebuah faktor keberuntungan tidak menentukan kecerdasan otak pikirnya.

"Lo sekarang yang jadi," tunjuk Alia teman sekelas Bella tengah membuka kain yang sedari tadi menutupi matanya.

Bella mendengus sebal, karena kejahilan sahabatnya itu membuatnya harus menerima konsekuensinya. " Awas lo, Nyet," tunjuk Bella pada sahabatnya yang sudah  tertawa terpingkal-pingkal di sebelahnya.

"Wekk, makanya jangan diam mulu. Rasain tuh," ejek Liana dengan menjulurkan lidahnya. Gadis itu adalah orang kaya , namun ia tak bermasalah berteman dengan Bella yang notabennya adalah orang miskin di Ganesha.

Dengan langkah ogah- ogahan, Bella berjalan ke arah guru yang mengajar olahraga. Tatapan sedari tadi terus mengarah pada gadis yang masih tertawa disana. "Gue tandain lu, monyet," batin Bella tersenyum tipis di bibirnya sebelum mata itu tertutup dengan sempurna.

"Kamu sudah siap!" Tanya Bu Arum sebelum memulai permainannya.

"Meskipun gak siap harus siap kan ,Bu!" Seru Bella membuat Bu Arum tersenyum .

"Tepat sekali," sahutnya dengan senyuman.

Guru yang biasanya di panggil Bu Arum itu memutar tubuh Bella tiga kali dengan gerakan pelan.

Suara sorak begitu nyaring ketika Bella mulai menggerakkan tubuhnya. Tangannya meraba-raba tempat yang menurutnya ada salah satu temannya disana.

Nihil.

Tak ada yang ia gapai. " Kalian jangan jauh- jauh. Sini deketan, gue biar gak susah." Ucapnya ketika rasa kesalnya mulai hinggap padanya.

"Enak di elu, monyet," teriak Liana yang membuat Bella menajamkan pendengarannya. Tubuhnya terbalik dan kembali melangkahkan kakinya dengan tangan yang terus menerus meraba kesana- kemari.

Hening.

Suara tepuk tangan itu menghilang, semua teman- temannya seakan lenyap bak di telan bumi ketika tak ada yang bersuara sama sekali.

"Kenapa pada diem? Udah bisu kalian," teriak Bella yang tak sekalipun di gubris oleh teman- temannya. Gadis itu terus saja mencari dengan begitu semangatnya, ia berpikir jika semua itu hanya akal bulus para temannya kala tak ada suara apapun disana.

Greppp ...

"Apa gue bilang. Gue bisa dapat mang___."

Ucapannya terhenti ketika penutup mata itu sudah terbuka. Matanya membola sempurna ketika tau siapa yang sekarang tengah di peluknya.

"Eh, apaan Lo," sarkas Bella melepaskan pelukan itu secara kasar.

Para cowok yang ada di belakang seseorang pria yang sudah di peluk Bella tadi tentu saja terkejut bahkan ada yang di buat melongo. Terlebih para teman -teman sekelas Bella yang melihat adegan tersebut, sungguh di luar pemikirannya.

"Dewa, lo gak apa?" Tanya pria tampan yang berada di belakangnya.

Para temannya khawatir dengan apa yang dilakukan gadis yang sudah dengan lancang memeluk Dewa. Biasanya pria itu akan memberikan pelajaran pada gadis yang memegangnya dengan lancang apalagi ini memeluknya.

Sebenarnya nama pria yang di peluk Bella tadi bukanlah Dewa melainkan Benedict Marvels. Namun para teman- temannya menganggapnya leader di Ganesha maupun leader geng motor hingga membuat namanya populer dengan julukan 'Dewa' seantero Ganesha.

Tak ada sahutan dari Dewa, pria yang irit bicara itu tak sekalipun membuka mulutnya. Akan tetapi matanya masih mengarah pada sosok gadis yang sudah lancang memeluknya .

"Apa Lo?" Sentak Bella yang tak takut sama sekali dengan sosok yang sangat berpengaruh di Ganesha.

Dewa yang notabennya pentolan Ganesha itu menatap Bella tanpa ekperesi. Bahkan fans- fans Dewa pun ikut menatap tajam ke arah gadis yang sudah lancang memeluk pria yang di kaguminya.

"Minggir," sarkas Dewa mendorong kasar bahu Bella hingga membuat gadis itu terhuyung ke samping.

Sungguh, tenaga pria itu tak main- main bahkan ia bisa membuatnya oleng seketika tubuh Bella.

"Lo gila hah!" Sentak Liana ketika Dewa dan para teman- temannya sudah menjauh.

Liana menggepak bahu Bella dengan kasar setalah melihat kegilaan yang di tujukan Bella pada sosok pria seperti Dewa. Gadis itu pastinya sudah tau bagaimana sifat dan tabiat Dewa jika ada yang mencari masalah dengannya.

Dan Bella malah dengan gamblang menantang seorang Dewa yang banyak fans gilanya. " Lihatlah fans Dewa, lu bakalan kena amukan mereka setelah ini," ucap Liana

"Bodo. Gue disini belajar bukan cari musuh. Dan yang harusnya lo salahin itu si Dewa gesrek itu. Lagian ngapain main meluk gue, dia pikir gua cewek apaan hah," cecar Bella bersedekap dada, Sekarang keduanya tengah melangkahkan kakinya ke arah kantin dengan saling menggerutu

"Astaga, Bella. Bisa gak lo rem suara lo hah. Lo bisa di bejek sama Dewa kalau lo ngomong kayak gitu. Lo kenapa gak takut sih? Dan ya, harusnya lo sadar yang meluk Dewa itu lo bukan sebaliknya. Masak lo gak nyadar," jelas Liana dengan frustasinya. Sungguh, berbicara dengan Bella membuat emosinya bermekaran dengan cepat.

"Lo sahabat gue atau dia sih. Kenapa lo belain dia mulu. Heran deh gua," Tukas Bella yang sudah menampakkan raut kekesalannya. Tangannya bersedekap dada di tambah langkah yang semakin lebar, seakan meninggalkan Liana yang sudah mendengus sebal disana.

"Anak kadal memang tuh bocah. Dikasih tau malah nyeblak mulu bawaannya," gerutu Liana. Langkah kakinya mengejar Bella yang sudah lumayan jauh dari pandangan matanya. "Bel, tunggu," teriak Liana dengan langkah lebarnya.

******

Benedict Marvels seorang leader dari geng motor Venus. Menjadi bad boy di Ganesha high school karena ada masalah tentang masa lalunya. Dulunya, pria tampan dengan wajah blasteran bule itu adalah sosok yang penurut dan sangat ceria. Namun, saat ini semuanya berubah ketika hatinya sudah di gores dengan belati kecil oleh seseorang di masa lalunya.

"Wa, Lo gak apa?" Tanya Damian teman dekat seorang King yang notabennya pria yang suka bergonta-ganti pasangan, biasanya para teman- temannya memanggilnya si play boy cap kadal.

"Nothing," sahut Dewa tanpa melihat kearah seseorang yang mengajaknya berbicara.

"Lo kenapa diam aja di peluk cewek itu? Tumben!" Tanya Damian yang kini sudah mendudukkan tubuhnya di sebelah Dewa. Pria itu selain playboy dia juga si tukang kepo tentang hal yang menyangkut ketiga sahabatnya.

Dewa tak menjawab, pria itu hanya mengedihkan bahu dengan menyilangkan kakinya disana. Tangannya mengetuk- ngetuk dagunya dengan pelan, entah apa yang ada di otaknya saat ini.

"Dam, lo bisa diam gak sih. Si Dewa kayaknya lagi menetralisir perasaannya. Tumben banget gak kasih pelajaran sama wanita yang udah main pegang. Dan ini meluk woy, gua aja sampek gak percaya kalau Dewa bakalan diam aja. Gue mikirnya bakal kena gaplok tuh muka si cewek," jelas Steve yang sedari tadi menyimak ucapan Damian.

"Gue juga mikirnya gitu," tutur Arsen yang juga menimpali. Hanya Arsen lah diantara ketiga teman Dewa yang masih bisa berpikir jernih dalam mengambil tindakan.

"Tapi dia cantik juga. Bisa masuk list pacar gue selanjutnya," tukas Damian dengan senyuman genitnya. Ia membayangkan bagaimana manisnya wajah Bella yang tadi ketika menampakkan lesung pipi indahnya itu .

"Busyett, Dam. GAK GUE GAK SETUJU," ucap Steve yang tak suka dengan ucapan Damian. Pria yang memiliki label playboy juga itu tak akan membiarkan Damian mengambil skaknya lebih dulu.

"Jangan bilang lo mau embat neng geulis gua, Steve. Big no, dia udah milik gua," tegas Damian. Begitulah kegilaan antara Damian dan Steve, sama -sama menyukai banyak wanita disisinya.

"Lu sama Evelyn aja tuh. Dia kan di gadang- gadang jadi primadona sekolah," celetuk Steve membuat mata Damian melotot sempurna. Ia begidik ngeri membayangkan jika dirinya memiliki kekasih seperti Evelyn.

"Ogah, apaan primadona kayak badut gitu. Mending gua sama neng geulis berlesung pipi, ahhh manisnya," papar Damian dengan binar mata yang tak biasa bahkan senyuman itu begitu merekah disana.

"Kalian bisa tidak jangan memperebutkan wanita sehari. Gue budek dengerinnya," timpal Arsen yang sudah muak dengan perdebatan kecil antara Damian dan Steve. Masalahnya sudah pasti hanya sosok wanita yang di perebutkan.

"Tidak bisa, Sen. Si neng sangat menggoda, biarkan Aa Damian yang akan meluluhkan hatiny___ ."

"Berisik," sentak Dewa yang sedari tadi diam. Ia menatap tajam ke arah ketiga sahabatnya ketika suara itu begitu mengganggu pendengarannya.

bersambung...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel