Part 2. Keinginan Untuk Mengakhiri Hidup
Namun Siska tak bisa memejamkan mata, ia terus gelisah.
Lalu bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke dapur membuka lemari es dan mengambil sekaleng bir lalu meminumnya.
Kakinya kembali melangkah ke arah sisi rak piring , lalu tangannya meraba ke arah rak kecil dan membuka lacinya.
Lalu mengambil bend yang ia inginkan.
Siska kembali berjalan ke dalam kamarnya, lalu menutup pintunya rapat-rapat dan menguncinya.
Siska memegang cutter dengan tangan bergetar. Matanya kian memanas, menatap ke arah benda itu, seolah meminta hidupnya diakhiri dengan segera.
Perlahan, Siska menarik pelatuk cutter di tangan kanannya.
Sedangkan tangan kirinya ia angkat ke udarah, menunjukan urat-urat nadinya yang masih terbungkus kulit lengannya. Dengan tangan yang masih bergetar, Siska mengarahkan pisau cutter ke arah lengannya sembari melafalkan kata maaf pada ke dua orang tuanya, yang mungkin akan kecewa dengan tindakan bodohnya saat ini.
"Maafkan aku,. . Dan maaf, aku harus pergi dari Dunia ini." Siska memejamkan matanya, dengan semakin mendekatkan Cutter di tangan kanannya ke arah pergelangan kirinya.
"Maafkan Siska, Ayah, Ibu..! Aku hanya bisa mengecewakan kalian, tanpa bisa membanggakan keluarga kita."
"Sekali lagi, Aku minta maaf. ."
Dengan sangat perlahan, Siska menusukkan pisau kater pada lengannya, lalu menyayatnya secara perlahan dan dalam. Membuat tetesan darah segar keluar deras dari lengannya, mengalirkan cairan kental merah ke pangkuannya. Sampai saat Siska tidak mampu menopang tubuhnya sendiri, saking banyaknya darah yang keluar dari lengannya. Membuat wanita itu seketika ambruk di atas ranjangnya, diiringi matanya yang mulai melemah, seolah tak memiliki daya untuk tetap terjaga.
Saat ini, yang bisa Siska lakukan hanya menunggu waktu sampai saat kematiannya tiba. Merasa sudah sangat pasrah, dengan apa yang akan terjadi pada dirinya nanti.
"Ibuuuuu ... Ayah ... " Lemas dan hampir kehilangan kesadarannya, masih mampu bergumam meski itu sangat lirih dan pelan. Sampai saat ada suara ketukan pintu menggema, menandakan ada seseorang yang datang.
"Siska....! Sissss," panggil seseorang itu, yang tidak bisa ia dengar jelas suaranya, karena kesadarannya hampir sepenuhnya menghilang.
@@
Gatot terbangun sekitar pukul lima pagi, tubuhnya kedinginan karena tertidur dilantai marmer tanpa pakaian.
Gatot perlahan memakai pakaian nya lalu meninggalkan ruangan nya tanpa menoleh lagi.
Sampai rumah dinasnya, ia melihat Sinta Istri nya masih terlelap dibalik selimut.
Gatot lalu membuka pakaiannya dan sedikit terkejut melihat bercak darah di kolor dan bagian kelaminnya.
" Emh sepertinya wanita yang tadi malam dengan ku masih perawan, " gumannya. Lalu menyalakan shower air hangat membersihkan tubuhnya.
Gatot yang terbiasa icip-icip dengan wanita pekerja yang magang di kantornya yang dengan senang hati saat di belai nya yang tentu saja dengan tip dollar yang ia berikan.
Tapi Gatot tidak menyangka kalau wanita nya kali ini masih perawan malah ia sendiri tidak ingat wajah wanita yang ia tiduri malam itu.
Setelah mandi Gatot memakai baju rumah lalu naik ke atas ranjang dan memeluk istrinya seolah tidak ada yang terjadi sebelumnya.
" Mas... Pulang jam berapa tadi...?" Tanya Sinta.
" Subuh...! Ada Maid datang ...!" Jawab Gatot sambil memejamkan matanya.
Sinta lalu turun dari ranjang.
" Sudah jam tujuh Mas....!" Gatot hanya berdehem tapi tetap memejamkan matanya.
@
Pagi itu diruangan nya Dinda dan Dewi saling bertanya kenapa Siska belum datang dn handphonenya tidak active.
" Mbak, ini ada lagi lima belas orang datang dari Jakarta. Kok enak banget Pak Gatot minta kita urus penjemputan. Mereka yang datang ini datang VOA ( visa on arrival)lho, ini udah balik ke jamannya Pak Toto, kita sudah seperti kacungnya saja.!" Keluh Dewi.
" Anak konsuler juga udah ngeluh mbak, mereka juga pakai rumah singgah untuk transit sebelum mereka dibawa ke Damaskus." Lapor Jumali.
" Mau bagaimana lagi...? Kalau kita ga urus mereka, imigrasi yang hubungi kita. Terus mereka deportasi padahal mereka sangat ingin bekerja. Sekarang kita pastikan saja mereka mendapatkan majikan yang baik dan kita bekali mereka dengan pengetahuan bagaimana kerja yang aman...!" Jawab Dinda.
Karena serba salah, kalau pun dipulangkan tetap saja yang dirugika calon tenaga kerjanya. Tapi didiamkan juga ke enakan pengusaha yang mengirim Tenga kerja un prosedur.
" Apa Siska langsung ke penjara ya...? Kita lapor dulu ke Pak Gatot saja dulu untuk kedatangan Maid Al Wafa, kita tegaskan kalau ini salah dan ini sifatnya hanya membantu saja. Kita tegaskan bahwa seharusnya kita mencegah penjualan orang bukan membantu memudahkan bahkan meloloskannya." Ujar Dinda.
Lalu merekapun bertiga berjalan menuju ruangan Gatot.
Sementara Gatot didalam ruangan nya sedang berbicara dengan Zulfikar.
" Tadi malam siapa yang mengantarkan makanan dan minuman untukku...?" Tanya Gatot pada assisten nya.
" Sepertinya anak singgah pak..? Kenapa pak..? Apa makanannya tidak enak ..?" Tanya Zulfikar.
" Aku malah ga ingat makan apa Zul..!apa anak singgah ada yang masih gadis...?" Tanya Gatot dan pertanyaan itu sudah tidak aneh untuk Zulfikar yang sudah ikut Dengan Gatot bertahun tahun.
" Sepertinya banyak pak, apalagi yang baru datang,kinclong kinclong." Jawab Zulfikar sambil tersenyum.
" Tok tok tok...!"
" Iya masuk...!" Ucap Gatot.
Zulfikar lalu berdiri saat Dinda,Dewi dan Jumali masuk.
" Silahkan duduk ...!" Zulfikar mempersilahkan ketiga orang itu duduk di sofa kulit berwarna hitam di depan meja kerja Gatot yang berukuran biro besar dengan bahan kayu jati dan ukiran Jepara.
Dinda lalu duduk, Gatot melirik ke arah Dinda.
Lalu berdiri.
" Piye piye ..! Kloter pertama Maid nya mbak Agnes sudah datang ya ..?" Tanya Gatot sambil tersenyum lalu berjalan memutar dari mejanya dan duduk di depan ketiga staff nya.
Namun saat Gatot akan duduk kakinya menendang sesuatu, Dinda dan Dewi melihat benda apa yang membuat Gatot hampir jatuh barusan
Kening Dinda berkerut, ia meras tidak asing dengan high heels yang berada di kolong meja Sang Diplomat.
Di balik pintu itu, Dinda dan Dewi mengetuk pintu, setelah memencet bell tidak ada respon.
Dinda menelpon Siska berulang Kali namun handphonenya tidak active.
" mobilnya ada kan...? Malah map nya ada didalam mobil. Apa dia dikamar mandi..? Ini sudah jam 11 lho,..? Ga biasanya Siska gini...!" Ujar Dinda khawatir.
" Sebentar sepertinya aku masih menyimpan kunci apartemen ini...!" Ujar Dewi yang memang sebelumnya ia tinggal dengan Siska sebelum ia menempati apartemen sendiri.
Karena tidak menemukan kuncinya akhirnya Dinda minta Jumali datang, Dinda semakin curiga dan khawatir saat melihat dari luar kamar Siska lampu nyala.
" Aku kok ga enak hati ya..! Sudah dobrak aja...!" Ujar Dinda pada Jumali yang baru datang.
Akhirnya dengan beberapa kali dorongan oleh Jumali Dewi dan Dinda pintu apartemen bisa terbuka.
"Siskaaaa," panggil Dinda berjalan cepat kedalam.
Ketiganya langsung menuju kamar Siska, dan lagi lagi mereka mendapati pintu kamar yang terkunci.
Kecurigaan ketiganya semakin kuat kalau terjadi sesuatu dengan Siska.
Dengan dua kali hentakan, Jumali bisa mendobrak pintu kamar Siska.
Ketiganya berteriak bersamaan saat
menemukan Siska yang tak sadarkan diri dengan darah menggenang dilantai.
"Siskaaaaa?" Ketiganya tidak bisa berkata-kata lagi , kala tatapannya jatuh pada lengan kiri Siska yang sudah cukup banyak mengeluarkan darah.
"Siska apa yang kamu lakukan?!" Dinda mengumpat marah, dengan segera Jumali mengangkat tubuh Siska dan membawanya ke rumah sakit.
***
