Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2 Menciumnya

Arsana Putri akhirnya sampai di kediaman Tuan Zayver Megantara yang sangat mewah dan luas. Dia disambut oleh penjaga dan langsung dipersilakan masuk ke kamar, di mana Zayver sudah menantinya.

Zayver Megantara mengerutkan dahi, menatap gadis cantik yang menyelonong masuk ke kamarnya lalu melempar koper nya begitu saja, lalu naik ke atas ranjang.

"Siapa kamu?" tanya Zayver heran dengan wanita yang telah berani masuk kedalam kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dulu.

"Siapa lagi yang berani berbaring di ranjang besar dan empuk ini kalau bukan istrimu." ucap Arsana tersenyum memperlihatkan giginya.

Zayver menautkan alisnya. "Apa? Istriku? Mana buktinya?"

Zayver memasang ekspresi tak percaya.

Arsana menghembuskan napas kasar lalu kembali bangun dan membawa sesuatu dari dalam tasnya.

"Ini buktinya, lihat saja." Arsana dengan tidak sopan nya melempar sesuatu pada Zayver.

Zayver menatap surat nikah di mana foto dirinya dan Arsana berdampingan.

"Bagaimana bisa aku menikahimu?" tanya Zayver, terkejut.

"Mana aku tahu. Aku bahkan baru saja bangun dari mimpi buruk dan tiba-tiba diberitahu bahwa aku sudah menjadi istri seseorang yang aku pun tak pernah mengenal dan melihatnya." Arsana kembali berbaring seraya menutup wajah dengan sebelah tangannya.

"Sialan! Wijaya telah berani menipuku. Sepertinya dia sudah bosan hidup." Zayver mengepalkan kedua tangannya sementara Arsana tertawa.

"Kau tertipu olehnya? Oh, sungguh pria yang malang."

Mendengar itu, Zayver kembali murka. "Berani kamu bicara seperti itu kepadaku?" bentak Zayver.

"Tentu saja berani, aku kan istrimu." jawaban Arsana membuat Zayver kesal.

"Istriku adalah Arsina Angelita, bukan dirimu!" tegas Zayver membuat Arsana berdecak kesal.

"Ah, ternyata kamu sudah tahu? Arsina adalah adikku, dan aku adalah Arsana Putri, kakaknya. Kami kakak beradik yang dilahirkan dari adonan sperma yang sama dan ibu yang berbeda. Jadi, terima saja. Hanya beda huruf akhir A dan I saja. Dalamnya pasti sama!"

Arsana membuka tangannya untuk melihat Zayver yang menatapnya tajam, lalu kembali menutup wajahnya kembali.

Zayver mendengus kesal, perempuan yang mengaku sudah menjadi istrinya itu benar-benar menyebalkan. Dia tak menyangka jika Wijaya sudah menipunya dengan memberikan anaknya yang berbeda, meskipun sesungguhnya Arsana juga tak kalah cantik dari Arsina Angelita. 

Satu hal yang pasti membuat Zayver geram adalah dia merasa dipermainkan, ditipu habis-habisan oleh Wijaya dan ini tidak bisa dibiarkan!

Belum lagi Zayver harus menghadapi gadis yang sepertinya tidak takut padanya.

"Masalahnya, aku tidak tahu ayahmu yang brengsek itu memiliki dua anak gadis dan yang dia tunjukkan kemarin hanya Arsina, bukan kamu!” Zayver menghela napas. “ Ah, Wijaya si tua bangka itu sudah bermain-main denganku. Awas saja, aku takkan segan-segan menembak kepala ayahmu itu!" seru Zayver menggebrak nakas yang ada di sampingnya.

"Terserah kamu mau menembak atau mencincangnya, aku sama sekali tidak peduli pada pria itu. Lagi pula, dia juga tidak pernah menganggapku sebagai anaknya, jadi untuk apa aku repot-repot menolongnya dari kematian?" celoteh Arsana.

Mendengar pernyataan itu, Zayver menatap Arsana yang masih berbaring dengan menutup wajah dengan sebelah tangannya seperti sangat menikmati rebahannya. 

Lalu, lelaki itu tersenyum sinis, karena ternyata wanita yang menjadi istrinya seperti tak memiliki rasa takut padanya, padahal Zayver adalah sosok yang terkenal ditakuti karena ketempramentalannya.

"Kau cukup berani ternyata," kata Zayver.

"Tentu saja. Untuk apa aku takut kepadamu, kau kan suamiku?" Arsana menjawab dengan enteng.

"Hahahaha ... jangan harap aku akan menganggapmu sebagai istriku!" Zayver tertawa mengejek.

"Terserah kamu. Aku sama sekali tidak peduli kamu menganggapku istri atau tidak. Tak masalah bagiku karena aku hanya ingin menumpang hidup!" sahut Arsana seraya membalikkan badannya memunggungi Zayver membuat lelaki itu membuka mulutnya hendak bicara, akan tetapi bingung mau bicara apa.

***

Satu minggu sudah Arsana dan Zayver tinggal satu rumah. Meskipun belum saling sentuh, akan tetapi keduanya sudah mulai saling mengenal dan saling mengerti akan sifat masing-masing. Arsana adalah gadis yang suka ceplas ceplos, menyebalkan, dan suka melawan, sedangkan Zayver adalah sosok yang kasar dan tempramental.

Perkenalan yang jauh dari kesan baik di mana sepasang suami istri sama-sama tidak pernah bertemu sebelumnya, karena mereka dinikahkan atas dasar utang piutang dan perjanjian. 

Arsana adalah pengantin pengganti, dan keduanya menjalani rumah tangga mereka dengan saling berdebat setiap harinya. Baik Arsana maupun Zayver keduanya belum memiliki rasa cinta, yang ada malah rasa kesal dan jengkel karena Zayver dan Arsana memiliki kepribadian yang sama keras.

"Aku akan pergi shopping bersama Ana. Kamu mengizinkan aku, kan?" tanya Arsana tanpa menatap lawan bicaranya.

"Kamu ini bicara pada siapa, hah?" bentak Zayver membuat Arsana terkejut dan langsung cemberut.

"Memangnya di sini ada siapa selain kamu, Zayver?"

"Setidaknya lihatlah lawan bicaramu kalau bicara! Dasar tidak sopan!" sungut Zayver seraya menoyor kepala Arsana yang langsung mengusap kepalanya.

"iya ... aku pergi dahulu." Arsana menatap Zayver, dan betapa terkejutnya gadis itu karena Zayver langsung menciumnya dengan paksa.

"Lepas! Setidaknya lakukanlah dengan lembut, bukannya malah seperti orang yang hendak membunuh!" omel Arsana mengelap bekas ciuman Zayver di pipinya, membuat lelaki itu makin murka melihatnya.

"Muah!" kecup Zayver lagi dan Arsana menghapus jejak bibir suaminya lagi. Dan hal tersebut terjadi hingga beberapa kali membuat Zayver mencekik Arsana yang langsung terbatuk-batuk karena sesak napas.

"Okay, okay, aku tidak akan menghapusnya lagi!" ucap Arsana dengan terpatah-patah karena lehernya masih dalam cengkraman Zayver.

"Jangan macam-macam denganku, gadis kecil!" kata Zayver dengan tegas, lalu melumat bibir Arsana dengan ganas dan melepasnya dengan kasar.

"Aku pergi dahulu!" kata Arsana berpamitan.

"Pergilah."

Saat sampai di luar, Arsana langsung menghapus jejak bibir Zayver tanpa dia tahu jika sang suami melihatnya melalui CCTV dan kembali murka.

"Dasar gadis nakal!" geram Zayver seraya meninju layar laptop di mana CCTV ditayangkan.

***

Arsana berbohong pada Zayver sebelumnya, jika dia akan pergi shopping bersama Ana salah satu pembantu yang ada di rumah Zayver. 

Arsana dipanggil oleh atasannya dan ternyata dia akan diberi tugas baru, yakni melakukan penyamaran karena sesungguhnya pekerjaan Arsana adalah sebagai seorang Agen Rahasia, semacam intelijen yang bertugas untuk memata-matai suatu tempat atau seseorang demi menemukan ada tidaknya suatu tindak kriminal dan informasi lainnya.

"Kamu harus ke Papua untuk mencari tahu pemilik gembong narkoba terbesar di sana, yang penjualannya sudah menembus pasar internasional. Jadilah Guru Relawan di sana untuk menutupi identitasmu sebagai Agen Rahasia dan segera pecahkan kasusnya."

Arsana memberi hormat tanda kesiapannya untuk berangkat ke Papua dalam rangka menjalankan tugas. Namun, yang membuatnya bimbang adalah bagaimana dia memberitahukannya pada Zayver, sementara saat dia hendak pergi ke kantor saja, dramanya luar biasa.

"Kapan saya harus berangkat?" tanya Arsana pada atasannya.

"Lebih cepat lebih baik, persiapkan saja dahulu segala keperluanmu di sana. Kalau kamu sudah siap, hubungi kami." Arsana mengangguk dan kembali ke rumah Zayver, karena di kantor dia tidak ada pekerjaan.

Hingga satu minggu berlalu, Arsana belum juga memberikan kepastian pada atasannya kapan dirinya siap pergi ke Papua untuk tugas. Namun, hal yang tidak diduga terjadi, Zayver memanggil Arsana dan menyuruhnya bersiap untuk ikut lelaki itu dinas urusan kantor.

"Ke mana? Aku malas sekali bepergian dengan orang sepertimu, lagi pula ada banyak pekerjaan." Arsana mencebik kesal.

"Ke Papua." 

Arsana tersenyum sumringah, saat mendengar nama Papua. "Kamu harus ikut denganku tinggal di sana untuk sementara waktu," pinta Zayver.

"tetapi ...." Arsana pura-pura tidak mau dengan terus saja berkelit padahal ini adalah kesempatan emas baginya untuk menjalankan misi sesuai perintah atasan di kantornya.

"Tidak ada tapi-tapian dan tidak ada penolakan. Kamu harus tetap ikut denganku!" ujar Zayver menggebrak meja di hadapan wajah Arsana.

"Baiklah, aku ikut. Kukira kamu akan bosan denganku jika terus saja ku ikuti."

"Mengapa aku harus bosan dengan istriku sendiri? Dasar bodoh! Cepat bersiap!" titah Zayver dan Arsana langsung tersenyum, karena sebentar lagi dia akan beraksi di Papua dan menangkap gembong narkoba kelas kakap yang konon sudah bertahun-tahun menjadi buronan dan sulit ditangkap.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel