7. Tak Ada Noni, Maura pun Jadi
Selesai sesi pertama, aku peluk Noni dengan penuh kasih sayang. Noni terlihat sangat bahagia, “Om.. inilah yang Maura inginkan dari Om selama ini, Maura ikhlas kok kalau om waktu itu yang merenggut Kesucian Maura.” Ujar Maura dengan senyum penuh kebahagiaan.
“Tapi, om memang gak kepikiran sampai sejauh itu Maura, makanya sikap om biasa aja waktu itu.” Aku jelaskan itu pada Maura. “Padahal waktu kita pulang dari Club, kita bisa check in berdua lho om, aku menunggu ajakan om malam itu.” Ujar Maura.
Aku bilang pada Maura kalau saat itu memang belum rezeki aku. Mendengar Ucapanku itu, Maura malah tertawa terbahak-bahak, “Om dapat sisanya aja sudah senang kok Maura.” Aku bercanda pada Maura dan Maura kembali tertawa mendengar candaan aku.
Aku cerita pada Maura bahwa aku punya banyak teman ABG, yang nasibnya hampir sama dengan dia. Maura antusias ingin mendengarkan cerita aku tentang ABG yang pernah aku kenal, “Ceritain dong om.. pengen tahu seperti apa nasib mereka?” desak Maura.
Aku ceritakan tentang pengalamanku dengan Noni, mulai dari perkenalan sampai aku kehilangan Noni. Dan aku katakan kalau Noni itu nasibnya seperti Maura, yang hidupnya luntang-lantung tidak jelas. Maura merasa cemburu dengan Noni yang sangat aku sayangi, meski aku kehilangannya.
“Kan sudah ada Maura om.. masak sih om masih kehilangan Noni? Kehadiran aku gak om anggap dong?” tanya Maura dengan penasaran. “Ya.. kalau sekarang kan memang sudah ada Maura, jadi om gak merasa kehilangan Noni lagi, om merasa kehilangan itu saat belum ada kamu.” Jawabku sambil mengecup pipi Maura.
Maura sangat senang mendengar jawabanku, dia merasa hanya ada dirinya dihati aku. Maura kembali mengajakku untuk melanjutkan sesi kedua, “Om sudah siap belum nih untuk sesi kedua? Maura kepengen lagi nih.. habis om gocekannya paten banget.” Maura minta aku melanjutkan sesi kedua.
Sebelum itu aku tanya pada Maura, “Kamu masih mau dengar pengalaman om yang lain gak?” tanyaku. Dengan spontan Maura menjawab, “Mau.. mau om, tapi yang seru ya.. yang bisa membuat aku bergairah om..” jawab Maura.
Aku cerita tentang pengalamanku berhubungan intim dengan ABG yang Hyper, yang tidak ada capeknya dalam berhubungan intim. Dalam satu kali pertemuan bisa berhubungan intim sampai berkali-kali, sehingga sampai membuat mataku berkunang-kunang.
Belum selesai semua ceritaku tangan Maura sudah menjelajahi area sensitifku. Rupanya mendengar ceritaku Maura langsung terpancing gairahnya, dia pun tidak lagi mendengar ceritaku. Secara atraktif tangannya meremas dan menstimulasi bagian bawahku, sehingga aku pun terpancing untuk meresponnya.
Maura rupanya sudah benar-benar tidak bisa menahan gairahnya, dia mengambil posisi ‘woman on top’ menyerang. Posisi itu dianggapnya paling nyaman bagi dirinya yang sedang hamil. Aku membiarkan Maura memimpin permainan, dan aku lebih kepada menerima. Dengan begitu aku bisa lebih hemat tenaga.
Tidak lama setelah itu Maura mencapai pelepasan terlebih dahulu. Aku membalikkan posisinya berada dibawah agar aku bisa menuntaskan permainan dengan maksimal. Entah apa yang membuatku masih bisa bertahan, sehingga Maura mulai kewalahan. Melihat Maura sudah mencapai pelepasan berkali-kali, aku pun menyelesaikan permainan.
Aku buru-buru berdiri dan menuju ke kamar mandi, sementara Maura sudah terkulai lemas di tempat tidur. Aku langsung membersihkan diri, karena hari sudah menjelang tengah malam. Selesai mandi aku langsung mengenakan pakaian.
Melihat aku mengenakan pakaian Maura bertanya, “Om mau kemana? Aku mau om tinggal ya?” tanya Maura dengan mimik muka yang memelas. “Om mau pulang Maura.. kamu nginap aja di sini. Besok pagi om mampir ke sini.” Ucapku. “Yah.. Maura pikir om mau temani Maura.” Ujar Maura sedih.
Aku hampir Maura yang masih di tempat tidur, aku kecup keningnya, setelah itu aku pamit pada Maura, “Om pulang dulu ya.. kamu kalau butuh sesuatu pesan aja ya.” Ucapku. Maura hanya menjawab dengan anggukan kepala. Ada kekecewaan tergurat di wajahnya. Aku tinggalkan Maura di hotel sendirian, aku langsung pulang.
Sampai di rumah begitu aku buka pintu dengan kunci yang aku bawa, baru saja aku menutup pintu dalam kegelapan ruang tamu istriku bertanya, “Kok pulangnya malam sekali mas?” tanya isteriku. Aku kaget, ternyata isteriku sudah menunggu di ruang tamu. “Ada kerjaan yang tidak bisa ditunda Sri.. jadi harus mas selesaikan malam ini.” Jawabku.
Aku hampir isteriku, aku kecup keningnya seperti yang selalu aku lakukan terhadap isteriku. Rupanya isteriku belum terlalu puas dengan jawabanku, “Mas tidak sedang berbohong kan? Mas jangan bohongi aku.. soalnya perasaan aku gak seperti biasanya.” Ujar isteriku. “Gak Sri.. mas gak sedang membohongi kamu.” Jawabku. Aku ajak isteriku masuk ke kamar untuk segera tidur.
Di tempat tidur aku sulit sekali memejamkan mata, ada perasaan bersalah yang menggelayut dipikiranku. Aku merasa sangat berdosa telah berbohong pada isteriku yang begitu percaya selama ini denganku. Aku juga kepikiran dengan Maura yang sendirian di hotel, aku memikirkan kelanjutan hubungan ku dengan Maura ke depannya.
Malam itu aku bermimpi ketemu dengan Noni. Dalam mimpi itu Noni terlihat mengenakan seragam SPG Rokok yang cukup terkenal, dia sedang menaiki tangga gerbong kereta api. Aku mencoba menghampirinya, namun kereta sudah bergerak maju. Noni hanya melambaikan tangannya ke arahku.
Aku terbangun dari mimpiku, rasanya aku tidak ingin mimpi itu terjadi dalam kenyataan. Perasaanku begitu sedih mengingat mimpi itu, sehingga membuatku tidak bisa tidur sampai subuh. Selepas subuh aku pamit pada isteriku, “Sri.. mas jalan kerja ya, karena harus ke luar kota.” Alasanku pada isteriku.
“Tumben mas? Kok pagi sekali berangkat kerjanya?” tanya isteriku yang sedang menyiapkan sarapan pagi. “Ya.. kebetulan hari ini ada proyek yang harus diselesaikan di luar kota.” Jawabku. Masih dengan penuh tanda tanya, isteriku melepaskan kepergianku pagi itu.
Aku segera Order taksi online untuk ke hotel di mana Maura menginap. Begitu taksi sampai, aku langsung naik dan menuju ke hotel. Dalam perjalanan ke hotel aku kembali merasa bersalah terhadap isteriku yang sudah begitu baik. Aku juga kembali teringat mimpiku tentang Noni, rasanya aku sangat sulit menerima apa yang ada dalam mimpi tersebut.
Sampai di hotel aku buru-buru menuju ke kamar Maura, karena aku harus sampai di kantor jam 8 pagi. Saat aku ketok kamar Maura, jam baru menunjukkan pukul 6.30, setidaknya aku punya waktu 1 jam bersama Maura di hotel. Tidak lama setelah itu Maura membuka pintu kamarnya.
Maura membuka pintu kamar hanya berbalut selimut, rupanya dia belum sempat mandi. Aku tutup pintu kamar hotel, aku peluk Maura dan mengajaknya ke tempat tidur. “Maura.. waktu om cuma 1 jam menemani kamu, karena jam 8 om sudah harus di kantor.” Kataku sambil menatap Maura yang kembali tiduran.
“Terus aku gimana dong om? Aku harus kemana setelah ini?” tanya Maura. Aku bingung mau jawab pertanyaan Maura. Kalau aku biarkan dia tetap di hotel, mau tak mau aku harus kembali menemuinya. “Nanti jam 12 kamu check out aja dulu, kamu mungkin bisa ke tempat Yosi.” Aku kasih saran begitu pada Maura.
Bersambung
