Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Bantuan

Bab 3 Bantuan

Satu hari sebelumnya...

Seorang lelaki tengah berbaring di atas tempat tidurnya. Ia bukan hanya sekedar berbaring, namun juga sedang memikirkan sesuatu. “Aku menolaknyaa!” Laki-laki itu mengungkapkan kekesalannya. Ia adalah Leo. Ia sebenarnya berat untuk menolak ajakan Keke, namun ada sesuatu disana yang membuatnya enggan untuk berkunjung. Jangankan berkunjung, lewat saja tidak akan mau.

“Apa aku harus meminta bantuannya?” Sesuatu terlintas di dalam kepala Leo. Ia pun meraih ponselnya dan mencari nama seseorang. “Aa ini dia!,” ketika ia menemukan yang ia cari. Ia pun langsung menekan tombol panggil pada nama itu.

‘Tut... tut... tut’ panggilannya sedang dihubungkan. Tak lama kemudian terdengarlah suara dari seberang. “Ada perlu apa denganku, Leo?” Kalimat tanpa basa-basi langsung terdengar ketika panggilan diangkat. Leo tersenyum lalu berkata “Aku ingin meminta bantuanmu, Steve!”

“Listen Leo! Aku sama sekali tidak tertarik untuk membantu laki-laki, you know about that, Right?” balas seseorang yang bernama Steve tersebut. “Bukan aku, tapi aku ingin kamu membantunya...,” balas Leo lagi. “A Girl?” laki-laki itu memastikan. “Yess!”

Karena yang akan dibantu Steve adalah seorang gadis maka ia pun menerimanya. “Apa yang harus aku lakukan?” tanya Steve. Leo merasa senang dengan jawaban yang diberikan oleh Steve. “Oke Listen Steve! Gadis ini ingin pergi ke kantor Dearlova, karena itu, tolong antarkan dia,” ucap Leo pada Steve.

Steve masih belum memahami permintaan Leo. “Kenapa untuk pergi ke Dearlova harus diantar segala? Bukankah itu hal mudah?” tanya Steve. Leo pun mulai menjelaskan, “Dia itu tidak bisa membaca peta, ia juga tidak mahir dalam mengingat jalan dan sepertinya jika ia panik, ia akan bertindak ceroboh...” Leo agak menjeda kalimat nya.

Kemudian ia lanjut kan “Aku rasa ia akan naik bis pertama dengan aman, namun, aku yakin ia akan bingung memilih dimana ia akan turun nantinya, So Steve, you must wait for her in the second stop...,” Steve mendengarkan dengan seksama. “Do you understand, Steve?” tanya Leo padanya. “Yeah I am...! I understand that You know her very well, Right?” goda Steve pada Leo.

Seketika, wajah Leo memerah karena perkataan Steve. “Apa dia kekasihmu?” sambung Steve yang membuat jantung Leo hampir copot karena pertanyaan bodohnya itu. “Hahhhh!! Ap-apa yang kau katakan ini Steve? tentu saja bukan!” jelas Leo dengan sedikit panik. Mendengar jawaban dari Leo, Steve pun tertawa.

“Ahahaha!! Benarkah?, kalau begitu boleh aku memilikinya?” ucap Steve lagi memancing Leo. Leo yang mendengar hal itu seperti kena tembakan sebuah pistol combat yang bertubi-tubi di bagian dadanya.

“Aku memintamu untuk membantunya, bukan ‘memilikinya’!” Leo sedikit manaikkan nada bicaranya. “Hmm... ?Kenapa kamu marah, Leo? Relax!, Aku hanya bercanda...,” balas Steve dengan santainya.

Leo pun berusaha mengendalikan emosinya. “So-sorry!” ucapnya pada Steve. Steve pun tersenyum “It’s okey, Sudah kan... kalau begitu, bye Leo!” Steve pun memutus saluran teleponnya.

***

And... Disinilah Steve sekarang, di halte kedua bersama Keke. “Kenapa kamu menghentikanku,” tanya Keke pada laki-laki yang berada di depannya. Steve pun membalas pertanyaan Keke dengan tersenyum lalu berkata “Untuk membantumu tentunya....!” ucapnya tanpa beban. Keke bingung sekaligus tidak mengerti dengan apa yang dikatakan laki-laki tersebut. ‘Dasar orang aneh!’ pikir Keke sambil menjauh dari Steve. Namun, lengan Keke diraih lagi oleh laki-laki itu, yang membuat Keke harus mengikuti kemana laki-laki itu akan pergi.

“Ayo pergi ke halte yang diseberang sana!” ajak Steve dengan memegang lengan Keke. Keke merasa tidak suka dengan prilaku laki-laki itu. “Hey!! Aku tidak ingin pergi kesana aku ingin ke-” kalimatnya terputus karena telah disambung oleh Steve. “Dearlova, Right?” Keke pun terkejut, kenapa laki-laki ini bisa tahu, Keke pun mulai berpikir yang aneh-aneh, “Apa jangan-jangan dia ini... Stalker?” gumam Keke.

Steve yang masih bisa mendengar ucapan Keke menahan tawa yang akan keluar dari mulutnya. “Maaf saja yaa, sayangnya aku ini bukan penguntit seperti yang kamu kira” ujar Steve untuk menghilangkan kecurigaan Keke. Keke pun tersentak dan merasa malu karena telah mengira yang tidak-tidak pada laki-laki yang ada di depannya. Mereka pun terus melanjutkan perjalanan menuju halte yang ada diseberang jalan.

“Ja-jadi kenapa kamu bisa tahu kalau aku ingin ke sana?” tanya Keke pada laki-laki itu. Steve pun menjawab, “Yaa bagaimana tidak?, aku melihat seorang gadis kebingungan sendiri dengan ponselnya yang slalu mencari lokasi Dearlova...Ya kan?” tanya laki-laki itu balik sambil menatap Keke.

Keke merasa sangat malu. “Ya ampuun aku kampungan bangeet!” gumam Keke lagi. Namun, tiba-tiba laki-laki itu menjawabnya, “Hmm itu tidak benar....!” Keke terkejut. “Ka-kamu bisa bahasa indonesia?” Keke tidak percaya. Laki-laki itu malah tertawa karena reaksi dari Keke. “Ahahaha... Iya aku bisa,” jawab Steve dengan bahasa Indonesia.

Wajah Keke langsung berbinar ketika ia tahu ada orang bule yang bisa bahasa kampung halamannya. “Wahh kereenn!” Keke pun mulai berbicara dengan bahasa Indonesia juga. Steve sedikit tersipu karena pujian dari Keke.

Tak lama kemudian mereka pun sampai di halte lainnya. Setelah itu sebuah bis pun datang. “Ayo! Ini bis yang akan kita naiki,” ucap Steve pada Keke. Keke pun mengangguk dan mengikuti Steve dari belakang. Mereka pun duduk bersebelahan. Ketika bis nya mulai bergerak Keke mulai bersuara, “Mungkin ini agak terlambat, Aku Keke, And you?.” Steve menoleh ke arah Keke dan menjawab “Steve! Steve Davidson” sambil tersenyum.

Keke pun ikut tersenyum. Seketika ada yang mengalir deras ke seluruh tubuh Steve ketika melihat Keke tersenyum dari dekat. “I-ini tidak mungkin...!” ucapnya dalam hati. “Sorry Leo, Sepertinya aku...,” Steve tidak melanjutkan kalimatnya karena ia merasa tidak enak pada Leo.

“Oo Steve, jadi kita akan turun dimana?” tanya Keke yang membuyarkan lamunan Steve. Steve pun mencoba mengembalikan fokusnya dan menjawab pertanyaan Keke, “Kita akan turun di halte yang kamu lewatkan tadi, lalu dari sana baru lah kita naik bis yang menuju kantor penerbitan itu,” jelas Steve. Keke pun mengangguk-angguk memberi isyarat pada Steve bahwa ia sudah paham. Namun Keke merasa ada yang janggal, “Kenapa ia bisa tahu kalau aku melewati halte pertama? Hmm... ya sudah lah, itu juga tidak terlalu penting,” gumam Keke dalam hati.

Sepuluh menit kemudian, Keke dan Steve tiba di halte pertama. Mereka pun melanjutkan perjalanan dengan bis yang menuju halte yang berada di seberang kantor Dearlova. Perjalanan mereka kesana pun memakan waktu lima belas menit.

Setelah mereka turun dari bis, Keke langsung mencari keberadaan kantor tersebut. Steve menunjuk lurus ke arah kantor itu. “Waahh! Ternyata berseberangan langsung dengan halte ini...! Aa syukurlaahhh!” ucap Keke lega. “Steve!” panggil Keke. Laki-laki itu pun menoleh, “Terima kasih banyak yaa bantuannya,” sambung Keke dengan senang hati. Steve pun terpana melihat Keke yang seperti itu.

Setelah itu Keke menarik lengan Steve, mengajaknya untuk datang ke Dearlova bersama. “Kamu ingin kesana juga kan? Kalau begitu Ayoo!” ajak Keke pada Steve. Laki-laki itu pun hanya menurut pada perkataan Keke, Karena ia, “Jatuh cinta pada Keke?, Aku?” Steve masih ragu dengan perasaannya.

“Untunglah dia tiba dengan selamat,” ucap seorang laki-laki berjaket tudung dari kejauhan. “Aku pikir Steve akan melakukan sesuatu padanya,” gumamnya lagi. Ia adalah Leo. Leo sengaja pergi kesana hanya untuk memastikan Keke benar-benar sampai disana, padahal ia sendiri sangat tidak menyukai tempat itu.

“Baiklah...Aku harus pergi sekarang!” niatnya. Namun, ada suara yang menghentikannya, “Wahhh! Apa yang sedang dilakukan lelaki tampan disini, apalagi sampai satu jam berdiam diri disini, Apa yang sedang kamu tunggu, honey?” Suara itu adalah suara seorang wanita yang membuatnya tidak ingin datang kesana.

Leo langsung menjadi gagap. Keringat dingin mulai bercucuran. Ini lah yang ingin ia hindari. “Hmm? Kamu menunggu gadis itu yaa? Siapa dia? Apa dia pacarmu? temanmu? Atau dia adalah ‘pelanggan’ barumu?” ucap wanita itu sambil mendekati Leo.

Leo tak bisa menghindar darinya. Wanita itu semakin mendekat dan sekarang ia sudah meraih wajah Leo. Hingga jarak wajah mereka hanya lima centi. “Siapa dia honey?” tanyanya lagi. Leo yang sudah tidak tahan mencoba melepas paksa sentuhan wanita itu. Setelah itu Leo pun pergi menjauh.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel