Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

### chapter 4 umpan di serang

​ Umpan di Sarang

​Mercedes-Benz Maybach S-Class hitam mengilap berhenti tepat di depan pintu masuk The Aureum Club, klub terbesar dan paling eksklusif di Virelle City. Di bawah cahaya spotlight yang dramatis, Rael turun, gaun emerald dan aura VVIP-nya langsung menarik perhatian setiap valet dan penjaga.

​Rael berjalan masuk. Matanya menyapu ke setiap sudut gedung megah itu. Arsitekturnya adalah perpaduan Art Deco dan modern, dengan lampu gantung kristal besar yang memantulkan kemewahan.

​Di lobi utama, lalu lalang anak-anak muda yang modis berbaur dengan beberapa orang kaya paruh baya yang mengenakan setelan Brioni dan jam tangan mahal. Aroma parfum Tom Ford yang kuat beradu dengan musik ambient house yang berdentum pelan.

​Rael masuk ke club tanpa hambatan, Golden Card miliknya sudah cukup sebagai paspor. Ia tidak langsung menuju private lounge di atas, melainkan memilih tempat strategis.

​Ia duduk di meja bar panjang yang terbuat dari marmer hitam Italia. Bar itu sendiri dihiasi dengan botol-botol minuman langka seperti Louis XIII Cognac dan Armand de Brignac Champagne.

​Rael memesan minuman non-alkohol, sebuah sparkling water dingin. Ia tahu dia harus tetap jernih.

​Matanya melihat ke sekeliling. Rael mencari anomali, perbedaan kecil yang akan membongkar kedok klub ini sebagai kartel narkoba. Pengunjung tampak bahagia, tertawa, dan mabuk dalam kemewahan. Para staf berwajah tenang dan profesional, sebanding dengan staf di Hotel V-Lux.

​"Seperti tidak ada yang mencurigakan," batin Rael. "Tampak baik-baik saja."

​Namun, Rael tahu semakin sempurna penampilan luarnya, semakin gelap rahasia yang tersembunyi di balik dinding The Aureum Club. Kecerdasannya menolak pemandangan damai di hadapannya. Juan Estren, si mafia seniman, pasti tidak akan membuat markasnya terlihat mencurigakan.

​Rael mengangkat tangannya, pura-pura menyesuaikan antingnya yang mahal, sambil menekan earpiece kecil yang terpasang tersembunyi.

​"Ellen, jam berapa Juan akan datang ke klub ini?" tanya Rael, suaranya rendah dan santai di tengah dentuman musik house yang kini semakin keras.

​"Masih jam sepuluh, Rael. Kau tunggu. Dari kabar yang aku terima, dia rutin ke sana pada jam sebelas malam. Selalu melewati jalur privat dan langsung ke lounge eksklusif. Tetap tenang," jawab Ellen dari markas rahasia.

​"Baiklah," Rael memutus sambungan.

​Ia kembali pada marmer bar yang dingin, menyesap air mineral berkarbonasi dari gelas kristal Riedel yang ramping.

​Di sekelilingnya, banyak laki-laki yang mendekat. Mereka adalah kolektor VVIP, para pengusaha yang ingin tahu siapa wanita dengan aura dominan di balik gaun emerald yang sempurna itu.

​Namun, Rael adalah wanita yang tidak mudah untuk disentuh. Ia tak perlu membalas senyum atau mengacungkan jari. Tatapan matanya sudah cukup dingin, cerdas, dan penuh perhitungan.

Aura ketenangan Rael sudah mampu membuat orang begidik, mengisyaratkan bahwa dia bukanlah hadiah yang bisa dibeli dengan sebotol Crystal Champagne.

​Waktu berlalu. Jarum jam di atas bar menunjukkan pukul 22:58.

​Setelah menunggu sekian lama, rombongan Juan Estren terlihat tampaknya menyolok memasuki area VIP di sisi klub.

​Juan tidak menggunakan pintu utama. Ia dan rombongannya masuk dari koridor samping, dikawal oleh setidaknya empat pria berjas gelap yang tampak seperti patung. Juan Estren sendiri terlihat menawan, mengenakan setelan cashmere abu-abu terang yang santai namun mahal.

​Rael melihat dari ujung matanya, sambil menyesap minumannya. Ia tidak memberikan reaksi apa pun, membiarkan Juan berpikir bahwa Rael adalah satu-satunya wanita di The Aureum Club yang tidak menoleh padanya.

​Mata Rael, yang terlatih untuk observasi, mengunci pada target. Permainan telah resmi dimulai

Rombongan Juan Estren bergerak elegan menaiki tangga marmer menuju Private Lounge di lantai atas area yang terlarang bagi mata umum. Selama berjalan, Juan seperti tidak melirik ke bawah, matanya terfokus ke depan, sesuai dengan sikap seorang pria yang terbiasa menjadi pusat perhatian.

​Namun, saat ia mencapai ketinggian balkon lounge pribadinya, matanya berhenti. Dia melirik ke arah bar di lantai bawah, tempat Rael Veine duduk. Sosok Rael, yang menyendiri dalam balutan gaun emerald, adalah anomali yang menarik.

​Juan memanggil manajer klub yang berdiri di dekatnya.

​"Siapa wanita itu?" tanyanya, suaranya pelan. Ini bukan pertanyaan biasa; ini adalah penuntutan informasi.

​Manajer klub, seorang pria rapi bersetelan Gucci yang nyaris tak terlihat, segera mengerti urgensinya. Ia melirik, lalu segera meminta tablet ke asisten wanitanya. Dengan cepat, manajer itu mencari daftar tamu VIP hari ini.

​"Ah, dia Nona Rael Veine, Tuan Estren. Eksklusif VVIP Grade A dari Agency V-Lux," lapor sang manajer, menyebutkan status yang menjamin track record kebersihan dan kecerdasan Rael.

​Juan Estren mendengarkan. Informasi Grade A itu membuat mata Juan mengisyaratkan kepuasan. Senyum tipis terukir di sudut bibirnya. Rael Veine bukan sekadar wanita cantik, ia adalah barang langka yang menuntut usaha.

​Juan, yang memegang gelar seniman hangat (yang sebenarnya adalah mafia), menyandarkan tangannya ke pembatas balkon yang terbuat dari kaca tebal. Ia mengambil posisi santai, tetapi tatapannya intens.

​Dari atas, ia memperhatikan Rael dengan saksama. Rael tampak sangat tenang, nyaris dingin, seolah-olah klub mewah itu adalah ruang tunggu stasiun kereta biasa. Aura sensualitasnya yang terkontrol dan tatapannya yang tak tertaklukkan mengundang Juan untuk memulai permainan.

​Umpan Vale telah berhasil menarik perhatian target

Juan Estren melepaskan tangannya dari pembatas balkon, tatapannya kini dingin, tidak lagi ramah seperti seniman. Ia sudah membuat keputusan.

​"Cari tahu, apakah dia sudah ada tamu malam ini," perintah Juan pada manajer klub.

​Sang manajer segera menggeser data di tablet. "Sejauh yang kami tahu, Tuan Estren, Nona Veine datang sendiri. Namun, dia tidak ada dalam daftar janji klien malam ini."

​"Bagus," potong Juan, suaranya tajam. "Kalau begitu, kirim dia ke lantai 5. Kamar 501. Beri tahu dia aku yang meminta."

​Manajer itu menegakkan jas Gucci-nya, wajahnya menunjukkan keraguan yang jarang ia tunjukkan di hadapan klien penting.

​"Maaf, Tuan Estren," katanya hati-hati, "Namun, Nona Rael... dia tidak bisa dibawa semudah itu. Tarifnya sangat fantastis, bahkan di luar standar VVIP. Selain itu, yang memakai jasanya harus menghubungi pihak agensi terlebih dahulu, Tuan. Barulah Rael akan datang."

​Manajer itu menjelaskan bahwa Rael adalah komoditas langka yang dijaga ketat oleh sistem.

​Senyum sinis terukir di bibir Juan. Ia menyadari Rael bukan sekadar wanita penghibur biasa.

​"Hanya seorang wanita penghibur, tapi punya incredible yang rumit," batin Juan, mengakui kecerdasan Rael dan agensinya. Komplikasi ini justru menarik minat Juan, yang terbiasa dengan tantangan.

​"Hubungi agensinya sekarang juga," perintah Juan, mengeluarkan kartu hitam Centurion Card dari dompet kulitnya, sebuah isyarat pembayaran tanpa batas. "Aku mau dia malam ini di tempat tidurku."

​Tanpa menunggu konfirmasi dari manajer, Juan berbalik. Ia meninggalkan balkon klub yang ramai, dan berjalan menuju lift khusus yang hanya melayani tamu Private Lounge. Tujuannya adalah lantai 5, lantai khusus untuk kamar-kamar VVIP club itu, tempat di mana rahasia tergelap Virelle City seringkali dipertukarkan.
Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel