Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10

Hasil lab Hulya telah keluar dan Hulya di diagnosa positif terkena virus DBD (Demam Berdarah Dengue). Hulya harus di rawat di rumah sakit untuk beberapa waktu. Dan itu membuat Akbar merasa sangat kecewa pada Rima. Bisa-bisanya Rima teledor mengurus anak sampai Hulya harus di rawat di rumah sakit.

Rima berjalan mendekati Akbar yang tengah duduk di kantin rumah sakit menikmati kopinya, kebetulan ada Kanaya yang menemani Hulya.

"Abi," panggil Rima duduk di samping Akbar yang hanya menoleh ke arahnya. "Maafkan aku."

"Rima, kamu lihat Hulya. Anak sekecil itu harus di rawat di rumah sakit dengan alat medis menancap di tubuhnya. Sebenarnya selama ini kamu fokus pada apa? Di rumah sudah aku siapkan asisten rumah tangga untuk membantu kamu. Lalu apa lagi? Kamu hanya harus fokus pada Hulya!" Rima tak mampu membendung lagi air matanya mendengar penuturan Akbar.

"Maafkan aku, sungguh ampuni aku, Bi." Rima terisak di sisi Akbar yang masih berkeras hati.

"Sudahlah sebaiknya kita kembali ke ruangan Hulya, takutnya dia mencari kita." Rima ikut beranjak mengikuti Akbar setelah menghapus air matanya.

Sesampainya di ruangan Hulya, ternyata sudah ada Amierra bersama Neneknya Akbar atau Ibu dari Djavier.

"Kamu ini bagaimana sih Rima! anak sakit kok di tinggal-tinggal. Untung ada Kanaya di sini yang mengurusi dan membantu Hulya untuk minum!" sewot Ibunya Djavier.

"Tidak apa-apa Nek, tadi Rima dan mas Akbar sedang ada keperluan, jadi Kanaya menemani Hulya di sini," ucap Kanaya karena takut ada kesalahpahaman.

"Tetap saja, kau ini seorang Ibu tetapi tidak becus mengurus anak! Mana sedang hamil juga, apa kau mampu mengurus dua anak nantinya? satu anak saja bisa sampai masuk rumah sakit begini!" Sudah jatuh tertimpa tangga pula, itulah yang di rasakan Rima saat ini. Hatinya terluka karena di salahkan dari Nenek dan suaminya sendiri.

Terkadang Rima berpikir, bukankah sakit itu hal biasa. Karena Allah lah yang menurunkan penyakit kepada hambanya, tetapi kenapa hal ini seperti sebuah kesalahan fatal untuk Rima.

"Sudahlah Bu, ini di rumah sakit," ucap Amierra.

Selama Rima di caci dan di marahi Neneknya, Akbar tidak berbicara sama sekali dan seakan membiarkan Rima terus di marahi Neneknya. Ia hanya berdiri di dekat blangkar Hulya yang terlelap dimana Kanaya juga duduk di sana.

"Harusnya kamu contoh Kanaya! dia begitu telaten pada anak, walau dia belum memiliki anak." Final sudah kata-kata Neneknya Akbar bagaikan cambuk untuk meluluh lantahkan hati Rima. Dengan sekuat tenaga Rima menahan air matanya supaya tidak sampai jatuh.

***

Rima dan Akbar bergantian menjaga Hulya di rumah sakit, terkadang Amierra dan Djavier juga Aisyah datang. Kanaya masih tetap datang dan menemani Hulya dan Rima.

Siang itu Rima harus keluar untuk membeli obat Hulya yang stoknya telah habis di rumah sakit. Maka dari itu Rima harus mencarinya ke apotek di luar rumah sakit.

Hulya hanya di temani Kanaya, tampaknya Hulya cepat akrab dengan Kanaya. Di saat Kanaya tengah membacakan cerita mengenai kisah seorang nabi kepada Hulya, Akbar masuk ke dalam ruangan. Gerakannya terhenti di ambang pintu menatap penampakan di depannya. Kanaya dan Hulya tampak akrab sekali. Tanpa mampu di tahan lagi, ada setitik rasa yang telah lama tersimpan kini mulai mekar kembali.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel