Pustaka
Bahasa Indonesia

Skandal Satu Malam

203.0K · Tamat
Abigail Kusuma
148
Bab
23.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Salah kamar mengakibatkan Claudia terjebak dalam hubungan rumit yang tak seharusnya terjadi. Malam itu, harusnya Christian menghabiskan malam panas dengan calon istrinya. Namun, siapa sangka kalau berujung pada Christian yang malah masuk ke dalam kamar Claudia—yang mana adik dari calon istrinya. Semua bermula dari sini. Claudia dan Christian terjebak dalam sebuah hubungan yang tak seharusnya terjadi. Hal yang membuat semakin rumit adalah Claudia dan Christian harus tinggal satu atap. Mungkinkah skandal ini akan tercium? Lantas, bagaimana akhir dari kisah Claudia dan Christian? Kesalahan satu malam membawa mereka dalam sebuah lingkaran api. *** Follow me on IG: abigail_kusuma95

RomansaBillionaireIstriPerselingkuhanOne-night StandPengkhianatanPernikahanWanita CantikMengandung Diluar Nikahplayboy

Bab 1. Salah Masuk Kamar

“Ella, kau di mana?”

Christian mendorong pintu kamar dengan langkah kaki gontai akibat alkohol mengusainya. Suara seraknya menandakan bahwa alkohol telah menguasai pria itu. Tampak tatapan mata Christian berkilat penuh gairah melihat sang kekasih begitu cantik seksi. Gaun tidur tipis yang dipakai kekasihnya itu tersingkap ke atas, memperlihatkan paha putih dan mulus.

Sempurna. Tidak banyak kata yang bisa digambarkan tentang keindahan apa yang dia lihat sekarang ini. Kekasihnya itu memakai gaun tidur tipis menunjukan lekuk tubuhnya—seolah memberikan isyarat memang ingin menggodanya.

Christian mendekat, membaringkan tubuh di samping kekasihnya itu, lalu membelai paha bagian dalam sang kekasih lembut dan mencium leher kekasihnya itu. “You’re so fucking hot,” bisiknya serak.

Tiba-tiba gadis yang terlelap terbuka matanya di kala merasakan sentuhan. Seketika mata gadis itu melebar melihat Christian menciuminya. “C-Christian, apa yang kau lakukan, hmmpttt—”

Bibir gadis itu tak bisa berucap karena Christian melumat bibirnya dengan liar dan agresif. Beberapa kali dia memberontak dalam kungkungan Christian, namun tetap tak menuaikan hasil apa pun. Dia tak bisa lepas dari jerat Christian.

“Christian, l-lepas!” Gadis itu memukuli lengan kekar Christian, tetapi alih-alih terlepas malah Christian menangkup kedua kedua tangan gadis itu, meletakan ke atas kepalanya, mengunci pergerakan gadis itu.

“Malam ini kau sangat seksi, Ella,” bisik Christian menciumi leher dan dada gadis itu, meninggalkan jejak kemerahan di sana.

“Hmmmptt, Christian, aku bukan, akh—” Gadis itu menjerit keras di kala Christian meremas dadanya, serta merobek paksa dress, dan melempar dress-nya ke sembarangan arah.

Gadis itu berusaha berontak sekuat tenaga, namun tetap tak bisa lepas dari jerat Christian. Satu demi satu helaian benang yang melekat di tubuhnya berhasil dilucuti oleh Christian. Bahkan kini tubuh gadis itu sudah polos, dan membuat Christian menatapnya dengan tatapan lapar persis seperti singa yang ingin menerkam mangsa.

Alkohol semakin menguasai Christian, membuat gairah dan hasratnya semakin tak tertahan. Dia menundukkan kepalanya mencumbu setiap inci tubuh gadis yang berada di bawahnya. Dan ketika gadis itu ingin menjerit, Christian selalu membungkam bibirnya.

“Aku akan melakukannya dengan pelan,” bisik Christian serak. Perlahan pagutan di bibir Christian melembut tak lagi seliar sebelumnya. Tangan pria itu terun ke bawah membelai paha bagian dalam gadis itu, dan menyentuh titik sensitive-nya.

“Akh!” Gadis itu menjerit di kala tangan Christian bermain di titik sensitive-nya.

Christian mencium bahu telanjang gadis itu. “Kau sudah siap rupanya.”

Lalu, Christian membuka lebar kedua paha gadis itu, dan memasukinya dengan satu kali hentakan keras. Terdengar suara jeritan yang lolos di bibir gadis itu, namun Christian langsung membungkam bibir gadis itu dengan bibirnya.

Sudut mata Gadis meneteskan air mata. Tubuhnya bergetar. Bibirnya merintih di sela-sela pagutan Christian. Gadis itu merasakan tubuh bagian bahwanya terbelah membuat sekujur tubuhnya kesakitan luar biasa.

***

Christian memijat kepalanya di kala sinar matahari menyentuh wajahnya. Alkohol membuatnya merasakan pusing luar biasa. Pria itu memijat pelipis, lalu menoleh ke samping ranjang sudah kosong.

Christian segera menyibak selimut, lalu turun dari ranjang dan melangkah keluar kamar. Pria itu mencari toilet yang ada di luar kamar, dia membersihkan wajahnya dengan air bersih, dan kembali keluar menuju dapur.

Di dapur, Christian melihat Ella berpenampilan cantik dan seksi tengah membuat teh. Christian langsung memeluk Ella dari belakang dan membenamkan wajahnya di wajah Ella. Sontak, Ella terkejut di kala ada yang memeluknya, namun keterkejutan Ella lenyap sata melihat Christian yang memeluknya.

“Morning, Sayang,” sapa Ella lembut.

Christian mencium tengkuk leher Ella dengan mesra. “Maaf, aku sudah membuatmu kewalahan semalam.”

Ella membalikan badannya, menghadap Christian, menatap sang kekasih dengan tatapan bingung. “Sayang, apa maksudmu?” tanyanya tak mengerti.

Raut wajah Christian berubah di kala melihat kebingungan di wajah Ella. “Tadi malam—”

Ella mendesah panjang dan sedikit kesal. “Tadi malam aku menghubungi ponselmu, tapi malah ponselmu tidak aktif. Padahal aku menunggumu, Sayang. Aku ingin kita menghabiskan malam bersama. Tapi malah kau tidak datang.”

Christian terdiam dengan raut wajah yang serius mendengar apa yang Ella katakan. Tadi malam dirinya mabuk dan masuk ke kamar Ella, tapi kenapa sekarang Ella tak mengakui? Jika bukan Ella, lalu kamar siapa yang dia masuki? Shit! Christian mengumpat dalam hati. Di kala terbangun, dia pun langsung keluar, tanpa memperhatikan jelas sekeliling kamarnya.

“Sayang? Kenapa kau malah diam?” ujar Ella bingung akan perubahan sikap Christian yang aneh.

Christian sedikit berdeham. “Tadi malam baterai ponselku habis. Ella, aku ingin ke kamar mandi sebentar.” Lalu, Christian melangkah pergi meninggalkan Ella. Pria itu tak menuju ke kamar mandi, melainkan ke dalam kamar.

Di kamar, Christian mematap Claudia baru saja keluar dari kamar mandi hanya memakai bathrobe. Tampak mata Christian tertuju pada bercak merah yang ada di leher Claudia. Bercak tersebut masih terlihat sangat baru.

“Permisi.” Claudia menunduk di kala melihat Christian, buru-buru, gadis itu menghindar dari Christian. Namun, Christian langsung menahan tangan Claudia di kala pria itu merasakan ada yang aneh dari gadis itu.

“Lepaskan aku!” Claudia berusaha berontak, tapi Christian semakin mencengkram kuat pergelangan tangannya.

“Tadi malam aku masuk ke kamarmu?” Mata Christian menatap dingin Claudia—calon adik iparnya—yang mana adik kandung dari kekasihnya. Napasnya memburu. Aura kemarahan menyelimuti wajahnya.

Claudia terus berontak sekuat tenaga. “Kau ini bicara apa! Aku tidak mengerti dengan apa yang kau katakan! Lepaskan aku!”

“Jangan berbohong padaku, Claudia!” desis Christian seraya menatap tajam Claudia.

“Aku tidak tahu apa maksud ucapanmu, Christian. Lepaskan aku!” seru Claudia lagi yang terus berontak.

Christian terpancing emosi di kala Claudia berontak. Pria itu mendorong tubuh Claudia hingga punggung gadis itu terbentur ke dinding. Dia merapatkan tubuhnya ke tubuh Claudia—dan mengunci pergerakan wanita itu.

“Jawab aku dengan jujur, Claudia! Jangan coba-coba kau membohongiku!” geram Christian tak main-main.

Mata Claudia berkaca-kaca mendapatkan ancaman dari Christian. “Kau ingin aku jawab apa, Christian? Katakan, jawaban apa yang kau inginkan, hm?” serunya dengan air mata yang sudah sebentar lagi akan keluar.

Christian berusaha mengatur napasnya. “Aku tahu tadi malam aku masuk ke dalam kamarmu. Iya, kan?!” tuntutnya.

Air mata Claudia berlinang jatuh membasahi pipinya. Kepingan memori akan kejadian tadi malam teringat di dalam benaknya. “Ya, kau masuk ke kamarku, dan aku tidak perlu menjelaskan apa pun, karena aku yakin kau mengerti.”

Christian mengumpat kasar mendengar jawaban Claudia. Pantas saja dia merasa ada yang janggal. Ternyata dia malah salah masuk kamar ke dalam kamar adik dari kekasihnya sendiri. Ini sudah benar-benar gila!

“Kau sengaja melakukan ini, Claudia?” seru Christian menahan amarah.

“Apa maksud ucapanmu, Christian?” Dengan nada tercekat, Claudia bertanya.

Christian mengusap wajahnya kasar. “Kau sengaja menjebakku, kan? Kau tahu aku mabuk dan kau mencari kesempatan? Iya?!”

Claudia nyaris tak bisa berkata-kata mendengar tuduhan gila dari Christian. “Apa kau sudah gila, Christian! Kau salah masuk kamar, dan kau memerkosaku sekarang kau menyudutkanku?!” bentaknya dengan air mata yang mulai berlinang. Hatinya sesak di kala Christian menuduhnya.

Christian memejamkan mata singkat dengan pikiran yang amat sangat berkecamuk. “Kau tahu, Claudia! Aku dan kakakmu akan segera menikah. Semua akan kacau kalau semua orang tahu tentang apa yang terjadi di antara kita!”

Claudia menyeka air matanya. Ya, ini adalah kegilaan yang tak pernah Claudia sangka. Dirinya diperkosa oleh calon kakak iparnya sendiri. Lalu sekarang dirinya dituduh merusak hubungan kakaknya.

“Aku tidak pernah berniat merusak pernikahan kakakku,” ucap Claudia dengan nada bergetar menahan luka.

Christian menatap tajam dan penuh amarah Claudia. Tatapan yang tersirat sama sekali tak percaya dengan apa yang Claudia katakan. “Aku peringatkan padamu, jangan sampai ada yang tahu tentang ini! Aku akan memberikan kompensasi atas apa yang terjadi. Tapi ingat, tidak boleh ada yang tahu tentang ini semua!”

“Kompensasi apa yang kau maksud?!” Claudia menatap Christian dengan tatapan yang begitu memerah, akibat tangisnya.