Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

TJB - 02

Happy reading gais!!

Jangan lupa komentarnya yah

******

Ada rasa sayang

Namun, tidak ada status!

Miris ?

*****

Naara menepuk pelan punggung Xion, beberapa pasang mata yang sedang berbicara dengan Xion menatap tidak suka ke arah Naara. Hal yang biasa wanita itu dapatkan dari wanita-wanita yang terjerat pesona keramahan Xion.

Xion menoleh lalu berdiri sambil berkacak pinggang menghadap Naara dan juga Hanie.

"Astaga, kalian berdua dari mana saja? Aku hampir mati kebosanan menunggu di sini," protes Xion.

Naara mendengkus mendengar perkataan Xion yang nyatanya sebaliknya. Pria itu kegirangan karena bisa berkenalan dengan wanita-wanita baru di kampus ini.

"Oh yah? Bukankah kau sedang asyik dengan para wanita barumu? Di mana letak kebosananmu?" sindir Naara telak.

Xion menggaruk tengkuknya salah tingkah sedangkan Hanie hanya terkekeh mendengar sindiran Naara.

"Jangan merajuk. Wajahmu akan semakin jelek ketika merajuk seperti ini," goda Xion sambil menarik ujung hidung Naara.

Naara menepis tangan Xion dan memutar bola matanya malas. Xion berpaling lagi pada beberapa wanita yang baru saja berkenalan dengannya, meminta izin untuk pergi dan berjanji akan bercakap-cakap lagi dengan mereka jika ada waktu luang lainnya.

Wajah para wanita itu terlihat kecewa dan mendadak sinis menatap Naara. Sedangkan Naara sendiri bersikap tidak acuh atas pandangan itu.

Mereka melanjutkan mini tour kampus. Mereka berhenti dan memilih untuk duduk di salah satu kursi tribun lapangan indoor kampus itu. Sorak sorai bising menjadi tangkapan telingan Naara, Hanie dan juga Xion.

Xion terlihat antusias saat melihat pertandingan futsal. Sedangkan Naara dan Hanie memilih untuk minum dan juga makan cemilan yang mereka bawa.

Pandangan Naara beredar menjelajahi isi lapangan indoor yang cukup besar dan lengkap itu. Namun, tatapannya terhenti takkalah seorang pria yang sepertinya pernah ia lihat sebelumnya sedang menatap kearahnya lekat-lekat. Naara mencoba mengingat-ingat siapa pria itu dan akhirnya ia terpekik.

"Ouch, shit!" pekik Naara saat menyadari siapa pria yang sedang duduk dikelilingi tiga wanita di sampingnya.

Xion mengabaikan pekikan Naara sedangkan Hanie yang duduk di sebelahnya menoleh cepat.

"Kau kenapa?" tanya Hanie bingung.

Naara mengkode Hanie agar mengikuti arah pandangnya dan wanita berambut pirang itu mengumpat ketika tahu apa yang dimaksud Naara.

"Sial! Kenapa Aderaldo menatap ke arah sini seperti itu. Jangan bilang, dia sedang mengincarmu," desis Hanie.

"Kau tau, jika seorang Aderaldo Cetta Early menatapmu lekat dan tajam seperti saat ini, itu karena ada dua kemungkinan," ucap Hanie dan Naara mengerutkan dahi bingung.

"Apa kemungkinan itu?" tanya Naara penasaran.

Hanie menyedot soft drink yang dipegangnya sampai tandas. Kemudian wanita itu menghadap Naara sepenuhnya.

"Kemungkinan pertama, karena dia membenci orang itu dan bersiap untuk dihancurkan sehancur-hancurnya. Dan kemungkinan kedua, karena ia menginginkan sesuatu dan harus ia dapatkan bagaimana pun caranya. Dia pria playboy yang sangat kejam, tidak pandang wanita atau pria. Jika berurusan dengannya dan menentangnya maka, bersiaplah untuk pergi ke neraka. Aku harap kau tidak berurusan dengannya, Naara, karena itu sungguh mengerikan," jelas Hanie panjang lebar dan cukup detail.

Naara yang mendengarnya bergidik ngeri. Ia teringat akan apa yang terjadi beberapa jam yang lalu ketika di toilet. Ia merapalkan doa dalam hati agar tidak terkena masalah apapun dengan pria mesum kejam itu. Mengerikan!

Pria itu menyunggingkan senyum manis, siapa pun yang melihatnya tentu akan terpesona dan mampu merusak kinerja otak serta jantung dalam waktu yang bersamaan. Sangat wajar jika pria itu bisa dengan mudah menaklukan wanita tanpa berusaha keras. Termasuk Naara, wanita itu harus mengakui jika pria tampan bernama Aderaldo memiliki pesona tersendiri yang tidak terbantahkan. Aderaldo cocok mendapat julukan iblis tampan.

"Aku tidak menyukai senyumannya," kata Naara bertentangan dengan isi hatinya yang sebenarnya memuji ketampanan pria brengsek itu.

Xion menoleh dan mengambil duduk di samping Naara.

"Apa maksudmu? Kau tidak menyukai senyuman siapa?" tanya Xion penasaran.

Hanie menjawab pertanyaan Xion. "Aderaldo. Pria yang sedang dikelilingi oleh tiga wanita di bawah sana. Dia adalah mahasiswa S-3 dan juga seorang pengusaha muda sukses di Jerman. Dia juga penyumbang dana terbesar di kampus ini. Dia sangat berbahaya, jangan mencari masalah dengannya jika kau tidak ingin menyesal sekaligus hancur,"

"Aku bahkan tidak peduli siapa dia dan sama sekali tidak tertarik berurusan dengannya," ucap Naara sambil menggenggam botol mineralnya kuat.

"Bagus jika kau demikian. Aku juga berharap kau tidak jatuh cinta padanya. Lebih baik cari pria lain, ah- atau jangan-jangan kau sudah memiliki pria idaman yang kau incar selama ini?" goda Hanie dan kalimat itu mengusik Xion yang duduk diam menyimak.

Naara melotot ke Hanie yang sedang tersenyum menggoda ke arahnya. Xion menatap Naara lekat.

"Kau menyukai seseorang? Apa aku kenal dengan pria itu? Kenapa kau tidak pernah menceritakannya padaku?" cecar Xion pada Naara.

Wanita itu menunduk sambil menormalkan detak jantungnya yang mulai tidak beraturan. Apakah ini sudah saatnya ia membongkar perasaan yang ia punya pada Xion? Tapi apakah jika ia berkata jujur mengenai perasaannya, persahabatannya akan hancur seperti cerita-cerita orang lain? Naara tidak ingin kehilangan Xion. Ia bahkan rela untuk memendam perasaannya demi menjaga hubungan persahabatannya.

"Tidak ada! Hanie hanya menggodaku, ia hanya bercanda. Bukan begitu, Han?" Naara berharap Hanie mengiyakan namun, wanita berlesung pipi itu hanya diam dan tersenyum misterius.

Xion merasa tidak puas dengan jawaban yang diberikan Naara, sahabatnya. Ia merasa ada hal yang disembunyikan wanita itu darinya. Kini di dalam otaknya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan siapa sosok pria yang Naara sukai. Mengapa wanita itu tidak terbuka padanya mengenai hal itu.

Xion benci penasaran. Ia akan berusaha mencari tahu, menggali informasi lebih banyak tentang pria mana yang beruntung disukai oleh sahabatnya itu. Hatinya terusik gelisah namun, pria itu memilih untuk bungkam.

?????

Aderaldo sudah tidak sabar untuk menggoda calon mainannya. Wanita itu cukup menarik, wajahnya cantik, bibirnya sedikit tebal terlihat seksi, bentuk tubuh cukup proposional.

Wanita itu bisa saja masuk dalam kadidat wanita pilihan Aderaldo, tapi sebelumnya ia harus memastikan apakah wanita itu pantas atau sama saja seperti wanita-wanita murahan yang datang dengan sendirinya menyodorkan diri.

"Jadi, nanti malam jam berapa aku ke hotel?" tanya wanita berambut blonde sambil meraba dada Aderaldo.

Pria itu melirik tajam tangan wanita itu. Tangan wanita satu lagi yang duduk di bawahnya meraba benda pusakanya yang tersimpan rapi di dalam celana jeansnya. Ini adalah hal yang menjijikan bagi Aderaldo. Wanita terlalu murahan sama sekali tidak ada tantangannya sama sekali. Harga dirinya bisa dibeli dengan uang bahkan hanya dengan ciuman panas.

Aderaldo menyentak tangan wanita-wanita yang mengelilinginya. Ia mulai muak dan merasa jijik dengan kelakuan wanita itu.

"Pergi menjauh dariku! Jangan berani mendekatiku lagi, atau kalian akan aku hancurkan satu per satu. Kalian memuakkan," sentak Aderaldo.

Wanita itu berdiri dan menelan ludah susah payah. Sepertinya mood pria itu sedang tidak dalam keadaan baik. Mereka semua pergi menjauhi Aderaldo sebelum pria itu kembali membentaknya dan melakukan hal-hal kejam pada mereka.

Tangan Aderaldo terkepal kuat ketika matanya menatap calon mainannya pergi berjalan bersisian dengan pria yang tidak satu level dengannya dalam segi apapun.

"Aku akan menghancurkan semua yang menghalangiku," desis Aderaldo.

Pria itu memilih untuk kembali ke perusahaannya dibanding duduk diam di kampus yang membosankan itu.

******

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel