Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9

                Satu minggu telah berlalu, dan Aisyah sungguh sudah moveon dari Agung. Ia berusaha ikhlas dan terus berdoa pada Allah, hingga Allah mengabulkan doa nya.

Aisyah berharap ia di pertemukan dengan pria yang jauh lebih baik dari Agung dan bisa membimbingnya dalam jalan Agama dan kebaikan. Semoga Allah segera mempertemukan mereka.

Langkah Aisyah terhenti di gerbang sekolah saat ia telah selesai mengajar. Tatapannya tertuju pada sosok Raihan yang berada tak jauh dari posisinya. Raihan terlihat tengah berjongkok dengan memegang sebotol air mineral di tangannya. Dan yang membuat Aisyah terpaku dan kagum adalah, Raihan tengah memberikan air kepada seekor kucing kecil yang terlihat kehausan menggunakan tangannya.

Melihat itu jantung Aisyah kembali berdebar-debar, sampai tanpa sadar ia menyentuh dadanya sendiri dan termangu. 'Perasaan apa ini?' pikir Aisyah.

Raihan tampak menguyel-nguyel kepala kucing itu dengan gemas. Ia menengadahkan kepalanya dan tatapannya bertemu dengan Aisyah. Ia beranjak dari duduk rengkuhnya.

Melihat Raihan sudah melihat ke arahnya, Aisyah pun memutuskan berjalan mendekatinya.

"Bagaimana?" tanya Raihan saat mereka sudah berhadapan.

"Apa?" tanya Aisyah kebingungan.

"Masih galau?" tanya Raihan dan Aisyah langsung menggelengkan kepalanya.

"Untuk apa galau berlarut-larut," seru Aisyah. "Seperti yang kamu bilang kami tidaklah berjodoh, sekuat apapun mencoba mempertahankan dan memperjuangkannya tetap tidak akan bersama." Aisyah menerawang ke depan. "Mungkin Allah telah menyiapkan seseorang yang jauh lebih baik untuk menjadi jodohku," ucap Aisyah yang kini tersenyum ke arah Raihan.

"Begitu dong, dewasa yah sekarang pemikirannya bu Guru," goda Raihan membuat Aisyah terkekeh.

"Hari ini aku harus ke toko buku, apa kamu sibuk?" tanya Aisyah.

"Aku ada meeting pukul 5 nanti, ayo aku antar kamu ke toko buku dulu," ucap Raihan yang di angguki Aisyah.

Mereka berdua berlalu pergi meninggalkan area sekolah.

***

Mereka berdua telah sampai di toko buku. Aisyah sudah berkeliling mencari buku yang dia butuhkan dan Raihan juga tampak melihat-melihat buku-buku lainnya.

Setelah mencari kemana-mana, Aisyah sudah dapat apa yang ia butuhkan. Ia menengadahkan kepalanya dan celingak celinguk mencari keberadaan Raihan. Ia berjalan menuju ke area lain untuk mencari keberadaan Raihan dan mengabarinya kalau ia telah selesai.

Deg

Aisyah menghentikan langkahnya saat melihat sesuatu di depannya.

Tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini, Raihan tengah berbincang dengan seorang perempuan cantik dan terlihat masih anak kuliahan. Sangat muda, cantik dan mereka terlihat sangat akrab sekali. Bahkan Raihan tertawa sesekali dalam pembicaraan mereka. Entah apa yang mereka bicarakan, Aisyahpun tidak tau.

Aisyah memalingkan wajahnya dan berbalik memunggungi mereka dengan tatapan kosongnya.

Ada apa dengan hatinya? Kenapa rasanya ia tak rela dan kesal melihat Raihan bisa seakrab itu dengan perempuan lainnya. Kenapa dengan dirinya?

Aisyah yang tidak ingin mengganggu dan masih bingung dengan apa yang ia rasakan memilih pergi menuju kasir untuk membayar buku yang dia beli.

"Kau di sini ternyata, aku mencarimu," seru Raihan yang kini berdiri di sisi Aisyah.

"Terima kasih Mbak," seru Aisyah menerima kantong keresek berisi buku yang ia beli dan menoleh ke arah Raihan.

"Aku sudah selesai, apa kamu masih mau mencari sesuatu?" tanya Aisyah berusaha menghindari tatapan Raihan.

Wanita tadi sudah tak ada... pikir Aisyah.

"Tidak, aku tidak membeli apapun. Ayo," ajaknya berjalan terlebih dahulu seperti biasa.

Aisyah berjalan di belakang Raihan yang hanya berjarak satu langkah saja. Tatapannya menelusuri gaya Raihan yang sangat casual dan begitu menawan di pandangan para wanita semua kalangan. Apalagi kalangan anak sekolah dan kuliahan, Aisyah yakin Raihan menjadi rebutan dan di idolakan. Apalagi wajahnya yang begitu tampan dan sedikit memiliki keturunan barat. Raihan memiliki bola mata berwarna biru dan sangat indah.

Dug

"Astagfirulloh ya Allah..." Aisyah mengusap keningnya yang baru saja menabrak sesuatu yang keras.

"Kamu tidak apa-apa, Ay?" tanya Raihan yang kini sudah berbalik ke arahnya.

"Ah itu aku, maaf aku sedikit melamun," seru Aisyah yang baru sadar kalau dia menabrak punggung keras Raihan saat di depan pintu lift yang masih tertutup.

"Kamu melamun sampai tidak melihat langkahmu karena memikirkan pria itu?" seru Raihan terdengar ketus. "Perhatikan langkahmu, jangan seperti anak ABG yang sedang galau. Bagaimana kalau tadi sedang di eskalator atau tempat yang bisa membahayakan dirimu!"

"Maaf," serunya dan berjalan melewati Raihan masuk ke dalam lift yang kebetulan pintunya sudah terbuka.

"Pria itu!" gerutu Raihan tampak kesal.

Selama di dalam mobil keduanya memilih terdiam membisu. Raihan yang merasa kesal karena Aisyah yang menurutnya terlalu berlebihan dan mendramatisir kegalauannya itu. Ada rasa tak rela dan ikhlas di dalam hatinya karena Aisyah terus berlarut-larut memikirkan pria lain.

Aisyahpun demikian, ia terlalu sibuk dengan pemikirannya. Bukan memikirkan Agung, tetapi memikirkan Raihan. Ia yang masih merasa bingung dengan perasaan yang ia rasakan. Juga ia berpikir, apa sebenarnya hubungan mereka ini? Temankah? Atau pasangan ta'aruf? Tetapi tidak pernah ada kata persetujuan dalam perjodohan ini dari Raihan. Di tambah diri Aisyah yang sekarang seakan sudah bergantung pada Raihan. Bahkan pergi kemanapun sekarang ia tidak pernah sendiri lagi seperti dulu menggunakan motornya. Ia sekarang selalu mengandalkan Raihan dan menjadi ketergantungan pada Raihan.

Hubungan semacam apa yang sedang mereka jalani ini? Bukankah tidak baik terus berduaan tanpa kepastian yang jelas antara pria dan wanita itu tidaklah baik.

*** 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel