Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

1

"Serge, pergilah ke arah jam 12. Aku akan ke arah jam 3. Kita berkumpul di titik yang sudah aku tentukan." Kurt memerintahkan sahabatnya untuk pergi ke arah jam 12.

"Baiklah." Serge segera berpencar dengan sahabatnya.

Kurt melangkah dengan gitar yang tertutupi sarung di punggungnya. Ia tiba di sebuah cafe elite yang saat ini sedang dipesan oleh seorang pengusaha kaya raya yang tengah mengadakan pesta ulang tahun.

Kurt dihentikan oleh dua penjaga yang menjaga pintu masuk. "Saya pengisi acara ulang tahun ini." Kurt menunjukan kartu pengenalnya sebagai musisi tempat tersebut. Tubuh Kurt diperiksa oleh para penjaga, ia bersih dari senjata. Pengawal yang memeriksa gitar Kurt sudah menyerahkan kembali gitarnya. Pria itu masuk dengan senyuman iblisnya yang terlihat samar. Melewati pemeriksaan dari penjaga bahkan polisi sudah sangat sering ia lakukan dan itu tidak pernah gagal sekalipun.

Mata Kurt melihat ke Serge yang saat ini menyamar menjadi pelayan. Setelah melihat Serge, Kurt segera melangkah menuju ke sebuah tempat duduk. Ia membuka sarung gitarnya. Menggeser bagian body gitarnya, meraih sesuatu yang sudah ia simpan di dalam sana.

"Sekarang, Serge." Kurt memberi aba-aba pada Serge melalui alat percakapan di telinganya.

Mari kita lakukan dengan baik, Kurt." Serge melepaskan nampan yang ia pakai, pria itu membuka sepatunya, mengeluarkan senjata api yang ia simpan di alas sepatunya. Senjata api yang ukurannya kecil namun mematikan.

Keributan mulai terjadi saat Kurt menembak pengusaha kaya raya yang menjadi targetnya. Serge membunuh satu rekan pengusaha yang juga merupakan target mereka. Mereka juga menembaki penjaga yang bersenjatakan lengkap. Kurt dan Serge sudah menyelesaikan misi mereka, ia pergi melewati jalan yang sudah disiapkan oleh Serge. 

"Kerja bagus, Serge." Kurt menepuk bahu sahabatnya. Mereka sudah berhasil keluar dari cafe dengan melewati jendela. Mereka segera masuk ke dalam mobil sport jutaan dollar milik Kurt yang mereka parkirkan di belakang sebuah gedung tak terpakai. Kurt dan Serge memang berjalan kaki menuju cafe, mereka bukanlah amatiran yang akan memarkirkan mobil di cafe ataupun sekitar cafe.

          Team polisi datang beberapa menit dari laporan pembunuhan tersebut. "Aron, periksa rekaman CCTV." Seorang wanita memerintah rekannya.

"Baik, Bu Summer." Pria yang diperintahkan tadi segera memeriksa CCTV.

"Dan, tanyakan pada saksi-saksi. Dapatkan keterangan sebanyak mungkin." Wanita itu memberi perintah lagi.

"Baik, Bu." Pria itu juga segera pergi.

Wanita tadi memeriksa korban, "Akurasi pembunuh ini benar-benar sempurna. Dia pasti pembunuh profesional." Wanita itu melihat luka tembakan yang berada diantara mata. Dua-dua korbannya sama-sama memiliki luka tembakan disana.

"Bu Summer, tidak ada yang terekam oleh kamera pengintai." Aron datang memberikan laporan.

"Bagaimana bisa?" Wanita yang bernama Summer itu segera melangkah ke ruang keamanan.

Summer melihat sendiri, rekaman pada jam 09:55 - 10:10 memang tidak ada. Rekaman tersebut tidak dihapus tapi sengaja buat tidak merekam. "Periksa kamera pengintai di sekitar daerah ini. Mereka mungkin terekam di salah satu kamera. Mobil-mobil yang terparkir juga periksa." Perintahnya lagi.

Baik, Ketua." Aron segera pergi lagi.

Summer kembali ke tempat kejadian perkara. Ia mengakui kalau pembunuh bayaran ini cukup pintar. Kurang dari 15 menit sudah berhasil membunuh dan kabur tanpa meninggalkan bukti. Jelas seorang profesional yang melakukan hal seperti ini.

Ketua, aku sudah mendapatkan beberapa informasi." Dan memberikan hasil pemeriksaannya. "Pelaku berjumlah 2 orang. Mereka berjenis kelamin laki-laki. Satu pria menyamar sebagai musisi dan satu pria lagi menyamar sebagai pelayan."

"Ada yang bisa menggambarkan bentuk wajah dua orang tersebut?" Tanya Summer.

"Tidak ada, Bu. Mereka tidak sempat melihat karena dua orang tersebut membelakangi tamu undangan."

"Baiklah. Temukan informasi lain." Summer memberi perintah lalu meninggalkan bawahannya. 

♥♥

Kurt dan Serge sedang menonton televisi ditemani dengan red wine. "Satu persatu aku akan membuat mereka menyusul ayahku." Kurt tersenyum menyeramkan. Kurt bukanlah pembunuh bayaran, dia hanya membunuh orang yang ingin ia bunuh. Ia tidak bekerja pada siapapun untuk membunuh. Memang tak terhitung lagi jumlah orang yang sudah ia lenyapkan tapi itu semua bukan karena pekerjaannya adalah pembunuh bayaran. Kurt jauh lebih memiliki status tinggi dari sekedar pembunuh bayaran.

"Aku pikir akan menyenangkan jika tadi kita meninggalkan sedikit petunjuk untuk para polisi yang mencari kita." Serge tersenyum misterius. Sahabat baik Kurt ini bukanlah manusia normal. Pria ini psikopat, mesin pembunuh yang benar-benar menyukai rintihan sakit orang lain. Mungkin sudah takdirnya Kurt dan Serge berteman dengan baik.

"Bermain dengan polisi tidak menyenangkan, Serge. Mereka tak menarik sama sekali. Yang bisa mereka lakukan hanya menahan orang dan melepaskan kasus karena suap. Hukum rimba benar-benar dipakai di kota ini. Siapa yang kuat, dia yang berkuasa." Kurt masih mengingat betul, hari dimana ia tak didengarkan oleh para polisi yang berada di sekitarnya. Ia bahkan masih ingat kata-kata pria yang menyuruhnya agar lebih kuat baru melakukan balas dendam. Kurt tidak berpikir ingin lebih tinggi dari polisi yang menangani kasus ayahnya. Hanya dengan menjadi musuh polisi ia bisa memerangi ketidakadilan yang terjadi padanya. Kurt bahkan bisa membuat pejabat tinggi kepolisian berada di bawah kakinya.

"Kau benar. Lebih baik kita bermain dengan orang-orang yang berada dibalik kematian ayahmu. Jadi, siapa target kita selanjutnya?" Tanya Serge.

"Diozo, itu berada di giliran selanjutnya." Kurt menyebutkan target berikutnya. Kurt sudah melenyapkan 8 orang yang terkait dengan kematian ayahnya masih tersisa 4 orang lagi. Orang-orang yang sudah tewas tersebut adalah 4 pembunuh bayaran yang datang ke rumahnya pada malam beberapa tahun silam, seorang jaksa dan dua orang pengusaha yang tewas hari ini. Dan 5 target berikutnya adalah, seorang Anggota kongres, seorang hakim ketua, seorang anggota polisi yang saat ini menjabat sebagai Kolonel dan juga si penembak ayahnya. Diozo yang menjadi target berikutnya adalah seorang Kolonel polisi yang ikut terlibat dalam kematian ayahnya. Hanya 2 target yang tersisa jika Kurt berhasil melenyapkan Diozo. Anggota kongres dan seorang hakim ketua sementara si penembak ayahnya sudah ada di tahanan Kurt setelah kematian 5 pembunuh bayaran lain. Si penembak inilah yang menyebutkan siapa yang membayar jasanya.

"Bagaimana kalau dengan api?" Serge bertanya. Ia sudah memiliki ide tentang api.

"Tidak buruk, Serge." Kurt menyukai ide Serge. "Tapi, saat ini mari kita bermain dengan Joker." Kurt bangkit dari sofa.

"Itu terdengar menyenangkan. Air. Aku mau bermain air dengan Joker." Serge ikut bangkit dari sofa.

Kurt dan Serge, dua orang yang memiliki kekejaman yang sama namun kepribadian mereka berbeda. Jika Kurt hanya bisa berpenampilan tenang dan dingin tanpa senyuman maka Serge lebih banyak tersenyum dan tertawa seperti psiko kebanyakan. Kurt dan Serge membuktikan bahwa orang yang tenang dan riang memiliki kekejaman yang tak bisa dipikirkan oleh orang lain.

"Joker, lama tidak berjumpa." Kurt berjongkok di depan pria mengenaskan yang terduduk di sudut ruangan gelap nan pengap.

"Aku juga ada disini, Joker." Serge ikut bersuara.

Wajah Joker yang menyedihkan mendadak gelisah dan ketakutan. Pria yang sekarang buta dan tak bisa bicara itu hanya bisa mengandalkan telinganya untuk mendengar.

"Kau pasti kesepian disini. Mari kita bermain, aku punya permainan yang baik untuk melatih pernafasanmu." Serge bersuara riang. Tangannya terangkat memanggil orangnya. "Bawa dia ke ruang hukuman." Perintah Serge.

Joker meronta tapi sayangnya ia tidak bisa apa-apa. Pria yang tangannya hanya tinggal satu itu dibawa keluar oleh dua orang Kurt. Kurt sudah membuat Joker yang menyeramkan jadi sangat menyedihkan. Kurt mencongkel mata Joker, memotong lidah dan juga memotong tangan pria itu. Kurt sangat ingin memotong telinga Joker tapi ia pikir tidak akan menyenangkan jika pria itu tidak tahu apapun, dengan telinga Joker bisa merasakan bahaya yang mendekat padanya. Ya, Kurt lebih senang menyiksa Joker daripada membunuh langsung. Untuk kejahatan yang Joker lakukan pada ayahnya inilah balasan yang menurutnya setimpal.

"Serge, bersenang-senanglah. Aku akan menontonmu bermain." Kurt melangkah ke tempat duduk yang berada di ruang hukuman yang cukup besar. Terdapat banyak peralatan disana, dan  yang paling Serge dan Kurt sukai adalah kolam dengan kursi gantung.

Kurt tersenyum mengamati permainan Serge. Sahabatnya itu bertepuk tangan dengan riang melihat Joker di tenggelamkan dengan tubuh terikat di kursi.

Ponsel Kurt berdering, pria itu segera menjawab panggilan teleponnya. "Ada apa, Luke?"

"Transaksi dengan Snake Cartel akan diadakan malam ini, Boss."

"Lakukan dengan baik."

"Baik, Boss."

"Ah, katakan pada Noveto, urus Royal Casino. Aku tidak mau mendengar terjadi masalah lagi disana."

"Baik, Boss."

Kurt meletakan lagi ponselnya. Ia kembali memperhatikan Serge bermain. Beginilah pekerjaan Kurt. Ia bukan tipe bos yang akan turun langsung ke pekerjaannya. Ia mempercayakannya pada orang-orang kepercayaannya namun jangan ragukan kemampuan Kurt karena dia bukan orang yang pantas diremehkan kemampuannya. Sebelum menjadi bos, tentu saja Kurt pernah menjadi seorang gangster yang mengandalkan kekuatan tangan dan kakinya untuk bertahan hidup hingga akhirnya ia bisa berada di posisi puncak dengan anak buahnya yang lebih dari 50.000 orang. Kurt tidak hanya memiliki Cartel narkoba sebagai ladang uangnya. Ia memiliki beberapa casino besar yang tersebar di beberapa negara, beberapa club malam dan beberapa tempat pertarungan ilegal. Bisnis yang tak Kurt jalani adalah jual-beli organ tubuh dan perbudakan. Kurt tidak ingin ambil bagian dalam pekerjaan yang baginya tak manusiawi itu. Ah, ia juga tidak menyewakan orang-orangnya sebagai pembunuh bayaran. Kurt hanya bekerja di bidang dagang dan perjudian. Hanya itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel