Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

5. Berpura-pura

Chapter 5

Berpura-pura

Tahun lalu Marcello bisa menghindari perjamuan dengan alasan klasik: tertidur dan sakit kepala. Awalnya tidak ada satu pun orang yang mengetahui kepergiannya ke Tibet sampai pemandu perjalanannya mengunggah momen pendakian di media sosial pribadinya dan unggahannya menghebohkan jagat maya membuat kedok Marcello terbongkar dan kali ini Marcello tidak bisa menggunakan alasan yang sama lagi untuk menghindari perjamuan yang dibuat bos Haas.

“Aku sangat khawatir kau sudah berada di bagian bumi yang lain dan membuat orang kecewa lagi seperti tahun lalu,” kata Narnia sembari tersenyum semringah.

Narnia Mendez selalu tersenyum ceria dan wanita berparas cantik itu seperti selalu dipenuhi energi. Pemilik rambut cokelat dan mata hijau berbingkai cokelat gelap itu adalah putri dari orang yang menjadi otak di di balik performa mobil balap di tim Haas sekaligus sepupu Barron yang terang-terangan mendukung tim Haas dan bersedia menggelontorkan dana dana yang tidak sedikit.

Pertama kali bertemu Narnia adalah saat perjamuan makan malam saat Marcello baru saja bergabung di tim Haas dan di sana keduanya saling mengikuti akun media sosial. Narnia kemudian secara intens mengirim pesan untuk sekedar menyapanya atau berbasa-basi lalu mereka bertemu kembali saat pertandingan awal musim tahun semalam dan pria mana yang bisa menolak seorang Narnia Mendez? Selain memiliki paras rupawan, Narnia juga memiliki lekuku tubuh yang indah. Bukan hanya memiliki tinggi badan bak super model, liuk pinggang dan pinggulnya sangat menggoda ditambah payudaranya yang berukuran sedang menyempurnakan penampilan wanita itu, dan ditunjang dengan bokong yang tak kalah seksi.

Narnia berkali-kali menggodanya dan setelah beberapan kali mereka berakhir dengan sama-sama mereguk kenikmatan Narnia meminta sebuah kepastian hubungan. Marcello bersedia berkomitmen karena fakta beberapa gadis yang pernah bersamanya hanya akan bertahan tiga bulan, sayangnya Narnia justru bertahan lebih dari satu tahun bersamanya.

Namun, Marcello tidak pernah menutupi apa pun dari Narnia, berkata jujur jika dirinya sama sekali tidak jatuh cinta pada Narnia dan memberikan beberapa syarat salah satunya agar hubungan mereka harus dirahasiakan kepada siapa pun bahkan pada orang terdekat karena Marcello tidak ingin membuat konfrontasi dengan Oliver Mendez. Ayah mana yang senang putrinya dikencani pria yang pernah dikabarkan berkencan dengan beberapa wanita tetapi selalu berakhir dengan tidak baik?

Marcello adalah tipe pria yang acuh, tidak suka diatur, bahkan terkesan tidak peduli pada apa pun di dunia ini dan terhadap wanita. Bahkan terlalu berterus terang pada gadis-gadis yang dijumpainya jika ia hanya ingin bermain-main. Tetapi, gadis-gadis yang terpesona pada wajah dan penampilannya, juga popularitasnya tidak peduli pada hal itu. Mereka menawarkan tubuh mereka dengan suka rela demi bisa tampil bersamanya sementara sebagai pria dewasa normal, Marcello tidak menolak kesenangan sesaat yang gadis-gadis itu tawarkan.

Marcello tersenyum seraya melirik ke arah Barron yang berdiri bersama Aneesa tidak jauh dari tempatnya berdiri. “Mana mungkin aku tidak datang lagi,” ucapnya dengan tenang.

“Kau takut Bos Haas akan menahan bonusmu jika kau tidak datang?” kata Narnia, hidungnya sedikit berkerut dan menatap Marcello dengan tatapan menggoda khas wanita itu.

Mercello mengernyit, bahkan Narnia pun mengetahui seberapa materialistis dirinya dan itu bukan masalah besar baginya karena sikap materialistis dalam diri manusia adalah hal yang biasa karena itu hanya salah satu bentuk pemikiran yang realistis.

“Kali ini Barron datang bersama Aneesa, kau tahu bintang pop itu, kan?" kata Narnia dengan serius.

Marcello melirik ke arah Barron lalu mengangguk dengan tipis. "Penyanyi kesukaanmu, kan?"

Narnia mengangguk dan sorot matanya berkilat-kilat. "Aku tidak menyangka kau mengingatnya."

Marcello mengusap tengkuknya dengan lembut dan mengernyit. "Kau pernah mengatakannya padaku," ucapnya sedikit enggan.

"Dia gadis yang sangat berbakat, sekarang dia datang ke sini bersama Barron. Kurasa pemburu berita di luar sudah melihatnya dan besok akan menjadi headline berita online!” ujar Narnia dan terlihat begitu bersemangat.

Marcello mengedarkan pandangannya ke area pesta—berpura mencari keberadaan seseorang. “Sejak kapan sepupumu mengenal bintang pop itu?”

"Kurasa dari acara lelang untuk amal," jawab Narnia sembari tersenyum.

"Lelang untuk amal?" tanya Marcello berpura-pura memastikan.

"Sepertinya, kemudian mereka akrab dan Barron mulai menyukai Aneesa."

Marcello mengangguk-angguk.

Narnia juga mengangguk, sementara senyum manis masih menghiasi bibirnya yang merah. “Kalau tidak, mana mungkin Barron bisa membeli semua lukisan Aneesa.”

Marcello tersenyum miring. “Cara sepupumu mendekatinya terlalu klasik,” katanya seraya melangkah.

“Jadi, menurutmu bagaimana cara mendekati wanita agar tidak terlihat klasik?” tanya Narnia seraya melangkah di samping Marcello.

Selama ini Marcello tidak pernah mendekati wanita mana pun, jika beberapa kali Marcello ada berita tentangnya yang bergonta-ganti pasangan, itu bukan karena cinta melainkan gadis-gadis itu datang sendiri ke pelukannya tidak terkecuali Narnia.

“Kurasa Aneesa bukan tipe Barron,” kata Marcello dengan malas.

Narnia mengerutkan alisnya dan pandangannya tertuju pada Barron dan Aneesa yang sedang mengobrol. “Kau berpikir begitu?”

Marcello mengedikkan bahunya. “Mereka tidak cocok.”

“Aneesa cantik dan berbakat dan sepupuku memiliki segalanya, kurasa mereka sangat cocok. Jika mereka menjadi pasangan, setiap momen kebersamaan mereka pasti akan menjadi incaran pemburu berita dan publik juga akan sangat menantikannya,” ujar Narnia.

Sampai dunia ini berakhir pun Marcello tidak akan setuju jika Barron cocok dengan Aneesa, tetapi Marcello tidak memiliki niat untuk menyuarakannya dan pembicaraan mereka terhenti manakala seorang pria mendekati Narnia, mengatakan jika Oliver Mendez, ayah Narnia memanggilnya sehingga Marcello merasa terselamatkan lalu melangkah dengan santai mendekati Barron yang berdiri di samping Aneesa.

Barron tersenyum lebar pada Marcello dan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. “Aku yakin kau tidak mungkin pergi naik gunung lagi kali ini.”

Marcello dengan malas menjabat tangan Barron dan tersenyum. “Aku tidak rela uang bonusku ditahan.”

Barron menarik tangannya sembari pandangannya beralih pada Aneesa. “Kurasa kalian saling mengetahui satu sama lain meskipun belum pernah bertemu secara langsung,” katanya pada Marcello dan Aneesa.

“Ya, siapa yang tidak tahu dengan Nona Aneesa,” sahut Marcello seraya mengangguk dan tersenyum ramah pada Aneesa. “Apalagi Nona Aneesa juga berdarah Spanyol, mustahil aku tidak pernah mendengar namanya,” lanjutnya seraya tersenyum dan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

Aneesa mengerjap beberapa kali, tidak menduga jika Marcello bersikap seolah-olah tidak mengenalnya, tetapi segera tersenyum ramah pula untuk menutupi keterkejutannya dan menjabat tangan Marcello. “Ya, meskipun aku tidak pernah mengulik dunia F1, tetapi kau adalah pembalap kontroversial, aku sering melihatmu di televisi dan beranda media sosial.”

Marcello tersenyum penuh arti pada Aneesa. “Jadi, Nona Aneesa pasti tahu namaku, kan?”

“Jangan bercanda, bagaimana mungkin aku tidak mengetahui namamu,” jawab Aneesa seraya dengan lembut menarik tangannya, tetapi Marcello justru menggenggamnya dengan erat. “Marcello Knight.”

Barron berdehem membuat Marcello melepaskan tangan Aneesa dan berkata, “Kalau malam ini aku tidak muncul, takutnya aku akan menyesal karena kehilangan kesempatan berkenalan denganmu, Nona Aneesa.”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel