Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Rencana Jahat

Kerajaan Pedang putih

Seorang pemuda gagah dan tampan berdiri sembari membawa tongkat kepala serangga di bangku kekuasaannya nampak murka. Beliau adalah raja Lionil Zho, seorang raja serangga yang terkenal dengan racun berbisa dan serangan mautnya.

"Siapa pemuda itu? Berani sekali ikut campur urusanku!"

"Maaf raja sepertinya pemuda itu hanya rakyat biasa yang kebetulan memiliki kelebihan,"

"Bodoh! Apakah kalian tidak melihat kekuatan yang dimilikinya tadi? Nampak jelas bahwa pemuda itu orang hebat!"

"Tetapi aku tidak pernah bertemu dengannya yah, bahkan aku sudah berjajak pada sekte seluruh dunia tidak menemukan keberadaannya," sahut Zoe putra tunggalnya.

"Aku tidak peduli dengan kehebatan. Yang terpenting sekarang kita harus lebih cerdas dalam menyusun rencana penyerangan. Aku ingin sekte Hitam hancur beserta keturunannya, telah lama ini aku merindukan kehancuran!" Pekiknya.

Penguasaan wilayah desa yang kini jatuh di tangan raja Johan dulunya adalah milik raja Lionil Zho yang direbut secara paksa karena kelengahannya. Tetapi begitu energi raja serangga pulih maka, perebutan kembali dilakukan. Ia akan melakukan berbagai cara untuk merebut kembali haknya.

Berawal dari abad kedua hingga sekarang mereka saling bermusuhan. Mendapati kabar pasukan sekte hitam pergi ke luar desa membuat pasukan serangga bersemangat mempersiapkan segala keperluan untuk melakukan penyerangan. Ia akan menghabisi masyarakat yang berada dibawah naungannya dan merubah desa itu menjadi markas pasukan serangga, itulah mimpi yang sedang terjeda saat ini.

"Dua hari lagi mereka akan kembali, sebelum para pasukan pendekar itu tiba, aku ingin kalian memberikan kejutan yang membuat mereka menangis!"

Para anggota yang memahami hanya mengangguk patuh menjalankan perintah sang raja. Termasuk putra tunggal serangga yang saat ini menjadi pimpinan para siluman itu untuk menjalankan misi ayahnya.

Seorang wanita cantik datang menghampiri raja, bersimpuh di bawah memberikan hormat.

"Raja, air telah siap. Menunggu mantra dari raja," ucapnya begitu sopan.

Raja tersenyum puas. "Bagus! Aku akan segera meraciknya, agar racun itu dapat segera tersebar di desa dan membuat manusia mati!" Ucapnya begitu tegas.

Beberapa pelayan tengah berdiri mendampingi raja untuk meracik racun membunuh manusia melalui organ tenaga dalam yang nantinya dapat dijadikan tumbal untuk menambah kekuatan pada diri yaitu hati manusia mempunyai energi kuat untuk memperpanjang usia siluman serangga.

Kemelud uap air berada di dalam satu wadah tanah besar di atas api yang membara nampak begitu panas. Sementara sang raja tengah membacakan sebuah mantra serta menaburkan beberapa bahan alami lainnya kedalam wadah tersebut.

"Akhirnya aku mampu meracik racun ini. Setidaknya cukup membunuh satu kerajaan dan masyarakat satu desa," ucapnya begitu puas.

"Perintahkan seluruh pasukan gaib untuk menyebarkan racun ini ke kerajaan dan desa secara menyeluruh!" Perintahnya kepada para pasukan pendekar yang sudah menunggu di depan wadah racun.

"Ayah izinkan aku untuk pergi ke guru malam ini!"

"Pergilah putraku! Ayah dengan senang hati mengizinkanmu untuk pergi mencari ilmu!" Ucapnya.

Selepas kepergian sang putra, raja Lionil Zho pun pergi bersama para pengawal untuk melakukan latihan bersama sebagai persiapan nanti malam.

Sementara di tempat lain, lima puluh pendekar datang berbondong-bondong bersama pimpinannya menuju ke kerajaan. Raja yang mengetahui kedatangan para pasukan itu pun nampaknya terkejut.

"Hormat raja Lionil Zho! Kami datang untuk mengabdi kepada raja, mohon untuk di terima kembali kedatangan kami!" Ucap salah satu perwakilan dari mereka yang kini langsung mendapatkan izin dari raja tanpa adanya pengecualian.

"Johan, bukankah masih ada lima hari untuk tetap melakukan latihan disana?" Tanya raja Johan sang ayah.

Sontak Johan mengernyitkan dahinya. "Seharusnya ayah merasa bangga karena putra kecil ini mampu membawa pasukannya datang lebih awal, kenapa ayah malah tidak suka?"

"Bukan begitu. Ayah hanya merasa penasaran, apakah kalian tidak bertemu dengan guru tertua?" Tanyanya lagi.

"Tentu saja bertemu. Justru kami dapat lolos dengan cepat sehingga bisa pulang lebih awal dari waktu yang di tentukan. Tetapi sebenarnya ada satu hal yang sangat penting selain keberhasilan kami,"

"Apa itu?"

"Kita harus segera bersiap untuk melakukan perlawanan terhadap para pasukan serangga. Cepat atau lambat mereka akan kembali untuk menjalankan misinya dalam menghabisi sekte kami," celetuknya.

Sang ayah yang mendengar penuturan itu pun seketika merasa khawatir akan keberadaan para anggota kerajaan. Pada pertarungan lalu mungkin mereka mampu mengalahkan, namun tidak untuk pertarungan selanjutnya.

Setiap manusia memiliki titik lemah, sedangkan para pasukan itu memiliki otak yang sangat cerdik untuk menjalankan misinya.

"Mereka pasti mencari celah lengah kita, tolong jaga energimu untuk tetap siaga ketika mereka datang," pinta sang ayah.

"Baik yah, aku akan memerintahkan para pendekar untuk tetap berjaga setidaknya satu hingga dua malam nanti!"

Raja Johan mengepalkan kedua tangannya begitu erat sembari memelototkan kedua matanya tajam. Bola mata itu nampak memerah tanda bahwa beliau sedang menahan amarah.

"Kurang ajar. Raja serangga itu rupanya tidak pernah kapok, mereka masih tidak mau menerima kenyataan bahwa area ini sekarang sudah menjadi milikku,"

"Tetapi lihat saja serangga busuk, aku tidak akan membiarkan kalian merebut kembali apa yang telah menjadi milikku!" Tegasnya sembari tersenyum licik penuh dengan permusuhan.

Keadaan kerajaan malam ini ramai dengan penjagaan. Johan juga membuat jadwal baru kepada pendekarnya untuk melakukan latihan malam ini guna untuk menambah penjagaan agar lebih ketat.

Sebagai pemimpin yang bertanggung jawab, tidak lupa ia juga mengirimkan seratus pasukan untuk berjaga di area desa.

"Paman, apakah tidak ada yang mencurigakan di desa?" Tanya Johan.

Lelaki seumuran ayahnya itu nampak menggelengkan kepalanya. "Tidak ada. Tetapi kita tidak boleh lengah, pergerakan mereka begitu cepat kilat sehingga apabila kita lengah sedikit saja maka para pasukan dapat meluluhkan kita dengan mudah,"

"Kau tenang saja, para pasukan sudah kuberikan obat Penangkal racun supaya ketika ada serangan nanti racun tidak dapat menembus tubuh," celetuknya.

Sang paman bertanggung jawab dapat di andalkan dan memiliki otak cerdik. Ia bahkan tidak pernah berpikir sedemikian rupa, sampai memberikan obat penangkal.

"Darimana paman mendapatkannya? Apakah ramuan penangkal itu masih ada? Aku ingin pendekar yang ada di kerajaan juga merasakannya,"

Kemudian sang paman memberikan satu botol terbuat dari bambu yang berisi ramuan kepada Johan.

"Ramuan ini aku buat dari resep yang ku curi dari tabib di seberang. Kebetulan pemuda bodoh itu dengan mudah memberikan resep ramuan ini secara percuma,"

Johan menghentikan kegiatan dan menatap sang paman sembari mengernyitkan dahinya. "Edward? Bagaimana paman bisa bertemu dengannya?"

"Aku tidak sengaja bertemu dengannya di pusat keramaian kota membeli bahan ramuan modern, aku penasaran kegiatannya sehingga mengikuti bocah bodoh sampai gubuknya dan menyaksikan secara langsung proses pembuatan obat tradisional yang di jual disini," jawabnya.

"Meskipun ramuan ini dari bocah sialan itu tetapi semoga saja ramuan ini dapat bermanfaat!"

Bersambung..

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel