Pustaka
Bahasa Indonesia

Cegil Kesayangan Tuan Muda

89.0K · Tamat
Ayla Lee
58
Bab
3.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Lord Noah adalah pewaris tunggal dengan sifat yang arogan dan dingin tiba-tiba bertemu dengan Nathusa Josephine seorang selebgram yang jatuh miskin karena orang tuanya kalah judi. Pertemuan keduanya diwarnai dengan pertengkaran di mana saat hari pertama Nathusa sebagai murid baru melakukan protes terhadap sikap kejam Lord Noah yang ternyata putra pemilik sekolah.

Cinta Pada Pandangan PertamabadboyTuan MudaRomansaTeenfictionSweetKampusLove after MarriageMemanjakanBaper

MURID BARU

Sekolah swasta terkemuka ini selama 10 tahun berturut-turut mencetak lulusan dengan nilai tertinggi tingkat nasional. Selektif, kompetitif, tim perekrutan siswa dan siswi hanya menerima remaja-remaja dengan bakat juga prestasi. Syarat mutlak agar diterima adalah setidaknya calon murid baru memiliki satu sertifikat penghargaan dari bidang akademik maupun non-akademik. Monde High School—di sinilah sekarang Natusha Josephine melangkahkan kakinya untuk pertama kali sebagai siswi pindahan.

Natusha Josephine—nama panggilan Natt. Jenis kelamin perempuan, usia 17 tahun, memiliki wajah cantik bagaikan dewi, IQ yang luar biasa, kecantikan yang memukau, pemilik sabuk hitam taekwondo, dan yang paling menjadi alasan ia diterima di sekolah ini adalah profesinya sebagai model, selebgram, beauty blogger. Wajahnya berkali-kali menghiasi sampul majalah remaja. Wira wiri di sosial media apa pun, sehingga diidolakan serta acap kali menjadi kiblat fashion gadis-gadis seusianya.

Hari ini, Natt pertama kali datang ke sekolah barunya. Ia masih belum mengenakan seragam. Sesuai schedule, hari ini ia akan bertemu dengan kepala sekolah untuk mengisi formulir dan mengantarkan transkrip dan yang paling menyenangkan seharusnya adalah pengenalan lingkungan sekolah.

“Akhirnya, aku di sini. Saatnya berselfie!”

Natt mengarahkan ponselnya ke wajahnya dengan mode kamera depan lantas berswa foto. Cantik! Wajahnya yang imut-imut itu tampak cantik di semua pose. Tak heran jika ia begitu banyak memiliki followers.

Tengah asyik berswa foto, tiba-tiba para murid berlarian ke satu arah. Natt melihat gerombolan murid SMA berlarian pun ikut berlari mengikuti mereka. Rupanya ada aksi nekat seorang gadis cantik berseragam putih abu-abu mencoba melompat dari rooftop gedung sekolah.

“Turun!”

“Turun lah!”

Para siswa meneriaki gadis remaja itu. Akan tetapi, ia tidak mengindahkan perintah mereka.

“Nggak akan pernah! Aku hanya mau turun jika Noah mau jadi pacarku!” ancam gadis berseragam putih abu-abu yang sedang berdiri di atas gedung tingkat tiga.

“Kamu pikir ancaman kamu akan berhasil!”

“Noah lebih senang melihat mayatmu daripada pacaran dengan kamu. Turun!”

“Iya! Benar! Turunlah!”

Alih-alih mendapatkan simpati, mereka justru membully aksi bodoh gadis tidak malu yang rela mati demi cowok yang bahkan melihat dirinya saja tidak akan sudi.

“Noah? Apa yang mereka maksud grup band atau orang? Cewek itu sampai tergila-gila,” gumam Natt masih mencerna apa yang sebenarnya terjadi dan seperti apa polemik yang ada di sekolah barunya ini.

Sesaat kemudian, kerumunan siswa siswi itu dibelah oleh rombongan paling populer nomor 2 di sekolah. Gadis paling populer yang selalu dijaga oleh bodyguard itu dijuluki sebagai putri sekolah. Cantik, modis, kaya raya. Lovely Charlotta atau lebih dikenal dengan sebutan Kim Lovely — remaja 17 tahun putri tunggal pengusaha asal Korea Selatan dengan kekayaan mencapai triliunan rupiah.

“Beri jalan!”

“Semua menyingkir!”

“Waaah, itu putri sekolah sampai datang melihat,” kagum siswi lain yang silau melihat wajah glowing semriwing Kim Lovely.

Bersedekap menatap jijik pada gadis di atas gedung. Kim Lovely meremehkan tindakan tidak berkelas tersebut.

“Oh, jadi ini cewek yang dikabarkan bersikeras ingin berkencan dengan Noah? Si jelek ini ingin menjadi sainganku? Cuih!” Kim Lovely meremehkan.

“Betul, dia anaknya. Memang nggak tahu malu,” ujar temannya menimpali.

“Dih, berani sekali ingin mencuri Noah dariku. Kenapa nggak kalian tarik saja dia ke bawah biar mokat sekarang,” sarkas Kim Lovely geram.

Mengambil pengeras suara yang sedari tadi dipegang oleh ketua OSIS, Kim Lovely meneriaki gadis di atas rooftop itu.

“Hei! Cewek jelek! Kau dengar aku!? Hanya aku yang memenuhi syarat untuk menjadi pacar Noah!” seru Kim Lovely.

Sepersekian detik kemudian, kerumunan siswa dan siswi menoleh ke arah deretan mobil sport yang diyakini itu adalah Noah.

“Semuanya! Itu Noah datang!”

“Noah!”

“Noah!”

“Noah!”

Noah Michaelangelo Tanudjaja. Ia adalah satu-satunya pewaris dari Presdir Miguel Tanudjaja dari Monde Grup. Seorang remaja 19 tahun yang takut air, takut ketinggian, dan paling takut dengan kakeknya. Ia adalah murid paling terkenal di sekolah. Jika ia bicara akan menjadi sebuah kode keinginannya adalah perintah yang harus dilakukan. Kemampuan ingatannya sangat mengejutkan. Akan tetapi, nilainya ... ugh! Nol besar. Kendati demikian, di usianya yang masih belia Noah adalah pemilik industri mobil. Hobinya adalah membeli mobil mewah dan berkali-kali keliling dunia.

“Itu Noah. Dia benar-benar sangat tampan sekali.”

Mereka semua memuji ketampanan Noah. Sementara si murid baru yang sejak tadi hanya menjadi penonton masih menyusun puzzle di kepalanya agar mengerti apa yang mereka begitu kagumi dari sosok Noah ini. Jika hanya tampan bukankah di dunia ini juga sangat banyak pemuda tampan?

“Noah, apa kabar?” tanya Kim Lovely yang sok kenal dan sok dekat dengan Noah.

Akan tetapi, pemuda itu tampak cuek dan berjalan sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam kedua saku celananya kiri dan kanan.

Namun saat hampir melewati setengah kerumunan, tiba-tiba ia memutar badannya, lalu berlari.

BUGH!

Sebuah tinju mendarat pada wajah seorang siswa berperawakan tinggi tegap, sehingga siswa tersebut tersungkur akibat tinjuan Noah yang sangat kuat.

“Kamu tahu kenapa aku menyerang kamu?” tanya Noah, tetapi siswa yang baru saja ditinju itu tidak berani menjawab. “Kamu dilarang mengganggu murid lain di sekolah! Kamu nggak boleh menindas yang lemah! Mengerti!?” seru Noah menjawab pertanyaannya sendiri.

“Me—mengerti,” jawab siswa itu terbata-bata sementara darah mengalir dari hidungnya.

“Sekarang pergilah!” perintah Noah.

Siswa tersebut lantas meninggalkan kerumunan sebelum membuat Noah semakin marah. Tidak ada yang berani melerai apalagi membela siswa tersebut. Semua orang di sekolah ini berpihak kepada Noah.

“Waaah, Noah keren banget.”

“Benar-benar seperti yang diceritakan orang-orang. Hero yang sesungguhnya. Tampan seperti Zilong.”

Pujian-pujian terlontar mengagumi Noah. Mereka semua benar-benar mendewakan Noah Michaelangelo Tanudjaja. Sementara itu, gadis cantik yang sedari tadi berada di rooftop pun segera berlari menuruni tangga, lalu sampai di hadapan Noah untuk menghadang pemuda berambut blonde tersebut.

“Noah! Noah, tolong jangan marah! Noah, aku nggak tau kamu peduli padaku atau nggak. Noah aku suka padamu. Tolong izinkan aku jadi pacarmu!”

Entah apa yang ada di dalam pikiran gadis belia tersebut, berani-beraninya merentangkan kedua tangannya untuk menghadang Noah. Ia bahkan memonyongkan bibirnya dengan mata terpejam. Gadis itu terlalu sering nonton drama halu di mana seorang cowok bucin akan mencium cewek di depan umum seperti yang ia harapkan saat ini.

Alih-alih mendapatkan ciuman dari Noah, pemuda itu justru mendorong wajah imutnya, sehingga ia tersungkur ke jalan. Setelah itu bodyguardnya segera menyempurnakan cairan antiseptik pada kedua telapak tangan Noah agar tidak tertular bakteri dari wajah gadis tersebut.

“Aaakkh! Aduuuh!” gadis itu mengaduh setelah didorong oleh Noah.

“Hei! Kamu nggak apa-apa?”

Melihat tindakan tidak manusiawi tersebut membuat hati Natt si anak baru untuk tampil memberikan bantuan pada gadis tersebut. Padahal baru saja memperingati siswa lain agar tidak menindas yang lemah, tetapi justru kini melakukan penindasan, begitu pemikiran Natt terhadap Noah.

“Hei! Kamu! Berhenti dulu!”

Natt dengan berani menghentikan Noah yang sudah menjauh beberapa langkah setelah mendorong gadis tadi. Pemuda itu pun balik badan untuk melihat siapa yang telah lancang menghentikan langkahnya kali ini.

“Siapa kamu?” tanya Noah.

“Siapa aku itu nggak penting. Yang penting adalah kamu mendorong gadis itu sampai terjatuh dan nggak minta maaf, lalu justru pergi begitu saja. Bukan kah itu sangat nggak pantas?” protes Natt, menuntut Noah untuk meminta maaf kepada gadis yang tadi didorongnya hingga tersungkur.

“Kamu, kemari lah!” tunjuk Noah kepada gadis yang didorongnya tadi.

Sontak gadis itu langsung dengan senang hati memenuhi panggilan Noah. Dengan mata yang berbinar-binar akhirnya bisa berdiri sangat dekat dengan pujaan hatinya.

“Kamu menyukaiku?” tanya Noah.

“Iya, aku sangat menyukai kamu, Noah,” jawabnya.

“Apa kamu merasa keberatan karena aku telah mendorong kamu?” Noah bertanya lagi.

“Sama sekali nggak keberatan, Noah,” jawab gadis bucin tersebut.

“Dan kamu! Kamu dengar sendiri, bukan? Dia nggak masalah dan aku bisa pergi sekarang,” ujar Noah beralih pada Natt.

Pemuda itu melenggang penuh kemenangan, sementara Natt merasa seperti pecundang di hadapannya. Tak terima dengan perlakuan cowok tengil tersebut, Natt hendak memberikan perhitungan, tetapi langsung dicegah oleh para bodyguard Noah.

“Eh, Tunggu! Tung—”

“Perhatikan jarakmu, anak baru! Jangan pernah membuat Noah Michaelangelo Tanudjaja tersinggung!” ujar salah seorang bodyguard Noah.

Natt dan gadis bucin tadi berdiri mematung karena diminta untuk menjaga jarak dengan Noah. Lagi pula, sudah terlalu banyak yang mengekori pemuda yang dipuja seisi sekolah tersebut.

“Apa yang kamu lihat?” tanya Natt pada gadis bucin yang sedari tadi senyam senyum sendiri.

“Lihat punggungnya! Bukankah dia sangat tampan?”

Natt sedikit demi sedikit mulai mengerti situasi sekolah barunya ini. Menurut pengamatannya yang singkat, Noah adalah idola di sekolah ini dan gadis yang baru saja ia bela hanya satu dari ribuan siswi yang mengagumi sosok Noah.

Sementara itu, putri sekolah saat ini dengan leluasa berjalan di sisi Noah meskipun tidak dianggap sama sekali oleh Noah.

“Noah, gimana kalau kita pergi bersama? Kamu berada di kelas 11/1 dan aku 11/2 kita sangat dekat,” ucap Kim Lovely masih sok kenal dan sok dekat dengan Noah.

“Apa katamu?” tanya Noah.

“Kamu berada di kelas 11/1 dan aku di kelas 11/2 kita sangat dekat, bukan?” ujar Kim Lovely mengulang kembali perkataannya barusan.

Namun, ternyata bukan itu yang hendak ditanyakan oleh Noah. Pemuda itu ternyata bertanya kepada gadis yang sedari tadi sudah pergi ke ruangan kepala sekolah. Ya, sebenarnya itu hanya perasaan Noah saja. Ia merasa anak baru tadi tengah meledek dirinya.

“Apa yang cewek tadi bilang?” tanya Noah pada temannya.

“Entahlah, aku nggak begitu dengar,” jawab temannya karena memang tidak ada yang berbicara selain Kim Lovely.

WUUUUSSSS!

Secepat kilat, Noah berlari menuju kantor kepala sekolah, kemudian diikuti oleh kedua temannya juga para bodyguard. Sementara Kim Lovely tidak mengerti apa yang salah sehingga ia ditinggal begitu saja.

“Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?” tanya Kim Lovely kepada pengikutnya.

“Entahlah, kayaknya nggak ada,” jawab teman Kim Lovely yang lebih mirip seperti seorang pengikut dibandingkan teman.

Siswa dan siswi yang melihat bagaimana putri sekolah juga dicuekin oleh seorang Noah pun serempak menyoraki gadis look Korean tersebut. Hal itu pun langsung membuat Kim Lovely berang.

“Huuuuu!”

“Apa yang kalian tertawakan? Setidaknya dia bicara padaku. Apa dia pernah bicara pada kalian? Dasar Sialan!” Kim Lovely langsung badmood, pergi meninggalkan kerumunan setelah marah-marah.

Di kantor kepala sekolah ....

“Natusha Josephine.”

“Ya, Pak.”

“Mulai sekarang kamu adalah bagian dari sekolah ini. Monde High School. Melihat dari transkrip sekolah lama kamu, ini sungguh sangat luar biasa. Kuharap kamu tidak akan terlalu arogan karena semua prestasi kamu ini. Jadi, belajar dan bertemanlah dengan baik,” ujar kepala sekolah setelah melihat semua sertifikat penghargaan milik Natt.

“Baik, Pak.”

“Sekolah ini punya reputasi yang harus dijaga, sekolah ini memiliki pembelajaran yang bagus, dan gaya belajar yang berbeda dengan sekolah lain. Semoga kamu betah dan cepat beradaptasi.”

“Paham, Pak. Terima kasih.”

Pria tua berambut seluruhnya memutih dengan kacamata super tebal itu kemudian menyerahkan secarik kertas berupa formulir pendaftaran kelas khusus murid pindahan kepada Natt.

“Baik, ini formulir pendaftaran kelas kamu. Silahkan diisi, lalu kembalikan padaku setelah kamu selesai mengisinya,” ujar kepala sekolah.

BRAAAKKKK!!!

Datang-datang tanpa mengucap permisi. Tiba-tiba pemudik itu menggebrak meja kepala sekolah, tepat di atas formulir pendaftaran milik Natt diletakkan.

“Eh, ada Noah di sini?” Kepala sekolah justru tersenyum seolah begitu hormat kepada cowok tengil itu.

“Kenapa dia di kelas yang sama denganku?” protes Noah tidak ingin punya teman sekelas baru. Bodyguardnya baru saja memberi tahu jika komite sekolah akan menempatkan seorang siswi baru di kelas 11/1 yaitu kelasnya.

“Sebenarnya ini sudah diputuskan. Semua yang paling berprestasi berada di kelas 11/1 dan aku pikir keberadaan Natusha di sana adalah keputusan yang benar. Kamu nggak datang ke sekolah selama 3 hari. Aku pikir kamu nggak peduli soal ini. Jika kamu tidak suka punya teman baru, seharusnya kamu menghubungi komite sekolah sebelumnya,” ujar kepala sekolah menjelaskan detail pemutusan kelas untuk si siswi baru.

“Beraninya kamu ngomong gitu padaku!?”

“Bukan begitu maksudku, Noah. Ini keputusan sekolah,” jawab kepala sekolah berhati-hati takut menyinggung pemuda paling berkuasa tersebut.

“Kamu—” Noah menjeda ucapannya.

Ia lantas melihat sosok gadis yang tengah berusaha menarik kertas yang ditindihnya sedari tadi.

“Ini, kamu menindih formulir pendaftaran milikku,” ujar Natt memberi tahu bahwa ia menginginkan kertas formulir pendaftaran kelas tersebut.

“Owww! Ini milikmu? Jadi kamu ingin ini?” tanya Noah mengangkat kertas formulir tersebut.

“Ya,” jawab Natusha.

SREEK! SREEEK! SREEK!

Natt ternganga pun dengan kepala sekolah yang melihat Noah menyobek kertas formulir pendaftaran hingga menjadi bagian-bagian kecil, lalu menghamburkannya ke lantai begitu saja.

“Dengarkan aku, Pak Tua! Aku memperingati kamu lagi. Jangan menguji kesabaranku!” Noah sampai menunjuk-nunjuk wajah kepala sekolah sakit kesalnya. Akan tetapi, Natt yang tidak tahu apa-apa lagi-lagi ikut campur.

“Hei! Aku nggak tau gimana orang seperti kamu bisa diterima di sekolah ini! Tapi, kamu udah sangat kelewatan! Apa kamu nggak sadar diri kalau kamu itu numpang belajar di sekolah ini, ha!? Seharusnya kamu berterima kasih kepada sekolah!” omel gadis berwajah imut-imut itu sembari menepis tangan Noah yang menunjuk-nunjuk wajah kepala sekolah.

“Bukan begitu, Pak?” tanya Natt pada kepala sekolah, tetapi hanya ditanggapi dengan senyum tipis juga singkat oleh kepala sekolah itu sendiri.

“Apa yang kamu katakan?” tanya Noah menatap nyalang pada Natt.

“Aku bilang kamu seharusnya meminta maaf kepada kepala sekolah! Ya, kan, Pak?” tanya Natt pada kepala sekolah, tetapi lagi-lagi hanya ditanggapi dengan senyum tipis juga singkat oleh kepala sekolah itu sendiri.

“Cih! Sok tahu! Apa kamu pikir kamu tahu segalanya di sekolah ini, ha!?” tantang Noah.

“Kenapa memangnya? Kamu tersinggung? Silahkan saja! Sekolah ini bukan milik keluargamu!” seru Natt tidak mau kalah.

“Keluarganya lah yang memiliki sekolah ini,” ujar salah seorang teman Noah yang langsung membuat Natt menjadi kicep kehilangan kata-kata.

“Baiklah, sudah selesai. Natusha, kamu bisa pergi sekarang,” pinta Pak kepala sekolah agar murid baru itu meninggalkan ruangannya.

“Tapi, Pak!”

“Kamu mendengar aku, bukan? Pintunya di sebelah sana!” tunjuk kepala sekolah ke arah pintu keluar ruangannya.

Natt akhirnya balik badan, lalu berjalan menuju pintu keluar. Akan tetapi, ia berubah pikiran. Bagaimana bisa dirinya batal mengisi formulir pendaftaran, lalu bagaimana ia bisa tahu di kelas apa nanti ia akan ditempatkan? Natt pun balik badan, lalu mendekati meja kepala sekolah lagi.

“Tapi, Pak—”

“Aku akan memberikan formulir lagi nanti. Sekarang pergilah dulu,” perintah kepala sekolah pada Natt.

Kali ini, Natt tidak bisa membantah. Ia tidak mengapa tidak berada di kelas unggulan asal tetap diizinkan bersekolah di sekolah ini. Karena jika sampai ia ditolak di sekolah ini, maka dirinya akan sangat malu karena sudah terlanjur memposting di Instagram bahwa dirinya adalah siswi baru di sekolah paling bergengsi di kota ini.

Keesokan harinya ....

Setelah kepala sekolah menepati janji. Natt akhirnya mendapatkan kertas formulir pendaftaran yang baru usai sekolah dibubarkan bersamaan dengan jam belajar berakhir. Hanya saja, ia tidak jadi ditempatkan di kelas unggulan seperti ketetapan pihak komite sebelumnya.

“Anak-anak! Hari ini, kelas kita memiliki murid baru. Natusha Josephine, semua sambut lah!” ujar wali kelas 11/2 mengumumkan kedatangan murid baru di kelas mereka.

“Natusha, perkenalkan diri kamu!” titah Bu Ivon selaku wali kelas 11/2 sekarang.

“Halo, semua! Perkenalkan aku Natusha Josephine, kalian bisa memanggilku dengan nama pendek Natt. Aku berasal dari Jakarta. Salam kenal!”

Teman sekelas Natt merasa sangat familiar dengan wajahnya. Benar saja, Natt bukan gadis biasa saja. Semua yang punya ponsel dan mengakses internet pasti pernah melihatnya setidaknya sehari sekali lewat di time line media sosial masing-masing.

“Hei, bukankah wajahnya nggak asing?”

“Iya, nih. Dia bukannya selebgram, ya?”

“Tapi mirip yang di Tik tok juga.”

“Di sampul majalah juga ada.”

Bu Ivon mempersilahkan Natt untuk duduk di bangku kosong yang kebetulan masih ada satu yang kosong.

“Jadi, ini beneran kamu?” tanya teman sekelas Natt yang duduk tepat di depan Natt.

“Apanya?” tanya balik Natt.

“Kamu artis, kan?” terka gadis itu. “Makasih untuk yang kemarin. Namaku Melodi,” ucap gadis itu lagi yang ternyata siswi bucin kemarin.

“Aku Natusha. Panggil aja Natt!”

“Aku udah tahu, kamu cantik sekali,” puji Melodi pada teman barunya.

Sementara itu, terdengar cibiran bernada iri dari meja di sebelah Melodi dan Natt.

“Ish, aslinya B aja. Pasti dia cantik karena filter,” ucap Kim Lovely melirik teman barunya.

“Dasar penipu. Dilihat dari dekat nggak ada cantiknya sama sekali,” ujar pengikut Kim Lovely menimpali.

Natt pura-pura tidak mendengar cibiran putri sekolah itu. Ia tidak ingin hari pertama masuk sekolahnya diawali dengan perkelahian dengan teman sekelas.

“Natt, lihat ini! Ini kamu, kan?” Melodi menunjukkan sebuah majalah di mana foto wajah Natt berada di sampul depan majalah tersebut.

“Hehehe.” Natt justru malu.

“Waaah, kamu bahkan lebih cantik aslinya,” puji Melodi mengagumi paras cantik teman barunya itu.

Tiba-tiba, Kim Lovely merampas majalah tersebut, lalu menjatuhkannya ke lantai. Tak lupa, diinjaknya majalah tersebut tepat di sampul yang menampilkan wajah Natt.

“Nggak ada orang yang bersedia buang-buang duit demi membeli majalah dengan cover wajah kayak gini, hahaha!”

Usai menghina teman sekelasnya yang baru, Kim Lovely tanpa merasa bersalah kembali ke bangkunya dan duduk dengan anggunly.

“Jangan pedulikan dia, dia selalu seperti itu. Dia iri karena kamu adalah artis,” bisik Melodi kepada Natt.

“Oke, nggak masalah,” jawab Natt yang juga tidak ingin berurusan dengan gadis manja nan arogan seperti Kim Lovely.