Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 2

Bab 2

Happy Reading

***

Aslan dan Rose keluar dari apartemen, mereka menuruni tangga, karena apartemen yang mereka tempati hanya di lantai dua. Perlu diingat bahwa apartemen di Roma bukan seperti apartemen di Jakarta yang memiliki puluhan lantai. Di sini tidak lebih dari beberapa lantai dengan bangunan yang khas Roma. Suasananya sangat klasik dan elegan.

Apartemen mereka tempati untung saja berada di pusat kota dengan gaya yang sangat klasik dengan lingkungan yang sangat bersejarah. Seperti menyelami sejarah kota Roma. Kota ini sebenarnya kota impiannya untuk pergi bersama Oscar. Namun ia malah pergi sendiri menymbuhkan patah hatinya.

Aslan dan Rose mengisi formulir yang di sediakan oleh penjaga apartemen, keperluan mereka keluar untuk pergi ke supermarket terdekat yang jaraknya memang dekat sekitar 500 meter saja dari gedung apartemen. Mereka melihat suasana kota tampak sepi, hanya dirinya dan Aslan saja yang berjalan. Itupun mereka menjaga jarak beberapa meter.

“Kamu berasal dari mana?” Tanya Aslan membuka topik pembicaraan, agar mereka tidak terlihat canggung, mereka kemarin hanya berkenalan sebatas nama saja, setelah itu masuk kamar masing-masing.

“Saya bersal dari Jakarta, tepatnya Indonesia. Kamu tahu Indonesia?”

“Iya, saya tahu Indonesia.”

“Kalau kamu?” Tanya Rose, memandang Aslan, pria itu memasukan tangan di saku jaketnya, karena memang angin terasa dingin.

Aslan menoleh menatap Rose, sambil menelusuri trotoar, benar dugaannya bahwa Rose dari Indonesia.

“Saya pikir kamu dari Filipina,” ucap Aslan sambil terkekeh.

“Kebanyakan yang bilang gitu.”

“Saya sebenarnya berasal dari Turki, hanya saja saya sudah lama tinggal di London.”

“Jadi kamu warga negara London?”

“Iya, saya sudah ganti kewarganegaraan sejak lama.”

“Pantas saja aksen bahasa inggris kamu british sekali,” ucap Rose, pada saat ini hanya Aslan lah yang bisa ia ajak bicara. Ia sebenarnya sangat canggung berbicara dengan orang baru.

“Kamu artis?” Tanya Aslan to the point, karena ia sangat sadar bahwa teman satu apartemennya itu sangat cantik.

Rose lalu tertawa, ketika Aslan mengatakan bahwa dirinya seorang artis, “Kenapa kamu mengatakan saya seorang artis?” Tanya Rose penasaran.

“Karena wajah kamu cantik sekali.”

“Really?”

“Yes.”

“Apa profesi kamu sebenarnya?” Tanya Aslan penasaran.

“Saya seorang dokter astetika, di Jakarta saya memiliki klinik kecantikan.”

Alis Aslan terangkat, “Wah, pantas saja kamu cantik. Ternyata kamu seorang dokter kecantikan.”

“Kalau kamu apa? Maksud saya, pekerjaan kamu di London?” Tanya Rose.

“Saya hanya pedagang wine di London.”

Rose lalu tertawa, “Tidak ada wine yang dijual di pedagang kaki lima, Aslan. Apa kamu pengusaha wine di London?” Tanya Rose, karena mengingat bahwa pria itu sama sekali tidak terlihat pria pengangguran.

“Yah, bisa dikatakan seperti itu.”

Aslan dan Rose melewati beberapa polisi yang berjaga, kini mereka sudah berada di supermarket yang bertulisan Centro Commerciale “I Gabbiani”. Rose dan Aslan ikut mengantri, karena ketika masuk ke supermarket dibatasi, demi mencegah terifeksinya virus corona dan ketika memegang troli wajib menggunakan sarung tangan.

Beberapa menit berlalu ketika mengantri, akhirnya Aslan dan Rose masuk juga. Mereka mendorong troli masuk ke dalam, melewati beberapa rak makanana.

Rose mengambil beberapa kotak pasta, tepung terigu, telur, saus tomat, makanan kaleng seperti, buah, edamame, mix vegetable, garam, lada bumbu-bumbu dapur lainnya. Rose tidak lupa membeli perlengkapan mandi. Ia juga membeli handuk, karena ia yakin bahwa pandemi ini akan berlangsung lebih lama. Tidak akan mudah menghentikan virus secara instan, ia tahu karena dirinya seorang dokter.

Rose membeli makanan instan seperti mie, ia juga tida lupa membeli susu segar, minuman bervitamin. Rose juga membeli beberapa multifitamin dan obat-obatan. Setelah itu Rose masuk ke section perdagingan. Rose membeli beberapa daging ayam, dan sapi.

Rose melihat troli sudah terisi semua keperluannya, ia mencari keberadaan Aslan. Ia melewati beberapa section rak, ia menemukan apa yang ia cari, pria itu berada di rak cemilan. Ia mendekati Aslan sambil mendorong trolinya. Pria itu menyadarinya, dan lalu tersenyum.

Rose melihat troli Aslan, disana banyak sekali diisi dengan daging, susu segar dan cemilan. Troli milik Asalan hampir penuh. Ia tidak tahu apa yang pria itu beli, namun semuanya makanan.

“Kamu belanja atau merampok supermarket?” Tanya Rose.

Aslan tertawa, “Untuk stock beberapa Minggu. Jadi nanti kita nggak perlu keluar lagi selama lockdown berlangsung.”

“Kamu apa lagi yang mau di beli?” Tanya Aslan.

“Aku tadi nyari beras. Kamu ada lihat beras ada di mana? Karena saya nggak bisa makan, kalau nggak ada nasi,” ucap Rose.

“Tadi aku lihat ada beras basmati di rak pasta, posisinya di bawah sekali, tidak kelihatan kalau tidak di cermati.”

“Oke, aku ke sana,” Rose melangkahkan kakinya menuju rak pasta.

Rose melihat Aslan mengikutinya dari belakang. Benar kata Aslan letaknya di bawah rak pasta, ia mengambilnya dan memasukan ke dalam troli.

“Kamu itu saja yang di beli?”

“Iya. Nanti kalau habis, saya bisa beli lagi.”

Setelah berbelanja Aslan dan Rose melangkah menuju kasir, mereka melihat kasir menghitung belanjaannya. Aslan memandang ke arah kasir sudah memasukan semua bahan belanjaaan Rose di dalam paparbag.

“Bayarnya di gabung saja dengan belanjaan ini,” ucap Aslan, menunjuk trolinya sambil menyerahkan kartu debitnya kepada kasir.

“Baik pak.”

“Saya, bisa bayar sendiri, Aslan,” ucap Rose ketika ia hendak mengeluarkan ATM nya, namun ia kalah cepat dengan Aslan.

“Sekalian saja sama punya saya.”

“Jangan, Aslan.”

“Sudah, tidak apa-apa, hanya makanan saja, tidak seberapa,” ucap Aslan lagi.

Beberapa menit berlalu, Aslan melihat paperbag mereka penuh dengan bahan makanan. Rose memeluk paperbagnya dibantu oleh Aslan, karena ternyata lumayan berat menggendong barang belanjanya. Biasa jika ia berbelanja, ia selalu menggunakan mobil dengan menaruhnya di bagasi. Namun kali ini ia harus melangkah terseok-seok menuju apartemen sambil mengangkat beban yang berat.

“Capek?” Tanya Aslan menatap Rose.

“Lumayan, ternyata beban belanjaan saya lumayan banyak, padahal saya belanja seperlunya saja.”

“Kita harusnya menggunakan mobil, bukan jalan seperti ini,” ucap Aslan.

“Iya benar.”

Rose menoleh menatap Aslan, “Apa kamu pernah kenalan dengan orang Indonesia sebelumnya?” Tanya Rose.

“Pernah di London, dia sangat cantik seperti kamu.”

“Pacar kamu?”

“Bukan, dia istrinya teman saya.”

“Kenapa?”

“Enggak kenapa-napa. Saya hanya bertanya.”

“Apa di klinik kamu ada prosedur bedah plastic?” Tanya Aslan penasaran.

Rose mengangguk, “Iya ada. Ada juga chemical peeling, suntik botox dan filler, hingga terapi laser. Seperti klinik kecantikan lainnya, teman-teman saya yang dokter juga ada yang kerja sama saya. Sekarang klinik saya tutup karena pandemi.”

“Semoga aja pandemi ini segera berakhir.”

“Saya harap begitu.”

Beberapa menit kemudian mereka sudah tiba di apartemen. Rose dan Aslan menyimpan paperbag mereka di meja kitchen. Rose mengambil softdrink yang ia beli dan meminumnya. Rasa hausnya hilang seolah lepas begitu juga dengan Aslan.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel