Bab 6. Manis dan Pahit
Ajakan mas Erik terngiang di telingaku.
Untuk pertama kalinya aku menerima ajakannya sepenuh hati.
Aku sudah muak memikirkan banyak hal. Setelah melihat ketulusan mas Erik saat melindungiku rasanya sulit untuk menjaga hati ini tetap pada mas Rudi.
Malam itu menjadi saksi tumbuhnya rasa cinta. Adegan vulgar yang tidak bisa diceritakan secara eksplisit.
Kehidupanku di rumah keluarga Bayroad mulai berubah. Jena tidak memusuhiku setelah kejadian itu, yang ada malah menjadi adik ipar yang baik.
Mas Erik, suami yang overprotektif tapi sangat lembut. Setiap pulang ke rumah membawakan hadiah-hadiah kecil.
Entah apa yang dia pikirkan. Menurut Jena, mas Erik memberi hadiah-hadiah kecil karena gagal memahami saran yang dia berikan.
Aku tidak menolak hadiah aneh yang dia bawa setiap pulang kerja. Memiliki mas Erik saja sudah sebuah keberuntungan.
3 bulan kemudian, kehidupan baru mulai terdeteksi di perutku oleh lensa kaca pembesar si detektif.
Semua bermula saat mas Erik mencurigai gerak-gerikku di pagi hari. Lalu dia memintaku mengetes kehamilan dengan test pack dan hasilnya positif.
Tidak percaya dengan dua garis pada alat test pack, mas Erik dan Jena pun mengantarku ke rumah sakit.
Ekspresi berseri-seri dokter menerbangkan ekspektasi dua orang yang duduk di sebelahku.
Betapa bahagianya mas Erik sampai-sampai dia rela menggendongku ke kamar.
Aku telah hamil 2 bulan. Orang rumah bersuka cita dan aku mulai diperlakukan seperti ratu.
Mas Erik berkata. "Mulai saat ini kamu adalah ratu rumah ini. Aku harap hubungan kita bisa berlanjut sampai tua."
Mas Erik berlutut di depan aku yang sedang duduk di kursi goyang.
Berucap dengan nada sehalus sutra, memohon kepadaku untuk melupakan kontrak pernikahan kami yang terkutuk.
"Linda, mas mohon. Lupakan kontrak yang dibuat orang tua kita. Mas ingin kamu menjadi istri mas untuk selamanya."
"Tolong jadilah bidadari surgaku ... "
Mas Erik memegang tanganku sementara tangan yang lain memegang cincin.
"Jika kamu menerima tawaran mas, mas akan melepas cincin nikah kontrak kita dan menggantinya dengan cincin baru yang lebih bagus dan mahal."
Dia sangat tampan, keren, kaya, penyayang, dan punya posisi. Yang paling penting, dia memecahkan semua prasangka burukku dan menjadi suami yang perhatian.
"Aku ... "
Sengaja aku melambat agar mas Erik tidak tenang.
"Aku sangat senang berada disini. Jadi aku terima tawaranmu mas."
Mas Erik menundukkan wajah. Sekilas dia tersenyum malu.
"Linda, mas ingin kamu tahu,"
"Walaupun aku sangat keras pada orang asing, cintaku dan kelembutanku pada keluargaku tidak bisa digambarkan dengan kata-kata." Mas Erik menyambung. "Mas berjanji akan melindungimu dari apapun."
Kemudian mengganti cincinku dengan yang baru. Cincin emas putih dengan berlian biru yang lebih besar tapi tetap cocok di jariku.
Rasanya sangat membahagiakan.
Namun, Roda kehidupan terus berputar.
Sosok yang telah kutinggalkan kembali untuk menagih janji yang kuputus secara sepihak.
Saat usia kandunganku sudah masuk 6 bulan, mantanku, Rudi Widjaya, entah bagaimana bisa masuk ke rumah keluarga Bayroad.
Aku dan dia bertemu di dapur jam 5 sore saat hendak mengambil air minum. Kebetulan hari ini cuti nasional sehingga tidak ada satu pun pembantu di rumah kami.
Bola mata mas Rudi bergerak dengan cepat meneliti tubuhku.
"Linda, apa kamu sedang hamil?"
Aku mengangguk.
Jawabanku membuat mas Rudi menangis. Aku mengerti bagaimana perasaannya, tapi hubungan kami tidak ada harapan lagi.
Selain itu perbuatan tidak senonohnya masuk rumah orang lain tanpa izin menjadi pertimbangan utama.
Mas Rudi terus terdiam di depanku.
"Mas, aku tahu kamu kecewa, tapi hubungan kita tidak bisa dipertahankan lagi. Anak di dalam kandunganku akan menyatukan kami selamanya."
"Linda, izinkan aku menanyakan satu hal padamu. Apa jenis kelamin janin itu?"
Sempat ragu untuk menjawab akhirnya aku tetap memberitahu mas Rudi.
"Bayinya laki-laki mas."
Mas Rudi punya teori gila tentang proses pembuatan anak laki-laki.
"Kalau anaknya laki-laki berarti suaminya lebih mendominasi di ranjang."
"Aku bisa membayangkan penderitaan kamu ketika ditindih oleh bajingan itu."
"Mas Rudi!"
"Apa mas sadar sedang menyusup ke rumah orang?"
"Sebaiknya mas Rudi pergi sebelum orang rumah tahu!"
"Mereka tidak akan tahu, karena aku menyamar jadi tukang ledeng."
Mas Rudi menunjuk seragam yang dipakainya. Aku tidak sadar karena terlalu syok dengan kedatangannya.
Mas Rudi lanjut bicara. "Tadinya aku ingin membantumu keluar dari rumah ini lewat jalan rahasia, tapi melihat kondisimu sepertinya itu mustahil. Aku akan kembali dengan rencana baru."
Mas Rudi tidak sadar disini ada cctv. Percakapan kami tidak terlihat jelas karena kami tidak bertatapan muka secara langsung dan mas Rudi mendekatkan wajahnya ke lantai.
Ini mungkin bukan waktu yang tepat, tapi mungkin ini kesempatan terbaik untuk memberitahunya.
"Maaf mas. Aku sudah menikah dan mengandung anak suamiku. Aku tidak bisa kembali lagi padamu."
Mendengar itu mas Rudi menghentikan pekerjaannya.
Tingkah semakin aneh dengan tertawa kecil seraya memandangiku. Disaat yang bersamaan aku merasa takut padanya.
"Jadi kita putus? Aku ingat beberapa bulan yang lalu, kamu bilang pernikahan ini hanya sementara."
"Ternyata kamu tidak ada bedanya dengan gadis-gadis body shaming."
"Mas Rudi!" Teriakku dengan harapan Jena bisa segera kemari.
"Kamu mau menyebutku apapun terserah. Aku tidak akan memberi anak ini kesulitan di tahun awal kehidupannya. Karena itulah aku memutuskan tetap bersama mas Erik."
"Omong kosong! Itu hanya alasan yang menyedihkan."
"Kamu lihat saja. Aku tidak akan rela! Seumur hidup akan aku dedikasikan untuk membuat hidup suamimu menderita."
"Ohh, anak itu juga akan menderita. Hanya kamu yang aman di hatiku."
Sekarang perasaanku pada mas Rudi telah lenyap sepenuhnya. Dia bersumpah akan membuat hidup kami menderita.
Namun, aku lebih khawatir padanya. Karena selama ini dia belum pernah bisa mengalahkan mas Erik.
"Mulai saat ini kita bukan kekasih lagi, jadi kamu jangan temui aku lagi kecuali ada hal yang gawat."
Itu adalah terakhir kalinya aku melihat mas Rudi sebagai orang baik. Karena setelahnya mas Rudi masuk daftar pencarian orang.
Detektif swasta Bayroad dikerahkan dalam pencarian ini. Opini publik bermunculan, menganggap kalau kasus ini berhubungan dengan kantor detektif swasta mas Erik.
Bagaimana pun aku hanya duduk di rumah dengan nyaman. Aku sangat khawatir dengan mas Erik yang hampir setiap hari berurusan dengan kriminalitas.
Bagaikan mendapat karma atas perbuatanku pada mas Rudi tempo hari, kesehatanku menurun.
Selama beberapa hari aku demam tinggi. Dokter pribadiku menjelaskan penyebab kondisiku yang semakin buruk tidak lain karena stres.
Bagaimana aku tidak stres? Tubuh yang sakit akan berakibat buruk pada janin.
Berulang kali aku mencoba menenangkan diri tapi panas tinggi ini tidak kunjung menurun. Akhirnya mas Erik membawaku ke rumah sakit dan ditempatkan di ruang VIP.
Keadaan ini membuatku sadar betapa berat perjuangan menjadi seorang ibu.Ajakan mas Erik terngiang di telingaku.
Untuk pertama kalinya aku menerima ajakannya sepenuh hati.
Aku sudah muak memikirkan banyak hal. Setelah melihat ketulusan mas Erik saat melindungiku rasanya sulit untuk menjaga hati ini tetap pada mas Rudi.
Malam itu menjadi saksi tumbuhnya rasa cinta. Adegan vulgar yang tidak bisa diceritakan secara eksplisit.
Kehidupanku di rumah keluarga Bayroad mulai berubah. Jena tidak memusuhiku setelah kejadian itu, yang ada malah menjadi adik ipar yang baik.
Mas Erik, suami yang overprotektif tapi sangat lembut. Setiap pulang ke rumah membawakan hadiah-hadiah kecil.
Entah apa yang dia pikirkan. Menurut Jena, mas Erik memberi hadiah-hadiah kecil karena gagal memahami saran yang dia berikan.
Aku tidak menolak hadiah aneh yang dia bawa setiap pulang kerja. Memiliki mas Erik saja sudah sebuah keberuntungan.
3 bulan kemudian, kehidupan baru mulai terdeteksi di perutku oleh lensa kaca pembesar si detektif.
Semua bermula saat mas Erik mencurigai gerak-gerikku di pagi hari. Lalu dia memintaku mengetes kehamilan dengan test pack dan hasilnya positif.
Tidak percaya dengan dua garis pada alat test pack, mas Erik dan Jena pun mengantarku ke rumah sakit.
Ekspresi berseri-seri dokter menerbangkan ekspektasi dua orang yang duduk di sebelahku.
Betapa bahagianya mas Erik sampai-sampai dia rela menggendongku ke kamar.
Aku telah hamil 2 bulan. Orang rumah bersuka cita dan aku mulai diperlakukan seperti ratu.
Mas Erik berkata. "Mulai saat ini kamu adalah ratu rumah ini. Aku harap hubungan kita bisa berlanjut sampai tua."
Mas Erik berlutut di depan aku yang sedang duduk di kursi goyang.
Berucap dengan nada sehalus sutra, memohon kepadaku untuk melupakan kontrak pernikahan kami yang terkutuk.
"Linda, mas mohon. Lupakan kontrak yang dibuat orang tua kita. Mas ingin kamu menjadi istri mas untuk selamanya."
"Tolong jadilah bidadari surgaku ... "
Mas Erik memegang tanganku sementara tangan yang lain memegang cincin.
"Jika kamu menerima tawaran mas, mas akan melepas cincin nikah kontrak kita dan menggantinya dengan cincin baru yang lebih bagus dan mahal."
Dia sangat tampan, keren, kaya, penyayang, dan punya posisi. Yang paling penting, dia memecahkan semua prasangka burukku dan menjadi suami yang perhatian.
"Aku ... "
Sengaja aku melambat agar mas Erik tidak tenang.
"Aku sangat senang berada disini. Jadi aku terima tawaranmu mas."
Mas Erik menundukkan wajah. Sekilas dia tersenyum malu.
"Linda, mas ingin kamu tahu,"
"Walaupun aku sangat keras pada orang asing, cintaku dan kelembutanku pada keluargaku tidak bisa digambarkan dengan kata-kata." Mas Erik menyambung. "Mas berjanji akan melindungimu dari apapun."
Kemudian mengganti cincinku dengan yang baru. Cincin emas putih dengan berlian biru yang lebih besar tapi tetap cocok di jariku.
Rasanya sangat membahagiakan.
Namun, Roda kehidupan terus berputar.
Sosok yang telah kutinggalkan kembali untuk menagih janji yang kuputus secara sepihak.
Saat usia kandunganku sudah masuk 6 bulan, mantanku, Rudi Widjaya, entah bagaimana bisa masuk ke rumah keluarga Bayroad.
Aku dan dia bertemu di dapur jam 5 sore saat hendak mengambil air minum. Kebetulan hari ini cuti nasional sehingga tidak ada satu pun pembantu di rumah kami.
Bola mata mas Rudi bergerak dengan cepat meneliti tubuhku.
"Linda, apa kamu sedang hamil?"
Aku mengangguk.
Jawabanku membuat mas Rudi menangis. Aku mengerti bagaimana perasaannya, tapi hubungan kami tidak ada harapan lagi.
Selain itu perbuatan tidak senonohnya masuk rumah orang lain tanpa izin menjadi pertimbangan utama.
Mas Rudi terus terdiam di depanku.
"Mas, aku tahu kamu kecewa, tapi hubungan kita tidak bisa dipertahankan lagi. Anak di dalam kandunganku akan menyatukan kami selamanya."
"Linda, izinkan aku menanyakan satu hal padamu. Apa jenis kelamin janin itu?"
Sempat ragu untuk menjawab akhirnya aku tetap memberitahu mas Rudi.
"Bayinya laki-laki mas."
Mas Rudi punya teori gila tentang proses pembuatan anak laki-laki.
"Kalau anaknya laki-laki berarti suaminya lebih mendominasi di ranjang."
"Aku bisa membayangkan penderitaan kamu ketika ditindih oleh bajingan itu."
"Mas Rudi!"
"Apa mas sadar sedang menyusup ke rumah orang?"
"Sebaiknya mas Rudi pergi sebelum orang rumah tahu!"
"Mereka tidak akan tahu, karena aku menyamar jadi tukang ledeng."
Mas Rudi menunjuk seragam yang dipakainya. Aku tidak sadar karena terlalu syok dengan kedatangannya.
Mas Rudi lanjut bicara. "Tadinya aku ingin membantumu keluar dari rumah ini lewat jalan rahasia, tapi melihat kondisimu sepertinya itu mustahil. Aku akan kembali dengan rencana baru."
Mas Rudi tidak sadar disini ada cctv. Percakapan kami tidak terlihat jelas karena kami tidak bertatapan muka secara langsung dan mas Rudi mendekatkan wajahnya ke lantai.
Ini mungkin bukan waktu yang tepat, tapi mungkin ini kesempatan terbaik untuk memberitahunya.
"Maaf mas. Aku sudah menikah dan mengandung anak suamiku. Aku tidak bisa kembali lagi padamu."
Mendengar itu mas Rudi menghentikan pekerjaannya.
Tingkah semakin aneh dengan tertawa kecil seraya memandangiku. Disaat yang bersamaan aku merasa takut padanya.
"Jadi kita putus? Aku ingat beberapa bulan yang lalu, kamu bilang pernikahan ini hanya sementara."
"Ternyata kamu tidak ada bedanya dengan gadis-gadis body shaming."
"Mas Rudi!" Teriakku dengan harapan Jena bisa segera kemari.
"Kamu mau menyebutku apapun terserah. Aku tidak akan memberi anak ini kesulitan di tahun awal kehidupannya. Karena itulah aku memutuskan tetap bersama mas Erik."
"Omong kosong! Itu hanya alasan yang menyedihkan."
"Kamu lihat saja. Aku tidak akan rela! Seumur hidup akan aku dedikasikan untuk membuat hidup suamimu menderita."
"Ohh, anak itu juga akan menderita. Hanya kamu yang aman di hatiku."
Sekarang perasaanku pada mas Rudi telah lenyap sepenuhnya. Dia bersumpah akan membuat hidup kami menderita.
Namun, aku lebih khawatir padanya. Karena selama ini dia belum pernah bisa mengalahkan mas Erik.
"Mulai saat ini kita bukan kekasih lagi, jadi kamu jangan temui aku lagi kecuali ada hal yang gawat."
Itu adalah terakhir kalinya aku melihat mas Rudi sebagai orang baik. Karena setelahnya mas Rudi masuk daftar pencarian orang.
Detektif swasta Bayroad dikerahkan dalam pencarian ini. Opini publik bermunculan, menganggap kalau kasus ini berhubungan dengan kantor detektif swasta mas Erik.
Bagaimana pun aku hanya duduk di rumah dengan nyaman. Aku sangat khawatir dengan mas Erik yang hampir setiap hari berurusan dengan kriminalitas.
Bagaikan mendapat karma atas perbuatanku pada mas Rudi tempo hari, kesehatanku menurun.
Selama beberapa hari aku demam tinggi. Dokter pribadiku menjelaskan penyebab kondisiku yang semakin buruk tidak lain karena stres.
Bagaimana aku tidak stres? Tubuh yang sakit akan berakibat buruk pada janin.
Berulang kali aku mencoba menenangkan diri tapi panas tinggi ini tidak kunjung menurun. Akhirnya mas Erik membawaku ke rumah sakit dan ditempatkan di ruang VIP.
Keadaan ini membuatku sadar betapa berat perjuangan menjadi seorang ibu.
