Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7. Tidak Memiliki Pilihan

Claudia terlelap pulas, di dalam kamarnya yang gelap gulita. Angin berembus pelan, memasuki sela-sela jendela, membuat Claudia tidur semakin lelap. Rambut panjang gadis berparas cantik itu sedikit berantakan, membuatnya begitu cantik di tengah-tengah kegelapan.

Tiba-tiba gelegar petir terdengar cukup keras hingga membuat Claudia terperanjat terkejut. Dia langsung membuka mata terbangun paksa dari tidurnya akibat gelegar petir yang keras.

“Hujannya besar sekali,” gumam Claudia pelan sambil menyibak selimut, menutup rapat gordennya yang bergerak-gerak.

Claudia merasakan tenggorokannya kering, dia hendak mengambil minuman yang ada di atas meja, namun Claudia langsung berdecak di kala teko di atas meja yang biasanya penuh terisikan air, malah sekarang kosong.

“Pasti pelayan lupa mengisi teko,” gumam Claudia sedikit kesal.

Claudia bisa saja menghubungi pelayan untuk membawakan minuman padanya, namun Claudia tak tega kalau membangunkan pelayan yang pasti sudah tertidur di tengah malam seperti ini.

Akhirnya, Claudia memutuskan untuk mengambil sendiri minuman ke dapur. Lagi pula, kamarnya sekarang berada di lantai satu, jadi mempermudah untuk dirinya jika ingin menuju ke dapur.

Saat tiba di dapur, Claudia menyalakan lampu, karena di dapur hanya lampu di ujung saja yang menyala. Meski sedikit takut, namun Claudia tetaplah berusaha untuk tenang, dan tidak takut.

Saat Claudia hendak menuju ke arah kulkas—tatapan Claudia menatap terkejut Christian yang berdiri di dapur sambil meminum wine. Wajah Claudia sedikit memucat bertemu dengan Christian. Sungguh, Claudia tak mengira kalau Christian juga berada di dapur.

“K-kau belum tidur?” Claudia gugup di kala melihat Christian.

Christian menyesap wine di tangannya. “Aku belum mengantuk. Kau sendiri kenapa belum tidur?” tanyanya dingin dengan sorot mata tegas.

“Aku haus. Ingin minum.” Claudia mengambil gelas, lalu dia membuka kulkas, menuangkan orange juice ke gelas yang ada di tangannya—dan meminum orange juice itu dengan perlahan.

Christian masih bergeming di tempatnya. Tatapan pria itu tak lepas melihat Claudia yang tengah minum orange juice. “Kau tadi diantar siapa?” tanyanya sontak membuat Claudia tersedak.

Claudia terbatuk-batuk mendengar apa yang Christian ucapkan. Dengan cepat, dia mengambil tisu, dan menyeka bibirnya dengan tisu itu. “Temanku,” jawabnya.

Christian melangkah mendekat pada Claudia. “Temanmu? Kenapa kau tidak pernah membawa temanmu ke hadapan ibumu dan kakakmu?”

Claudia mengatur napasnya dan berkata, “Itu sama sekali bukan urusanmu, Christian Hastings. Lebih baik kau urus hidupku saja sendiri. Jangan ikut campur dengan urusan orang lain.” Lalu, dia hendak melangkah pergi meninggalkan Christian, namun tepat di kala Claudia berbalik—tangan kokoh Christian mencengkram kuat pergelangan tangannya.

“Awww, Christian sakit,” ringis Claudia ketika Christian mencengkram kuat pergelangan tangannya.

Mata Christian menyalang tajam menatap Claudia. “Jika aku bertanya, kau harus menjawabnya, Claudia!” desisnya tajam.

Claudia menahan ringisan sakit di pergelangan tangannya. Gadis itu mendongak, menatap Christian. “Kenapa aku harus menjawab begitu saja pertanyaanmu? Apa hakmu?!” Nada bicara Claudia sedikit meninggi di sini, akibat terpancing emosi.

Christian menggeram dan semakin mencengkram kuat pergelangan tangan gadis itu. Hingga kemudian, ketika ringisan di bibir Claudia terdengar semakin nyeri—akhirnya membuatnya melepaskan cengkraman itu. Detik selanjutnya, tanpa berkata apa pun—Christian pergi begitu saja meninggalkan Claudia.

Claudia menyentuh pelan pergelangan tangannya yang memerah akibat cengkraman tangan Christian. Gadis itu menatap punggung Christian yang mulai lenyap dari pandangannya.

“Pria itu benar-benar sudah tidak lagi waras,” gumam Claudia sambil menahan sakit yang disebabkan oleh Christian.

***

Byurrr

Claudia melompat ke kolam renang, berenang dengan gaya bebas. Gadis itu cukup mahir berenang. Cuaca yang cerah membuat Claudia ingin sekali berenang. Terlebih matahari sudah tinggi. Gadis itu sekalian ingin berjemur.

Claudia muncul di permukaan. Dia sudah puas berenang. Claudia segera naik ke atas dan mengambil bathrobe, memakaikan ke tubuhnya, dan melilit rambutnya menggunakan bathrobe itu.

Pelayan sudah menyajikan apple juice dan sandwich ke atas meja. Claudia mengambil apple juice itu, meminum perlahan, dan memakan sandwich daging yang sudah disiapkan oleh pelayan.

“Nona Claudia?” sapa sang pelayan melangkah menghampiri Claudia.

“Hm? Ada apa?” Claudia menatap sang pelayan.

“Nona, Tuan Benny memanggil Anda,” jawab sang pelayan memberi tahu.

Claudia mengangguk, lalu dia melangkah keluar dari ruang kolam renang, menemui ayahnya. Entah apa yang akan dikatakan oleh ayahnya itu. Claudia berharap, ayahnya tak meminta hal-hal yang aneh.

“Dad? Ada apa? Tadi pelayan bilang kau memanggilku,” ujar Claudia saat bertemu dengan ayahnya yang tengah bersama ibunya. Gadis itu masih memakai bathrobe dengan rambut yang dililit oleh handuk. Beruntung tanda merah di lehernya akibat Christian sudah menghilang. Jadi Claudia tak takut kalau ada orang yang melihat lehernya lagi.

“Claudia, kau sebentar lagi wisuda, kan?” ujar Benny bertanya pada putrinya.

Claudia mengangguk. “Iya, Dad. Sebentar lagi aku akan wisuda. Ada apa, Dad?”

“Begini, menurut Daddy lebih baik kau sudah mulai belajar di perusahaan Christian. Jadi kalau kau sudah resmi menjadi karyawan Christian, kau tidak lagi canggung,” ucap Benny yang sontak membuat Claudia terkejut.

Kedua kaki Claudia langsung lemas mendengar ucapan Benny. Sekujur tubuhnya membeku, tidak bisa berkutik. Apa yang dikatakan Benny, benar-benar membuat otaknya tidak bisa lagi berpikir.

“Dad, a-aku rasa tidak usah secepat itu.” Claudia memutar otak, demi mencari alasan yang paling tepat.

Grania yang ada di sana menatap Claudia dengan tatapan penuh kasih sayang seorang ibu. “Apa yang dikatakan oleh Daddy-mu benar, Sayang. Belajar lebih awal itu lebih bagus. Maksud Daddy adalah dia tidak ingin sampai kau membuat kesalahan. Lagi pula, kau sudah tidak lagi setiap saat ke kampus. Tugas-tugas beratmu sudah selesai, kan?” sambungnya sependapat dengan Benny.

“Dad, Mom, tapi—”

“Ada apa ini?” Ella menginterupsi percakapan yang terjadi. Dia melangkah mendekat pada ayah, ibu, dan adiknya—bersama dengan Christian yang sudah bersiap ingin ke kantor.

Claudia menatap kakaknya dan Christian. Gadis itu mengembuskan napas panjang, dan menahan rasa kesal dan tertekan di dalam hati. Kesialan datang di hidupnya benar-benar bertubi-tubi.

“Sayang, Daddy meminta Claudia untuk mulai belajar di perusahaan Christian. Kan adikmu juga sudah tidak sesibuk sebelumnya, jadi lebih baik adikmu sudah mulai belajar di kantor Christian. Kau setuju, kan?” ujar Grania seraya menatap Ella.

Ella tersenyum senang dan riang. “Tentu saja aku setuju, Mom. Menurutku kalau Claudia belajar lebih cepat, maka pasti dia akan semakin lebih mengerti.” Ella menatap Christian yang ada di sampingnya, dan memeluk lengan suaminya dengan erat. “Kau setuju juga, kan, Sayang?”

Christian terdiam sejenak seraya menatap Claudia dengan tatapan yang memiliki makna dalam. Tatapan yang tersirat memiliki jutaan arti. Christian tak bisa menolak, karena sebelumnya Christian sudah menyetujui Claudia bekerja di perusahaannya.

“Claudia bisa datang ke kantorku besok,” jawab Christian dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi.

Tubuh Claudia nyaris merosot ke lantai, akibat mendengar jawaban Christian yang begitu enteng seakan tanpa ada beban sama sekali. Kegilaan macam apa ini semua? Sungguh, ingin rasanya Claudia berteriak sekeras mungkin.

Ella mengecup bibir Christian di hadapan kedua orang tuanya dan juga adiknya. “Thank you, Sayang.”

Christian menganggukan kepalanya. “Aku harus berangkat sekarang.” Dia berpamitan pada mertuanya, dan memberikan kecupan di kening Ella.

“Aku akan mengantarmu ke depan.” Ella kian memeluk erat lengan Christian, membawa sang suami menuju ke depan.

Benny dan Grania sama-sama mengucapkan hati-hati pada menantu mereka, kemudian Benny pun berpamitan pada Grania dan Claudia. Tepat di kala Benny pergi, Grania hendak ingin pergi meninggalkan tempat itu, namun Claudia segera menahan lengan ibunya.

“Mom.” Claudia menatap gelisah ibunya. Sejak tadi perasaan Claudia begitu campur aduk, di kala ayahnya memintanya untuk segera belajar ke kantor Christian.

“Ada apa, Sayang?” Grania membelai pipi Claudia.

“Mom, bisakah kau membantuku membujuk Dad? Aku akan bekerja di kantor temanku saja. Aku tidak mau menyusahkan Christian,” ucap Claudia gelisah, dan berusaha mempengaruhi ibunya. Tidak ada jalan lain, satu-satunya yang bisa menyelamatkan dirinya adalah ibunya. Dalam hal ini, dia tidak tahu meminta pertolongan pada siapa lagi.

“Sayang, Christian sudah setuju. Dia tidak keberatan sama sekali. Kau tidak usah khawatir,” jawab Grania lembut.

“Mom, aku tidak akan nyaman kalau bekerja di perusahaan kakak iparku. Biarkan aku bekerja di perusahaan temanku saja, Mom,” ucap Claudia dengan wajah yang semakin gelisah.

Grania menyipitkan matanya, menatap Claudia curiga. Wanita paruh baya itu merasa ada yang aneh dengan putri bungsunya. “Claudia, kenapa kau sangat menolak bekerja di perusahaan Christian? Apa ada sesuatu yang kau sembunyikan?”

Raut wajah Claudia berubah terkejut mendengar ucapan ibunya. Mati-matian, Claudia berusaha keras menutupi rasa paniknya. “Mom, aku sudah bilang, kan? Aku tidak enak pada Christian. Aku tidak mau karyawan lain berpikir aku mendapatkan perilakuan istimewa karena pemilik perusahaan adalah kakak iparku.” Nada Claudia sedikit gugup kala mengatakan itu.

Grania tersenyum dan mencium pipi Claudia. “Tenanglah, Sayang. Kau tidak usah pikirkan orang lain. Lebih baik kau fokus pada dirimu sendiri. Ya sudah, Mommy harus ke dapur dulu. Mommy ingin membuatkan cake untuk Daddy-mu.” Lalu, Grania pergi meninggalkan Claudia yang nampak amat muram.

Claudia berdecak seraya memejamkan mata lelah. Besok dirinya harus bekerja di kantor Christian. Sungguh, Claudia ingin sekali berontak, tapi dirinya dalam kondisi yang sulit. Jika mati-matian menolak, pasti keluarganya akan curiga.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel