Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

bab 7

Lily pun mulai menyeka tubuh suaminya dengan handuk lembab. Meraba tubuh indah Axelo dengan handuk itu. Sebagai wanita normal, tentu Lily harus menelan ludahnya, melihat sekaligus menyentuh tubuh sebagus itu menumbuhkan gejolak liar di dalam dirinya.

'aahh sial! Tubuh pria ini bagus sekali!' batin Lily sambil terus membersihkan tubuh Axelo. Bagian atas telah bersih, kini tinggal di bagian bawah.

'Arrggg!! Ya ampun.... Apa aku benar-benar harus membersihkan bagian ini juga?' pikir Lily lagi.

Ia melirik kecil ke arah Raize. Pria itu masih mengawasinya.

'ya ampun...' batin Lily lagi memutar matanya ke atas.

Lalu Lily mulai membuka celana Axelo.

"Mulai dari sini nona Lily selesaikan sendiri." Kata Raize melihat jam yang melingkar di lengan nya.

"Benarkah? Kamu tidak mau melihat aku menyelesaikannya?"

"Saya yakin nona Lily pasti akan menyelesaikan dengan baik. Saya kan memastikannya nanti setelah kembali."

"Ooohh,,begitu.... Baiklah...."

Raize tersenyum kecil lalu menunduk dan melangkah keluar kamar.

"Akhirnya dia pergi." Gumam Lily. Lalu melirik Axelo lagi.

Lily teringat dengan Angelica saat dalam perjalanan kembali tadi. Ia merasa iba pada pria tampan yang kini menjadi suaminya itu. Lily pun menyelesaikan tugasnya. Sembari berkata-kata seperti biasa.

"Kau tau, aku tak tau kamu mengalami hal yang buruk. Terlebih, mantan pacarmu itu. Percaya atau tidak, tau atau tidak, dia sekarang kekasih sepupumu. Dia sudah menghianatimu dua tahun yang lalu. Hati mu pasti sangat hancur. Tapi, aku harap, jika kamu sadar nanti, kamu bisa menerimanya dengan baik."

Lily terus membersihkan bagian bawah Axelo. Beberapa kali Lily harus menelan ludahnya. Menatap benda pusaka milik Axelo. Lalu mengukurnya dengan jari.

"Ummm... Ternyata sebesar ini, kira-kira akan sebesar apa nanti jika ini siap tempur?"

Lily tersenyum, lalu melanjutkan lagi membersihkan tubuh Axelo. Setelah semua selesai, dan Axelo sudah memakai piyamanya, Lily menyelimuti sampai batas dada.

"Mmmm.... Kamu jangan terlalu merasa buruk tentang penghianatan dari mantan pacarmu dan sepupumu. Tadi aku sudah membalasnya untukmu. Aku lumuri tubuhnya dengan jus, karena hanya itu yang aku temukan. Lain kali aku akan melumuri dengan saus. Huummmm?"

Lily menatap Axelo sejenak, rasa iba itu perlahan mengisi hati dan pikiran Lily. "Apa kamu merasa lebih baik?"

Lily masih memandang suami nya yang bahkan tak bergerak itu.

"Ya sudah, aku juga mau mandi."

***

"Kau mau mengecek nya?"

Raize hanya memandang sang tuan sekilas. Lalu tersenyum kecil.

"Terima kasih, karena sudah melakukannya dengan sangat baik nona, kedepannya saya harap nona bisa bekerjasama dengan baik."

Lily hanya menatap aneh Raize. Lalu mengangguk dan tak mau ambil pusing.

Lily berjalan keluar dari kamar Axelo, untuk makan dan mengambil minum. Perutnya terasa melilit kala itu. Tiba-tiba saja seseorang membekap mulut dan menyergap tubuhnya.

Dalam sebuah ruang yang cukup gelap dan pencahayaan yang minim. Lily di lempar begitu saja.

"Aaagggg..... Siapa kalian? Kenapa tiba-tiba menyergap ku?" Teriak Lily gusar. Dengan cepat bangkit meski tubuhnya terasa sakit.

Dari sisi lain tampak wanita mendekat ke arahnya. Mata Lily memicing untuk melihat lebih jelas siapa wanita itu. Mata Lily melebar sempurna, wanita dengan kawalan dua pria berbadan besar itu menyeringai. Dialah Tante Camelia.

"Hay, gadis kecil."

"Kau.... Kenapa Tante membawaku kemari?"

"Kenapa? Bukankah kita sudah memiliki kesepakatan?"

"Aku udah melakukan. Bukankah ku hanya perlu menikahi Axelo?"

Camelia terkikik.

"Kenapa kamu sangat polos? Aku menginginkanmu menjadi bonekaku. Menurut padaku bukan malah melawanku." Sinis Camelia dengan senyum licik di wajahnya.

"Kenapa kamu sangat polos? Aku menginginkanmu menjadi bonekaku. Menurut padaku bukan malah melawanku." Sinis Camelia dengan senyum licik di wajahnya.

"Lily.... Lily.... Kamu sudah salah memilih lawan. Aku tidak suka dengan mu, tapi, selama ini kamu malah terus melewati batas mu."

Lily melirik dua orang di belakang Camelia. Ia terus berfikir keras bagaimana selanjutnya, dan apa yang mesti dikatakan. Melawan bukanlah jalan saat ini. Jika hanya Camelia, itu mudah saja. Tapi dua orang pria berbadan kekar itu, tak mungkin dia lawan.

"Satu-satunya jalan saat ini hanyalah menjadi anak baik yang penurut. Lalu pikirkan bagaimana cara nya lolos." Pikir Lily membaca situasi yang tidak menguntungkannya.

"Apa yang mau Tante lakukan?"

"Menurutmu apa?"

Camelia memberi kode pada dua orang pria di belakangnya. Lalu mereka berjalan mendekat, Lily merasa lemas seketika.

"Apa yang akan mereka lakukan padaku?"

Seorang dari mereka memegangi tubuhnya. Meski Lily mencoba menghindar dan melawan, tetap saja mereka lebih gesit dan kuat. Ia sama sekali tak sebanding.

"Lepas!" Teriak Lily makin gusar.

Camelia sangat menikmati pemandangan itu. Gadis yang sudah beberapa kali mempermalukan nya, tentu saja ini tidak sebanding. Setidaknya, Camelia harus membuat gadis itu menurut padanya.

Lily berteriak histeris. Namun siapa yang bisa menolong dlaam situasi seperti itu. Dalam kegusaran, Lily terus memutar otaknya. Dua pria itu terus menatapnya dengan mesum, dan menyentuh tubuhnya dengan liar.

Hingga sebagian baju Lily terkoyak, hingga menampakkan kulit mulus nya yang selama ini ia tutupi dengan baik.

"Nyonya dia sangat cantik dan mulus, beri kami kesmpatan nyonya."

Lily berubah pucat, kesucian yang ia jaga selama ini haruskah terenggut hari ini? Pada pria bejat seperti mereka? Di depan wanita yang sangat membencinya?

Camelia tertawa, sangat jelas dia menikmati semua pelecehan yang Lily dapatkan. Padahal dia juga seorang wanita.

"Tante, aku akan menjadi penurut. Tolong...." Lily menggeleng, setidaknya dia harus bernegosiasi yang membuat wanita itu melepaskannya.

Ooohh ya? Kamu benar-benar akan jadi penurut?"

"Iya, iya." Sahut Lily sangat gusar mencoba melepaskan diri dari cengkraman tangan kekar yang menjijikkan itu di tubuhnya.

Camelia mengibaskan tangannya agar dua orang itu menjauh dari Lily. Lantas berjalan mendekat dan meraih dagu Lily dengan jarinya.

"Dengar gadis!" Ucapnya mendominasi."aku lepaskan kau kali ini, tapi, jika kamu sampai melakukan hal yang membuat ku marah apalagi melawanku. Kau akan dapatkan jauh lebih dari ini." Ancam Camelia semakin menunjukkan dominasi nya.

Lalu wanita itu tersenyum licik penuh kemenangan, lalu melangkah pelan meninggalkan Lily, di ikuti oleh dua pria yang tadi sempat melecehkan Lily.

Lily berjalan gontai, dengan baju yang telah robek dari bahu hingga ke bawah dadanya. Lily hanya mencengkeramnya agar tak terlalu menampakkan kulit tubuhya.

Dalam perjalanan kembali ke kamar Axelo, ia berpapasan dengan Raize. Pria tampan itu sangat terkejut melihat penampilan Lily. Lalu cepat-cepat membuka jas nya dan memasangnya di tubuh Lily.

Gadis cantik itu hany melempar senyum pahit tanpa mengatakan apapun. Menarik lebih rapat jas yang kini menyelimutinya.

"Nona."

"Aku akan kembali ke kamar. Masalah ini, hanya aku dan kamu yang tau." Ucap Lily dingin, suaranya lemah namun tegas.

Raize tak mengatakan apapun, tapi sebelah matanya memicing. Aura tampan itu kini berubah menjadi lebih dingin dari sebelumnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel