Pustaka
Bahasa Indonesia

TERJEBAK BERDUA DI APARTEMEN

42.0K · Tamat
Ayu Wandira
25
Bab
9.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

21 AREA DEWASA DI BAWAH UMUR MENYINGKIR Bibir mereka saling berpangutan satu sama lain. Cara ciuman mereka saat ini tidak mengebu-ngebu seperti kemarin. Kali ini lebih santai dan menikmati moment berdua. Kecupan-kecupan itu basah, dalam dan menyeluruh. Mereka memainkan lidah, saling menghisap dan bertukar saliva. Sama-sama tidak rela melepaskan pangutannya. Mereka sama-sama memerlukan bibir. Aslan memegang kepala Rose, agar ia bisa mengecup bibir itu dengan leluasa. Rose merasakan Aslan menarik pinggangnya dan kemudian tubuh mereka menyatu, kini tidak ada jarak. Aslan menghisap bibir pasangannya, mereka memainkan lidah. Entah berapa lama mereka saling berpangutan. Rose mengalungkan tangannya di leher Aslan.

RomansaMetropolitanBillionaireDewasaLove after MarriagePernikahan

BAB 1

Bab 1

HAPPY READING

***

Tik … Tok … Tik … Tok Bunyi jam dinding di kamar membuatnya tidak nyaman. Ia lebih nyaman mendengarkan lagu rohani di gereja Katedral di samping apartemen dibanding dengan suara jam dinding yang berdetak. Bunyi itu seperti mengalahkan suara detak jantungnya.

Rose membuka matanya secara perlahan, ia lalu memandang ke arah jendela, ia masih sadar bahwa ia kini berada di Roma. Ia terjebak di kota ini hingga tidak bisa berpergian ke mana-mana. Ia masih ingat betul apa yang ia alami kemarin, ia harus keluar dari hotel, karena saat itu pihak hotel akan bekerja sama dengan pemerinta setempat. Hotel yang ia tempati akan di tempati oleh pasien terinfeksi virus corona.

Rose meninggikan kepalanya dengan bantal sambil menatap ke arah jendela. Ini tepat satu Minggu ia sudah berada di Italia. Negara penghasil pizza ini, terpaksa memberlakukan keputusan pahit lockdown sejak selasa kemarin sampe dengan sekarang. Demi memutus rantai wabah corona yang kian banyak melanda di seluruh negri.

Ia menonton berita kemarin, bahwa Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte memberikan wacana untuk memperpanjang lockdown hingga bulan depan. Dikarenakan kenaikan drastis kasus positif virus corona di Roma. Di TV selalu melakukan update kabar terbaru tentang korban terinfeksi virus, hari ini ia mendapat notif di ponsel tercatat ada 35.700 kasus virus di negara ini. Kini menjadikan negara ini memiliki kasus terbesar ke dua setelah di China.

Tidak hanya kesehatan saja yang membuat down, tapi kesehatan mental juga hancur, karena selama ini ia tidak bisa ke mana-mana, seperti terpenjara di apartemen. Rose hanya bisa pasrah duduk di kamar, bermain ponsel memandang ke arah jendela dengan suasana yang sepi. Hanya terdengar suara mobil ambulan yang berlalu lalang di balik jendela, di taman dan di tempat umum para polisi juga sedang berjaga.

Dirinya sendiri sebagai turis, juga terkena dampak lockdown jadi ia mengikuti aturan pemerintah. Jika para warga ingin keluar kota harus mengisi formulir. Perdana mentri juga memberitahu bahwa toko-toko komersial ikut tutup kecuali bank, supermarket, toko makanan dan kantor pos. Jika ingin keluar untuk berbelanja atau mengunjungi tempat-tempat umum lainnya, ia harus mengisi formulir berisikan alasan keluar rumah, yang nantinya akan ditujukan kepada polisi yang berjaga.

Rose tahu betul kenapa Italia menjadi negara memiliki tingkat terinfeksi tertinggi karena negara ini salah satu negara paling banyak dikunjungi turis mancanegara, dan kebiasaan budaya Italia yang suka bersosialisasi, kumpul keluarga, melepas penat di bar, menyebabkan virus cepat menyebar.

Jujur ia salah langkah, pergi untuk menghilangkan patah hatinya kini malah hidupnya semakin miris, terjebak lockdown di Italia. Awalnya ia kesini pernerbangan sangat normal, menjelang beberapa hari, malah terjadinya pandemi, yang menimpa di negara ini. Bukan Italia saja, namun juga dunia.

Rose menyibak bedcover ia menuju kamar mandi. Sudah menjadi kebiasaan orang Indonesia bahwa setiap hari ia harus dua kali mandi, yah kadang minimal sehari sekali. Ia tidak bisa jika sehari saja tidak mandi, ia bukan orang Eropa yang jarang mandi. Setelah mandi Rose mengenakan pakaian, ia mengenakan dress berwarna merah dengan tali spagheeti.

Rose mengenakan makeup tipis, dan lipstick berwarna nude menjadi pilihannya. Ia mencium aroma mie instan. Ia yakin yang memasak mie instan itu adalah Aslan, teman satu apartemennya.

Ia masih ingat kemarin ketika akan menyewa apartemen ini, pihak pemilik apartemen menyuruh mereka tinggal bersama. Mengingat apartemen hanya tersisa satu, jadi pemilik apartemen menyarankan tinggal bersama masa selama pandemi, lagi pula apartemen ini memiliki dua kamar tidak ada pilihan lain. Sementara di luar sana, pemerintah sudah memberlakukan lockdown.

Jadi mau tidak mau Rose satu apartemen dengan pria bernama Aslan, nama itu terdengar sangat khas. Rose melihat wajah pria itu, dia sebenarnya terlihat seperti pangeran arab yang ada di Dubai. Jangan ditanya ketampanannya seperti apa, wajahnya sangat sempurna seperti pahatan dewa Yunani. Ia tidak terlalu kenal dengan pria itu, karena mereka juga baru berkenalan.

Rose keluar dari kamar, ia melihat Aslan di sana pria itu sedang membuat mie instan cup dan secangkir kopi. Dia mengenakan kaos hitam dan celana pendek Puma berwarna senada. Dia memiliki rahang yang tegas, alis tebal, hidung seperti pedang. Di rahangnya yang tegas terdapat bulu-bulu halus yang sengaja tidak di cukur. Rose berikan senyuman terbaiknya.

“Hai,” ucap Rose, ia hanya ingin berbasa-basi saja.

Aslan menarap wanita bernama Rose, dia seperti wajah asia pada umumnya. Bentuk wajahnya berbentuk V natural yang diidamkan oleh wanita-wanita diluar sana, alis yang terukir indah, hidungnya kecil namun mancung dan kulitnya yang putih yang bersih. Seketika ia teringat Arum, wanita yang ia kenal dulu, yang profesinya sebagai artis. Apakah dia seorang artis? Dari mana dia berasal? Dari Indonesia atau dari Filipina, mengingat bahwa dua negara tersebut penghasil wanita-wanita cantik di Asia. Wajahnya sangat sempurna, dan ia tidak berbohong pada dirinya sendiri bahwa wanita itu sangat cantik.

“Hai,” ucap Aslan ia berikan senyuman terbaiknya.

“Baru bangun?” Tanya Aslan.

Rose melihat jam menggantung di dinding menunjukan pukul 08.20 menit, “Iya, saya baru bangun.”

Rose melangkah menuju kitchen, ia perlu meneguk air mineral dan membuat secangkir kopi. Rose mengambil kopi sachet yang tersedia di meja kitchen. Ia menaruhnya ke dalam cangkir dan menuangkan air panas dari dispenser.

Rose melihat Aslan duduk di sofa sambil menyatap mie instan cup, yang di sediakan oleh sang pemilik apartemen, Itu pun hanya dua cup saja, satunya sudah di makan oleh Aslan. Rose membuka kulkas tidak tersedia apapun di sana, kecuali air mineral botol yang masih tersegel. Mereka harus menyediakan bahan-bahan makanan.

Setelah menyeduh kopi sachet itu, Rose memilih duduk di kursi meja makan, menyesapnya secara perlahan sambil memandang ke arah layar TV. Mereka menonton kabar terkini perkembangan virus corona.

Aslan menoleh menatap Rose, “Kita harus berbelanja, kita tidak ada persediaan makanan,” ucap Aslan membuka topik pembicaraan.

Rose mengangguk, benar kata Aslan mereka harus menyetok makanan, jika tidak ingin mati kelaparna di apatemen.

“Iya, kita harus segera keluar dari apartemen, berbelanja.”

“Mau berbelanja sama-sama?” Tanya Aslan, memandang Rose dari kejauhan.

“Iya, boleh,” Rose menyetujui itu karena ia tahu bahwa jalan sendiri merasa tidak aman, mengingat bahwa jalanan sangat sepi.

“Mumpung masih pagi, kita segera berbelanja. Jika sudah jam lima sore supermarket akan tutup,” ucap Aslan mengingatkan.

Rose memperhatikan Aslan sepertinya Aslan mencari tahu aturan-aturan yang berlaku masa lockdown. Jujur ia suka dengan pengucapan bahasa inggris yang di gunakan Aslan yang menggunakan aksen British. Penekanan terengar lebih berat dan formal, pola ejaanya sangat kental our dan or,

“Apa kita akan ke supermarket sekarang?” Tanya Rose.

“Iya, lebih baik sekarang.”

“Oke, saya list dulu, apa yang akan saya beli,” Rose meletakan cangkirnya di meja, lalu masuk ke dalam kamar.

“Oke, saya juga akan ganti baju.”

Rose dan Aslan masuk ke dalam kamarnya masing-masing. Rose mengambil mantelnya, ia tidak lupa menggunakan dua lapis masker, ia juga tidak lupa membawa hand sanitizer. Rose duduk di sofa kamarnya, ia mencatat di ponsel apa saja akan ia beli. Ia tidak mau ada barang tertinggal satupun.

Rose mencatatat semua keperluan peralatan mandi, tidak lupa ia akan membeli makanan kaleng agar tahan lebih lama, makanan frozen. Tidak lupa ia juga akan membeli bumbu dapur. Setelah mencatat satu persatu keperluannya. Rose keluar dari kamar, ia menatap Aslan di sana. pria itu mengenakan jaket kulit dan celana jins berwarna senada tidak lupa topi hitam yang di gunakan. Mereka harus menjaga jarak, agar meminimalisasi terinfeksi virus corona. Walau wajah pria itu tertutup masker tidak mengurangi ketampanannya.

“Sudah siap?” Tanya Aslan.

“Iya, sudah.”

***