Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

Saya:” Kamu masuk ke bawah kolong meja saya dulu, saya sudah sange berat dari tadi”

Ida tidak menjawab dan langsung paham, sambil berbalik dulu melihat ke luar ruangan, Ida pun masuk ke bawah meja saya.

Segera saya melepas ikat pinggang saya dan menurunka celana saya.

Ida melepas celana dalam saya dan mulai mengocoknya terus menjilati kontol saya.

Saya:” emmph, saya mau kontol saya di kocok pake susu kamu”

Sambil melepas kontol saya dari mulutnya Ida menjawab:

Ida:” Oh, bapak mau di kocok kontolnya di nenen Ida?

Ida langsung membuka beberapa kancing bajunya dan tampaklah bra warna pink.

Ida menurunkan kedua cup bra nya dan segera menempatkan kontol saya dibelahan susunya yang ranum.

Saya:” Oh, enak banget sayang” sambil menutup mulut saya, baru sadar ini di kantor.

Ida:” Enak sayang?

Saya:” Enak banget, nenen kamu gede banget”

Ida:” Ida lihat susu istri sayang juga gede”

Saya:” Ia, tapi gedean nenen kamu, oh empuk banget”

Ida semakin cepat mengocok kontol saya dengan susunya, dan kadang-kadang di jepit dengan kedua susunya.

Saya:” Terus sayang, nikmat banget”

Ida:” Sambil cerita saja Pak, bapak tadi mau ngomong apa?

Saya:” Nanti saja, saya pengen leluasa kalau ngomongin itu, bukan di sini”

Ida semakin cepat dan semakin kuat menjepit kontol saya dengan susunya.

Saya:” Akh, saya keluar” Tanpa saya bisa tahan, sperma saya pun muncrat tepat di susu Ida, karena kontol saya sedang dijepit susunya.

Ida tampak kaget.

Ida:” Akh, bapak koq gak bilang dulu,langsung keluar, ini nenen Ida jadi belepotan peju”

Saya:” Maaf, ida cuci di kamar mandi”

Ida:” Bapak tolong lihatin, takut ada orang di luar yang lihat ke dalam”

Saya pun menggerakan mata saya melihat-lihat keluar ruangan.

Saya:” Aman, Ida bisa keluar sekarang, yang lain lagi sibuk kerja”

Ida segera melepas bra nya, mungkin biar tidak kebasahan.

Ida:” Saya, pegang dulu kutang Ida, ida mau cuci dulu nenen Ida, takunya kalau masih dipakai kebasahan”

Saya pun menerima bra ida yang berwarna pink itu.

Ida segera keluar dari kolong meja dan berlari masuk ke toilet di ruangan saya.

Saya pun memperhatikan bh Ida, penasaran saya bolak balik, akhirnya di bagian belakang ketemu juga no bh nya, ternyata 38 D.

Lebih sepuluh menit Ida keluar, setengah berlari lalu berjongkok di samping meja saya.

Ida:” Sayang, siniin kutang Ida”

Saya pun menyerahkannya, ida mengenakan kembali bra nya.

Ida:” Sayang minta tolong kaitkan kait kutang Ida”

Saya pun mengaitkan kait kutang ida di punggungnya. Saat itu kemeja Ida tertarik ke atas saya dapat melihat celana dalam Ida yang juga berwarna kuning bermerk Calv** Kle*n.

Setelah merapikan bajunya, Ida segera duduk kembali di hadapan saya.

Ida:” jadi bapak mau ngobrol di mana biar leluasa?

Saya:” Gimana kalau di rumah Ida lagi”

Ida:” Gimana ya, gak enak sama teman-teman takutnya mereka curiga kan kemaren baru pergi bareng kita”

Saya:” Gpp, baru mau 2 kali ini, kalau terus-terusan mungkin mereka curiga”

Ida:” terserah sayang saja kalau gitu”

Saya:” Gimana kalau pas makan jam makan siang nanti?

Ida:” Ok kalau gitu”

Ida pun pamit keluar ruangan, saya lihat pantat besarnya bergoyang, mungkin nanti sore saya bisa menikmatinya lagi, apalagi sekarang Ida sudah semakin berani, bicaranya pun sudah sangat vulgar.

Saya mulai berpikir apakah saya mempunyai perasaan terhadapIda atau Cuma sekedar nafsu saja, ah mudah-mudahan Cuma sekedar nafsu sesuai dengan komitmen dengan istri jangan sampai ada rasa yang lain.

Jam makan siang pun tiba, saya pun segera mengajak Ida untuk berangkat ke rumahnya, tak lupa saya bilang ke salah satu staff saya Dwi (bukan Dewi) bagian GL, bahwa saya ada meeting di luar dan setelah selesai langsung pulang ke rumah tidak mampir dulu ke kantor, saya bilang juga kalau ada yang urgent agar menelepon saya.

Saya dan Ida pun berangkat menggunakan mobil saya menuju rumahnya.

Di jalan saya tak berhenti mengelus-elus paha Ida sampai ke bagian memeknya.

Ida diam saja seperti tidak terjadi apa-apa.

Saya:” Kita mampir beli makan siang dulu ya”

Ida tak menjawab Cuma mengangguk, mungkin keenakan karena memeknya lagi saya kucel-kucel.

Setelah membeli makanan kita pun melanjutkan perjalanan ke rumah ida.

Ida:” Sayang sebenarnya tadi mau cerita apa sich, kesannya penting”

Saya berpikir sejenak, lalu saya menceritakan ke Ida apa yang menjadi beban pikiran saya.

Saya tak ragukan menceritakannya ke Ida tentang pembicaraan saya dengan istri.

Ida nampak terkejut tapi belum berkomentar apapun. Dia mendengarkan dengan serius apa yang saya sampaikan.

Ida:” hah, ida gak nyangka sampai istri sayang mau jadi pelacur, tapi kalau seratus juta sich...

Saya:” sayang memang mau juga kalau di bayar seratus juta?

Ida:” hehe, gak tau dech, dari pada sama sayang gak di bayar”

Saya:” Jadi kamu mau saya bayar? Agak sedikit kesal.

Ida:” becanda sayang, biar sayang gak pusing lagi, ya nggak lah, ida di bayar pakai peju aja”

Saya pun tersenyum dan langsung meremas susu Ida dari balik bajunya

Ida:” Aw, bilang kek mau remas, ini maen remas aja susu orang” puara-pura ngembek

Ida:” Saya konsentrasi ke jalan ih, mana banyak kendaraan, bukan kobel-kobel memek aku terus”

Saya:” Ida kayaknya aku jatuh cinta dech sama kamu” sambil melirik Ida dengan sisi mata saya.

Ida menjawab: “Ida juga sayang” tapi sepertinya dia asal jawab dan tidak menanggapi serius omongan saya tadi.

Akhirnya kami pun sampai di rumah ida.

Segera pembantunya membuka pintu untuk kami. Aku pun duduk di sofa. Ida pergi ke kamarnya untuk mengambil anaknya. Segera dia duduk lagi di dekat saya.

Tak lama pembantunya datang membawa minumman buat kami,.

Saya melihat gerak-gerik pembantu ini sepertinya curiga dengan kedatangan saya yang kedua kalinya.

Ida:” Tin, kamu pulang saja, nanti saya telpon kalau mau berangkat”

Entin:” Saya biar di sini saja bu, masih ada yang harus di kerjakan, lagi nyetrika baju tadi waktu si dedek tidur”

Ida:” Oh ya sudah kamu pergi sana”

Entin pun pergi meninggalkan kami. Saya menjadi sedikit khawatir.

Saya:” Koq dia gak kamu paksa suruh pulang yang, nanti kalau dia tahu apa yang mau kita lakuin gimana?

Ida enteng saja menjawab: “ Biarin yang cuek aza, dia gak bakal ngadu ke mana-mana apalagi ke suami, dia takut justru sama suami aku”

Saya:” memang kenapa dia takut”

Ida:” Dia ngadu suka digodain suami aku, ya di colek lah, di pegang lah”

Saya:” masa, kamu gak marah sama suami”

Ida:” Awalnya marah, tapi biarin dech, memang kayak gitu bandel”

Saya:”Istrinya pun bandel ya, suka bawa cowok lain ke kamarnya”

Ida tersenyum geli.

Kami pun makan siang bersama.

Setelah selesai makan Ida mengajak saya ke kamarnya.

Ida:” Say, ayo di kamar aku aja, kamar yang kemaren berantakan”

Saya:” tapi ada pembantu kamu di belakang?

Ida:” Biarin saja”

Aku segera mengikuti ida, saat Ida berjalan aku gemas ku remas pantatnya.

Ida:” Aw, sayang nakal sich, pantes istri sayang nakal”

Setelah masuk dalam kamar, Ida segera menidurkan bayinya dan segera mengunci pintu kamar, kami saling berciuman.

Cukup lama kami berciuman, saya segera mendorong Ida sampai rebahan dan menindihnya di samping bayinya yang sudah tidur pulas setelah menyusu tadi.

Kami berciuman kembali dengan panasnya, sejenak saya lupa dengan istri saya.

Ida:” Ayo saya gagahi aku di kamar pengantin aku dengan suamiku”

Aku segera membuka bajuku, ida pun melepas baju, dan menyisakan bra nya, aku menciumi lehernya sampai ketiak Ida aku ciumi.

Ida:” Ah geli sayang, kamu koq ciumi ketek aku”

Saya:” Nikmati saja sayang, ada bulunya ini dikit”. Ketiak Ida sedikit ada bulunya, sayapun terus melumat ketek Ida.

Ida:” Akh, terus sang, geli-geli enak”

Saya segera melepas bra Ida dan menarohnya ke samping .

BERSAMBUNG...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel