Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

5. Bertemu Noni Kembali

Dalam perjalanan yang cukup jauh dari Lembang menuju jalan Soekarno-Hatta, Noni tertidur dipangkuanku. Sepanjang jalan aku terus berpikir bagaimana mengakhiri hubunganku dengan Noni, karena aku memang merasa tidak nyaman dengan hubungan yang aneh ini. Jarak usia kami terlalu jauh, aku yang sudah menginjak usia 55 tahun, sementara Noni baru 20 tahun.

Kadang aku berpikir, Soekarno saja bisa menikahi Ratna Sari Dewi yang perbedaan usianya juga cukup jauh. Tapi aku juga mencoba untuk realistis, aku siapa sih? Kok mau sok berpoligami? menghidupi satu isteri saja aku masih belum mampu banget. Masih banyak yang harus aku pikirkan tenimbang berpikir untuk berpoligami.

Berbagai pikiran berkecamuk, antar realistis dan tidak realistis, sekadar untuk merasa kasihan terhadap Noni, dengan kemampuan finansilku untuk menghidupinya. Sesampai di rumah Noni, aku bangunkan dia dari tidurnya yang begitu pulas.

"Non kita sudah sampai, om nanti mampir gak lama ya, karena siang om sudah harus di kantor" Ucapku.

"Ya deh om, tapi om jangan lupa janjinya ya?”

Aku minta supir taksinya menunggu sebentar, karena aku gak mau repot-repot cari taksi lagi. Aku mampir kerumah Noni, dan berbincang sama nenek, tidak lama setelah itu aku segera pamit.

"Maaf ya nek, kami tadi malam terpaksa nginap, karena hujannya gak berhenti sampai malam.” Aku minta maaf pada nenek Noni.

"Ya gak papa.. nenek percaya sama nak Danu, bisa menjaga batas hubungan kalian” ucap nenek.

"Alhamdulillah nek, yaudah saya gak bisa mampir lama nek, saya harus sampai Jakarta siang ini"

"Yaudah, hati-hati dijalan"

"Ya nek, In Shaa Allah Noni sehat nek, kemarin gak ada ada keluhan apa-apa, Noni om pulang ya" Danu pamit pada nenek dan Noni

Aku langsung naik taksi menuju ke stasiun bandung. Sepanjang perjalanan menuju stasiun, aku kembali mempertimbangkan janjiku pada Noni. Apa yang harus aku katakan kalau seandainya aku tidak bisa menepati janji tersebut. Bagiku saat itu, aku sudah berhasil mengalahkan keinginan nafsu yang begitu sangat menggoda. Satu tahap sudah aku lalui, dan masih ada tahapan lain yang harus aku hadapi.

Setelah satu minggu sejak kepulanganku dari Bandung, Noni tidak pernah lagi menghubungiku, mungkin dia sangat kecewa karena aku tidak ingin menidurinya. Aku memang tidak sampai hati untuk melakukan itu, karena aku sangat tahu penderitaannya.

Noni adalah gadis yang pantas untuk menjadi anakku, tenimbang menjadi kekasih. Meskipun Soekarno pernah melakukannya, namun aku tidak mungkin menikahi anak yang seusia anakku, dan aku bukanlah seorang seperti Soekarno, aku bukanlah siapa-siapa yang pantas untuk melakukannya.

Ada rasa rindu kepada Noni, beberapa kali aku mencoba menghubunginya, tapi tidak pernah bisa tersambung. Ada rasa khawatir kalau-kalau Noni kembali anpal, karena sakit Noni kadang-kadang bisa mendadak membuatnya pingsan dan perlu penanganan serius.

Beberapa kali aku mencoba WA dia, namun tetap saja tidak berbalas. Aku mencoba melupakan Noni untuk fokus kepada pekerjaanku yang semakin padat. Tidak terasa, sudah hampir dua minggu tetap tidak ada kabar dari Noni.

Suatu hari, tiba-tiba dia muncul di Jakarta, dia meminta aku untuk datang ke sebuah hotel. Rupanya Noni dijebak oleh temannya, dan ingin dijual pada lelaki hidung belang. Untung saja dia segera menghubungiku, dan aku membawa dia keluar dari hotel tersebut.

Akhirnya dia aku tempatkan di sebuah hotel, dan rencananya besok baru aku antar pulang ke Bandung. Noni tidak mau nginap di hotel kalau tidak ditemani aku, sementara aku tidak ingin apa yang tidak aku inginkan terjadi.

"Kalau om Danu gak mau temani aku, ngapain om membawa aku keluar dari hotel tersebut? Biar aja aku jadi santapan lelaki hidung belang!!” ucap Noni kesal.

Akhirnya aku temani dia malam itu, aku kasih alasan ke rumah kalau aku tidak pulang, karena ada proyek yang harus dikerjakan.

Malam itu, Noni tidak lagi bisa dibendung, dia tetap ingin aku melakukannya. Dia tidak ingin mati dalam keadaan penasaran katanya. Noni sudah melepaskan semua pakaiannya, dan dia menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Om aku ingin malam ini tidak ada lagi alasan, om Danu harus penuhi keinginanku.. aku tidak ingin mati penasaran karena itu om" ujar Noni sudah pasrah.

Aku mencoba naik ke tempat tidur dan mendampinginya, dengan sangat agresif dia melucuti pakaianku satu persatu. Akhirnya aku pun telanjang polos tanpa tanpa dibaluti sehelai benang pun.

Di bawah selimut kami bergumul, Noni yang berinisiatif melakukan serangan, aku hanya memuruti keinginannya. Noni sangat bergairah, dengan sangat atraktif dia memainkan organ kejantananku, baik dengan tangan maupun dengan bibirnya yang merah merekah bak sekuntum mawar yang baru mekar.

Setelah itu dia menelusuri sekujur tubuhku mulai dari perut, sampai kedadaku, dengan bibirnya. Aku benar-benar melayang dibuatnya. Aku pun membalas dengan menstimulasi bagian dadanya yang ranum dan mengimajinasikannya bagai buah-buahan segar untuk dinikmati.

Malam itu Noni benar-benar tidak lagi bisa di kontrol, setelah dia merasa hampir mencapai puncak pelepasan, dengan posisi masih diatas, dia mengambil inisiatif untuk menduduki area sensitifku dan memompanya sampai dia terkulai lemas, begitu juga dengan aku.

Dia ternyata belum ingin selesai sampai di situ. Setengah jam kemudian, dia mulai lagi berusaha untuk memancing gairahku. Ditariknya aku ke kamar mandi, dia minta aku duduk diatas closet dan Noni mengambil posisi duduk di atasku. Dia kembali memimpin permainan dengan sangat agresif, aku sudah mulai kewalahan, namun Noni tetap menyemangatiku.

Aku tidak tahu kalau malam itu, adalah malam terakhir dari pertemuan kami. Noni benar-benar menghabiskan malam itu sampai pagi, dia sangat menikmati persengamaan yang kami lakukan. Malam itu benar-benar dia tuntaskan, sekan-akan esok tidak ada lagi kesempatan.

Paginya aku mengantar Noni sampai ke Travel, sebelum berangkat dia meminta agar aku memeluknya. Aku agak malu sebetulnya, tapi demi Noni itu harus aku lakukan.

"Om Danu, terima kasih ya sudah mau menemani aku, dan mau memenuhi keinginanku" Ucap Noni. Aku sekarang sangat bahagia om, aku sudah merasakan apa yang aku inginkan selama ini.” Lanjut Noni. “Semoga kita masih dipertemukan dilain waktu ya non.” Ucap ku.

"Om sangat memuaskan, semoga ini bukan pertemuan kita yang terakhir ya om" Balas Noni.

Seminggu setelah itu, komunikasi aku sama Noni kembali teputus, ponselnya sama sekali tidak bisa dihubungi, aku mulai khawatir dengan kondisi kesehatannnya.

Noni adalah gadis yang sangat ekspresif, dia selalu menunjukkan apa yang dia inginkan. Pengalamannya dalam bercinta, ternyata di luar ekspektasi aku, sebelumnya aku berpikir Noni adalah gadis yang lugu dan polos. Ternyata Noni punya jam terbang yang cukup lumayan dalam bercinta.

Dari hari ke hari, minggu ke minggu, aku berusaha untuk menghubunginya, namun sangat susah untuk tersambung. Aku merasa sangat rindu pada Noni. Suatu hari, ada notifikasi WA masuk, aku tidak mengenal nomornya, lalu aku membaca pesan yang terkirim:

[Om… apa kabar? Maaf ya kalo Noni tidak kasih kabar… Noni kembali terbaring di Rumah sakit om, semoga pertemuan yang kemarin bukan yang terakhir, Noni kangen sama om…noni pengen ketemu lagi.. Semoga masih ada waktu ya om... I love you om]

Tiba-tiba aku menjadi begitu sedih membaca pesan itu, aku merasa Noni seperti halnya anakku, aku begitu khawatir dengan keadaannya.

Bersambung

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel