Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 Berubah

Bab 9 Berubah

Musim dingin masih berlangsung, namun perkuliahan masih berjalan seperti biasanya. Sebagian mahasiswa berharap mereka akan mendapatkan jatah liburan musim dingin. Namun, berbeda dengan laki-laki satu ini. Ia hanya berharap bahwa di musim dingin kali ini, akan terjadi sesuatu yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya.

Laki-laki itu baru saja memasuki gerbang kampusnya. Ia mengenakan celana panjang berwarna hitam dengan baju kaos berwarna hijau tua yang dilapisi dengan jaket tebal khas musim dingin. Seseorang yang melihat sosoknya mencoba memanggilnya dengan melambaikan tangan. Merasa ada yang aneh, laki-laki itu pun menoleh ke arah kanan, tepatnya ke arah taman kampus. Dan benar saja, ada orang yang melambaikan tangan padanya. Tanpa ragu, laki-laki itu pun menghampiri orang tersebut.

Sesampainya di sana laki-laki itu langsung di sambut oleh empat orang yang senang dengan kedatangannya. Sebut saja mereka adalah teman laki-laki tersebut. “Hey Steve, Whats up bro?” sapa temannya yang melambaikan tangan tadi. Laki-laki yang bernama Steve tadi pun tersenyum dan membalas pertanyaan temannya itu, “It is look like... I am good.”

Mereka pun mulai berbincang-bincang satu sama lain dan ditengah perbincangan mereka, ada salah seorang teman Steve yang menanyakan sesuatu padanya. “Steve... lately, you rare join us, why?”

Steve yang mendapat pertanyaan itu pun langsung mengarahkan pandangannya pada temannya yang bertanya itu. “Oh I am sorry, are you jealous?” ucap Steve sambil memegang tangan temannya itu. Sontak semua yang ada di sana tertawa karnaa kelakuan Steve.

“Nasty...,” ucap orang yang bertanya tadi. Steve pun tertawa karena ia dikatai seperti itu. Beberapa saat kemudian baru lah Steve menjawab pertanyaan temannya ini.

“Okey... the reason is... I got a new toy...,” ujar Steve dengan wajah senangnya. Mereka yang mendengar jawaban Steve, bingung untuk berekspresi seperti apa atau bagaimana ingin meresponnya. Mereka pun hanya mengangguk dan tak menyinggung hal itu lagi. Karena mereka tahu, bahwa Steve pasti sedang melakukan sesuatu. Namun, mereka tak ambil pusing karena itu tidak ada kaitannya dengan mereka.

Mereka pun mengganti topik pembicaraan. Salah satu dari mereka mulai membuka suara. “Hey Steve, bagaimana jika kamu ikut dengan kami ke Cafe langganan kita setelah kelas hari ini...?” ajaknya pada Steve.

Steve pun tampaknya tertarik untuk ikut ajakan mereka, karena memang sudah agak lama ketika terakhir kali mereka pergi bersama. Steve pun mengiyakan ajakan teman-temannya. Teman-teman Steve pun tampak senang dengan keputusannya. “Okey... sepakat yaa... nanti kita kumpul lagi disini...,” ucap orang yang melambaikan tangan pada Steve tadi.

Steve pun undur diri lebih dulu untuk masuk ke kelas. Mereka pun berpisah saat di taman. Ketika Steve baru saja hendak memasuki gedung, tempat kelasnya berada, ia melihat dua sosok yang sering bersamanya akhir-akhir ini. Mereka adalah Leo dan Keke.

“Oh jadi mereka sudah baikan...?” gumamnya sambil mencoba mendekat pada mereka berdua. Namun, sebelum itu ia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. “Hmm Nick, sorry, aku rasa aku tidak bisa pergi hari ini, lain kali saja yaa...,” ucap Steve pada Nick, teman yang mengajaknya pergi ke cafe hari ini. “Eh Why--” belum selesai kalimat Nick, Steve langsung memutus sambungan teleponnya.

“Karena aku punya sesuatu yang lebih menarik di sini...,” gumam Steve sembari mempercepat langkahnya ke depan. Ketika ia sampai di depan target ia pun langsung menggandeng lengan Keke dan Leo. Mereka berdua tidak sadar kalau Steve ada dibelakang mereka, sampai Steve menggandeng tangan mereka.

“Uwwaahh...,” kaget Keke karena ada yang meraih tangannya. “Eh? Steve...?” ucap Keke yang mengetahui pelakunya adalah Steve. “Ah si berisik datang...,” sambung Leo dengan membuat wajah malas.

“Morning guyss...,” ucap Steve pada mereka berdua dengan wajah yang berbinar-binar. Hal itu membuat Leo membuang muka darinya. Hanya Keke lah yang menjawab salam pagi dari Steve. Steve pun tersenyum pada Keke, begitu juga sebaliknya. Leo melepas paksa tangan Steve yang berhasil merangkulnya. Sedangkan lengan Keke masih dalam gandengan Steve. “ Oi! Sampai kapan menggandeng Keke?” ucap Leo pada Steve.

Steve pun tersenyum karena kecemburuan Leo padanya. “Keke... hari ini kamu di kelas mana?” tanya Steve pada Keke, dengan mengabaikan apa yang dikatakan oleh Leo.

Leo merasa kesal dengan sikap orang itu, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Leo pun memutuskan untuk pergi lebih dahulu. “Keke aku pergi dulu...,” ucap Leo sambil berjalan lebih dulu.

Kelas mereka berdua berbeda hari ini, karena mata pelajaran mereka berbeda. Jika mata pelajaran mereka sama, kemungkinan untuk satu kelas ada tetapi tidak pasti.

“Okey Keke ayo ke lantai dua sekarang...,” ajak Steve dengan menarik lengan Keke. Keke pun menurut. Hari ini mereka bertiga berbeda kelas. Walaupun Steve dan Keke kelasnya berada di lantai yang sama, namun ruangan mereka berbeda. Setelah mereka sampai di lantai dua mereka pun langsung memasuki kelas masing-masing dan pelajaran pun dimulai.

Kelas berakhir pukul satu siang. Keke merasa badannya pegal-pegal karena lelah mengikuti perkuliahan dari pagi hingga siang hari. Perkuliahan yang Keke ikuti hari ini pun membuat Keke untuk ekstra fokus pada pelajaran atau materi yang sedang dibahas. Sehingga tak ada waktu bagi Keke untuk mencuri-curi kesempatan untuk menggambar.

Keke pun mulai membereskan alat tulisnya. Setelah selesai, Keke beranjak dari bangkunya dan keluar dari kelas. Ketika ia menoleh ke arah kelasnya Steve, Keke pun langsung mendapati sosok orang yang ia cari. Keke ingin memanggil Steve, namun Steve sedang bersama seseorang, jadi Keke mengurungkan niatnya. Ketika Steve dan orang itu semakin mendekat, barulah Keke mengenali orang yang bersama Steve tersebut. Dia Angel.

Keke terkejut sekaligus bingung untuk memasang wajah bagaimana. Di tengah kebingungannya, Steve memanggil namanya. “Keke...,” soraknya dengan melambaikan tangan. Keke pun menghampirinya walaupun sebenarnya agak enggan.

Ketika Keke sampai di sana, Steve pun langsung mengenalkan Keke dengan Angel. Gadis yang bernama Angel itu pun membalas uluran tangan Keke dan memperkenalkan dirinya.

Keke merasa aneh dengan sikap gadis itu atau lebih tepatnya tidak suka, karena ia bertingkah seperti tak ada yang terjadi, namun Keke menyadari sesuatu, “Oh iya... dia tidak tahu kalau aku melihatnya...,” gumam Keke dalam hatinya.

Setelah perkenalan yang singkat itu mereka bertiga pun berjalan menuruni tangga. Sepanjang perjalanan, hanya Angel dan Steve yang bersuara. Keke sama sekali tidak bersuara, karena ia merasa canggung dengan keberadaan gadis itu.

“Oo iya Keke... apa kamu tahu kalau Angel juga berasal dari Indonesia?” ucap Steve pada Keke yang berada di sebelah kirinya. Keke tidak percaya dengan hal yang baru saja didengarnya.

“Hah? R-really?” tanya Keke memastikan. Untuk menghilangkan keraguan Keke, Angel pun menjawab pertanyaannya, “Iya sungguh...,” jawabnya dengan bahasa Indonesia.

Mendengar hal itu, Keke sangat terkejut sekaligus senang karena ada juga orang yang sekampung dengannya. Keke lupa bahwa gadis itu adalah rival dalam cintanya. Keke pun mulai bercakap-cakap dengan gadis itu.

“Kamu dari mana?” tanya Keke padanya dengan masih berbahasa Indonesia. “Hmm aku dari Bali, kalau kamu Ke?” tanyanya balik.

“Aa pantas saja putih dan cantik...,” gumam Keke yang sedang memikirkan Bali. “Ah kalau aku--” belum selesai Keke menjawab, tiba-tiba saja Angel bersorak.

“Leeoooo!,” ucapnya berlari ke arah Leo dan memeluknya. Keke yang melihat kejadian itu pun hanya bisa menahan hati. Keke mengepalkan tangannya, mencoba untuk kuat.

Leo bingung kenapa Angel bisa bersama mereka. “Angel... cepat lepaskan tidak enak dilihat orang...,” ucap Leo sambil keluar dari pelukan Angel. Angel pun menuruti kata Leo. Leo melemparkan pandangannya pada Steve dan Keke yang berdiri tak jauh darinya. Khususnya Keke. Keke yang sadar bahwa Leo menatapnya, memberikan Leo sebuah senyuman pertanda ia baik-baik saja.

“Lagi pula itu tak ada hubungannya denganku...,” gumam Keke setelahnya. Leo dan Angel pun berjalan mendekati Steve dan Keke, dengan Angel yang menggandeng lengan Leo. Keke hanya bisa diam melihat kedekatan mereka. Keke tak sadar bahwa Steve memperhatikannya sejak Angel bertemu dengan Leo.

“Okey... karena sudah berkumpul, ayoo kita lanjutkan perjalanan kita...,” ucap Steve ketika Leo dan Angel sudah bergabung. Mereka pun berjalan bersama menuju halte.

“Eh Kenapa kamu tidak naik Steve? Itu bis tujuan kamu kan?” ujar Keke pada Steve yang melewatkan bisnya. “Eh? Aku belum bilang ya...? Kita berempat akan pergi ke cafe yang sangat aku rekomendasikan...,” balas Steve. Tentu saja hal itu membuat mereka terkejut, kecuali Angel. Ia setuju dengan ide itu.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel