Pustaka
Bahasa Indonesia

Setelah Kamu Menghianatiku

112.0K · Tamat
Nestiana
100
Bab
63
View
9.0
Rating

Ringkasan

Haruskah aku mengatakan pada putraku kalau pria itu ayahnya..? Pria yang sepuluh tahun memperkosaku sampai hamil. Haruskah aku mengatakan nya pada putraku kalau Ia mempunyai kakak satu ayah...? Haruskah aku mengatakan pada anakku kalau ayahnya seorang penjahat kelamin dan koruptor?

RomansaLawyerLove after MarriageOne-night StandPengkhianatanLicikWanita CantikBaperPernikahanBalas Dendam

Part 1. Malam Menakutkan Untuk Siska

Malam itu Siska yang lembur dikantornya akhirnya bisa menyelesaikan semua dokumen pemulangan tenaga kerja untuk besok.

"Lebih baik aku bawa saja semuanya, besok bisa langsung ke pengadilan.." Siska berguman sendiri.

Dalam keheningan ruang kantor, Siska berjalan menelusuri koridor meninggalkan suara high heels nya, tanpa ada rasa takut sedikit pun di hatinya. Langkahnya tetap nyaman berjalan, meski rasanya ia cukup kesusahan membawa tumpukan map, sedangkan tas Selempangnya terus saja melorot, meski beberapa kali Ia benahi.

Di kegelapan ruangannya, Gatot baru tersadar dari tidurnya sembari menyentuh keningnya yang terasa berdenyut kian sakit, kala tubuhnya ia bangunkan setengahnya. Membuat nya mengerang lirih, merasakan kepalanya yang begitu berat seolah ada batu di atasnya.

"Argh ...." erang Gatot kesakitan, dengan sesekali memijit keningnya, berharap bisa mengurangi rasa sakitnya. Efek minuman keras yang dikonsumsinya benar-benar membuat Gatot hilang kendali atas tubuhnya yang serasa melayang, dengan pandangannya yang seolah tengah bergoyang tak tentu arah.

Sampai saat telinganya mendengar suara sepatu beradu dengan lantai, Gatot berusaha menggapai pintu dan berhasil membukanya,

Lampu lorong yang masih terang membuat Gatot memicingkan matanya karena silau,untuk menatap siapa orang yang sedang berjalan hampir mendekati ruangannya. Meski usahanya berakhir nihil, karena pandangan matanya masih serasa bergoyang tanpa bisa menfokuskan ke satu arah. Namun dengan perlahan, Gatot berusaha menggapai sesosok itu untuk berniat meminta tolong padanya, agar mau mengantarkannya pulang, karena rasanya Gatot sudah tidak kuat bila harus pulang sendiri.

Namun sebelum Gatot sempat mengatakan maksudnya, tubuhnya justru terjatuh dan menarik Siska jatuh masuk setengah badannya kedalam ruangan Gatot.

Membuat teriakan kekagetan keluar dari bibir Siska.

"Pak Gatot? Bapak kenapa masih ada di sini?" Suara kekagetan dari perempuan itu kembali terdengar, membuat ke dua alis Gatot menyatu di tengah ketidak sadarannya.

"Kamu siapa?"

"Saya Siska, Pak."

"Siska.. tolong antar aku pulang atau ." gumam Gatot pelan, diiringi senyum penuh arti ke arah Siska yang mungkin sedang ketakutan melihat kehadirannya yang tiba-tiba.

Sedangkan Siska dengan mendekap tumpukan map, merasa ketakutan dengan situasinya saat ini. Tubuhnya bergetar, merasa ingin segera kabur dari tempat itu.

"Tolong saya!" Ucap Gatot sambil mengudarakan tangannya ke arah Siska, seolah ingin meminta tolong pada wanita itu.

"To ... tolong apa, Pak? Saya ingin pulang." Siska menjawab ketakutan, sedangkan saat ini tubuh Gatot menutupi jalannya untuk keluar dari ruangan dan pintu setengah terbuka.

.

"Saya akan membiarkan kamu pergi, bila kamu sudah memuaskan saya." Gatot kian mendekat, yang lagi-lagi membuat Siska menggeleng ketakutan. Sampai saat indera penciumannya mencium bau alkohol, membuat Siska berpikir bila Gatot Erlangga tengah mabuk.

"Bapak pasti sedang mabuk dan Bapak pasti tidak sadar dengan apa yang Bapak lakukan saat ini. Jadi hentikan langkah kaki Bapak, atau Bapak akan menyesali ini semua." Entah apa yang harus Siska ucapkan lagi, karena wanita itu begitu ketakutan meski langkah kakinya terus saja berjalan mundur untuk menghindari Gatot yang terus saja mendekatinya.

"Saya hanya sedang ingin menyentuhmu."

"Jangan Pak. Tolong, jangan!" Siska kian menangis mendengar ucapan Gatot, membuatnya mau tak mau harus berlari dan keluar dari ruangan itu secepatnya.

Sebelah tangannya mencoba merogoh handphone dari dalam tas selempang nya.

Namun, sebelum rencananya itu terjadi, Dan saat itulah salah satu map nya terjatuh. Siska yang terkejut reflek jongkok untuk mengambil map nya, disaat itulah Gatot menangkap tubuh Siska dan memeluknya begitu erat, hingga Siska merasa kesusahan untuk kabur dari rengkuhannya.

"Pak, saya mohon. Biarkan saya pergi," suara Siska memelas sembari berusaha melepaskan diri dari ke dua lengan kekar Gatot.

"Setelah aku memasukimu," bisik Gatot, semakin membuat Siska ketakutan.

Sekuat tenaga Siska berusaha menendangnya, bukan mengenai sasaran malah sepatu high heels nya terlepas dari kakinya.

"Jangan, Pak!" Siska menggeleng kuat tanpa bisa keluar dari rengkuhan Gatot, dua tangannya begitu pelan meremas bahu Siska.

Siska semakin ketakutan dengan masih berusaha melarikan diri, meski hasilnya selalu gagal karena Gatot begitu kuat.

"TOLOOOOOONG! TOLONG SAYA....!" Siska berteriak-teriak sekuat yang Ia bisa.

"TOLOOOOONG!" Siska terus saja berteriak dengan kalimat yang sama, terdengar rintihan kelelahan dari suaranya yang turut berusaha melarikan diri, yang justru membuat Gatot tersenyum sinis melihat perlawanan sia-sia yang dilakukan Siska.

Kelakuan Gatot kian menggila, dengan membuka paksa kemeja yang dipakai Siska tanpa menghentikan cumbuan pada wanita itu.

Sampai saat Gatot menindih tubuh Siska di lantai, tanpa mau mengendurkan pertahanannya meski hanya dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya Gatot gunakan untuk membuka baju dan celananya.

"TOLONG," teriak Siska lagi sambil memukul kepala Gatot cukup keras dengan tas selempang nya,membuat Gatot bertambah geram.

"Diam!"

Namun semua teriakan dan perlawanan hanya menghabiskan tenaga saja, karena Gator begitu gencar mencumbu setiap lekuk tubuh dan wajahnya, meski Siska masih menghindarkan wajahnya tak tentu arah, asal tidak menjadi naungan bibir Gatot yang kian liar dan bringas.

Sampai saat Siska merasa kesakitan yang luar biasa.

"Argh ... sakiiiiiiiit." Siska berteriak dengan tangisan yang membuatnya bertambah lemas, rasa perih dan rasa sakit yang luar biasa hebat menyerang . , Tidak ada rasa nikmat, seperti apa yang orang katakan kala bercinta dengan pasangan mereka masing-masing, karena yang di rasakan hanya kesakitan dan kesakitan.

Dan semua itu harus Siska tahan selama lebih lima menit lamanya, sampai Gatot puas melampiaskan nafsu binatangnya.

"Akh," desah kelegaan keluar dari bibir Gatot, setelah tubuhnya mendapatkan pelepasannya.

Lalu membaringkan tubuhnya tepat di samping tubuh Siska, yang saat ini hanya bisa menangis merasakan kesedihan akan kesuciannya yang sudah terenggut paksa oleh lelaki yang bukan Suaminya.

"Kamu nikmat sekali sayang ," ujar Gatot setelah tubuhnya sudah terbaring sempurna di atas tubuh Siska sampai saat rasa kantuk menyerangnya untuk kembali terlelap.

Di keheningan malam, Siska berjalan pelan sembari menahan rasa sakit yang kian menjalar pada ke dua kakinya. Ia berjalan tanpa sepatu nya,sambil memeluk tumpukkan Map, kini Ia merasakan bagaimana rasanya teraniaya. Selama ini ia hanya membela para wanita tanpa mengalami nya langsung.

Siska melewati pintu staff konsuler dan langsung masuk kedalam mobilnya.

Dari dalam mobilnya ia menoleh ke gedung lantai dua, sekeras apapun ia berteriak tidak akan ada yang mendengar. Pos sekuriti di depan pintu utama.

Dengan hati yang hancur Siska mengemudikan mobilnya sepanjang jalan Al Madinah Munawwarah menuju apartemennya.

Sampai apartemennya Siska turun dari mobil hanya membawa tas selempang nya, meninggal kan tumpukan map di jok depan disamping kemudi.

Perlahan ia menaiki tangga menuju lantai dua,nyeri masih ia rasakan.

Perlahan membuka kunci pintu apartemen nya.

Lalu berjalan cepat ke kamar mandi sambil melepaskan semua pakaiannya lalu menyalakan shower membersihkan tubuhnya dengan jijik.

Entah berapa lama ia menghabiskan waktu dikamar mandi, lalu Siska keluar dengan kimono berbahan handuk. Lalu berjalan menuju kotak obat,dan mengambil beberapa tablet obat tidur dn langsung meminumnya.

Ia hanya ingin tidur berharap semuanya hanya mimpi buruk.