
Ringkasan
Selir Kesayangan Kaisar Wang Wen Yuerong, si Selir Kesayangan Kaisar Wang, hidup di tengah intrik Istana Kemegahan Abadi yang seindah namun sekejam bunga aprikot. Yuerong, yang berasal dari latar belakang misterius di perbatasan Utara, bukanlah sekadar wanita cantik. Ia adalah mata dan telinga rahasia Kaisar, memiliki pemahaman mendalam tentang strategi militer dan ekonomi yang melampaui para menteri. Di hadapan Selir-Selir ambisius seperti Selir Agung Qin dan persaingan berdarah dingin (seperti insiden Bubuk Datura), Yuerong selalu unggul, memanfaatkan kecerdasannya sebagai pedang yang tersembunyi. Keintiman Yuerong dan Kaisar Wang tercipta di antara gulungan peta dan rahasia politik, membuat mereka menjadi sekutu yang tak terpisahkan.
Aroma Aprikot yang Membawa Petaka
Istana Kemegahan Abadi di jantung Kota Terlarang adalah simfoni visual. Hari itu, angin musim semi berhembus membawa aroma manis bunga aprikot yang bermekaran di setiap sudut taman kekaisaran. Langit biru jernih memantul pada genteng berlapis emas Kuil Harmoni Tertinggi, menciptakan pemandangan yang tampak damai dan abadi.
Namun, di balik tembok-tembok ukiran naga dan jendela lattice yang halus, tidak ada yang abadi kecuali intrik.
Di tengah keindahan yang memabukkan itu, sekelompok gadis pelayan sedang berlutut, wajah mereka pucat pasi. Di hadapan mereka, berdiri sepasang sepatu sulaman sutra emas. Sepatu itu milik Nyonya Mu, Selir Tingkat Keempat, yang baru dipromosikan dua bulan lalu berkat bakatnya memainkan guzheng.
“Siapa di antara kalian yang menyentuh teh Bunga Krisan milikku?” Suara Nyonya Mu lembut, nyaris seperti desahan, namun mengandung baja dingin yang mampu membekukan darah di pembuluh nadi.
Para pelayan gemetar. Teh Bunga Krisan adalah favorit Nyonya Mu. Dan pagi itu, teh itu terasa pahit, hampir beracun. Bukan karena kesalahan brewing, tapi karena ada yang menambah bubuk akar datura yang bisa menyebabkan halusinasi ringan—cukup untuk merusak penampilan di hadapan Kaisar.
Tidak ada yang mengaku.
“Baiklah,” kata Nyonya Mu, senyum tipis terukir di bibirnya yang dihiasi pemerah bibir merah terang. “Sepertinya kalian semua bersalah.”
Ia menoleh ke arah pengawalnya. “Panggilkan Kepala Tabib istana. Minta dia untuk menyiapkan semua ramuan penawar racun. Dan siapkan juga papan cambuk. Siapa pun yang mengakui kesalahannya, akan kuampuni. Siapa pun yang berbohong…”
Di Istana ini, setiap kesalahan kecil adalah fatal. Nyonya Mu, yang baru saja mencicipi manisnya kekuasaan, tidak akan membiarkan dirinya tersandung hanya karena secangkir teh.
*** Keheningan Surgawi, sebuah sudut terpencil yang jarang dilalui para selir—seorang wanita duduk sendirian di bawah pohon sakura yang gugur. Ia mengenakan Hanfu berwarna kuning pucat, warna yang identik dengan peringkat tinggi, namun sederhana, tanpa perhiasan berlebihan. Hanya jepit rambut giok putih yang menahan sanggulnya yang tinggi.
Namanya adalah Wen Yuerong.
Di Istana, ia dikenal dengan gelar resminya: Selir Kesayangan.
Gelar itu bukan hanya isapan jempol. Kaisar Wang, penguasa kekaisaran yang terkenal dingin dan strategis, telah memberikan segalanya pada Yuerong, mulai dari istana pribadi yang mewah hingga otoritas yang mengungguli Selir-Selir Tingkat Atas lainnya.
Namun, saat ini, Yuerong tidak terlihat seperti wanita yang memegang hati Kaisar. Ia sedang memegang sebuah buku tua, isinya bukan puisi romantis, melainkan peta kuno wilayah perbatasan Utara. Wajahnya serius, matanya yang besar dan indah dipenuhi perhitungan yang tajam.
“Nona,” bisik Pelayan Setia-nya, Linhua. “Nyonya Mu sedang membuat keributan. Mereka bilang ada yang mencoba meracuninya.”
Yuerong menutup bukunya perlahan. Angin membawa kelopak sakura, mendarat di bahu kuningnya. Ia tidak menunjukkan ekspresi terkejut sedikit pun.
“Pola lama,” komentarnya, suaranya halus seperti sutra. “Racun di makanan, rumor di telinga Kaisar. Hanya itu yang mereka tahu.”
“Tapi, Nona,” ujar Linhua dengan nada khawatir. “Nyonya Mu sekarang berada di bawah dukungan Menteri Zhou. Jika Kaisar menemukan bukti konspirasi di sekitar tehnya…”
Yuerong akhirnya mendongak, pandangannya lurus ke depan.
“Menteri Zhou terlalu gegabah,” katanya. “Dia pikir, dengan mempromosikan Nyonya Mu, dia bisa mengalihkan perhatian Kaisar dari penyelidikan perbendaharaan militer. Dia salah.”
Ia berdiri, siluetnya anggun dan tinggi. Aura kekuasaannya langsung terasa, mengalahkan kelembutan bunga sakura di sekitarnya.
“Pergi ke tempat Nyonya Mu. Kirimkan kotak perhiasan giok yang baru saja diberikan Kaisar kepadaku. Katakan padanya aku ikut berduka atas kekejaman di Istana, dan semoga ia tenang. Dan satu hal lagi, Linhua…”
Yuerong membungkuk sedikit, suaranya turun menjadi bisikan yang hanya bisa didengar Linhua.
“Bisikkan pada Kepala Tabib: Bubuk Datura itu bukan dari Istana Utara, tapi dari gudang persediaan militer milik Klan Zhou.”
Linhua terkesiap. “Nona… itu berarti…”
“Ya,” potong Yuerong, senyumnya kini benar-benar berbahaya. “Mereka tidak meracuni Nyonya Mu. Mereka menuduhku meracuni Nyonya Mu. Dan kini, kita akan membalikkan tuduhan itu ke orang yang benar-benar bermain kotor.”
Ujian Pertama: Perangkap di Balik Keindahan
Saat Linhua bergegas melaksanakan perintah, Yuerong berjalan menuju Aula Phoenix. Aula itu adalah tempat pertemuan para Selir setiap sore untuk sekadar minum teh dan, yang paling utama, saling mengamati kelemahan masing-masing.
Ketika ia melangkah masuk, keheningan langsung menyelimuti ruangan. Semua mata tertuju padanya. Selir-Selir, yang mengenakan pakaian paling mewah, memandangnya dengan campuran kekaguman dan kecemburuan yang membara.
Mereka cemburu bukan hanya karena kecantikannya, tetapi karena asal-usulnya yang misterius. Wen Yuerong datang ke Istana bukan dari Klan bangsawan terpandang. Ia datang dari wilayah perbatasan, diangkat langsung oleh Kaisar setelah kunjungan militer rahasia setahun lalu. Sejak saat itu, ia menanjak tak terbendung.
“Selamat datang, Selir Kesayangan,” sapa Selir Agung Qin, wanita paling senior di ruangan itu, dengan nada yang dihiasi sindiran manis. “Kami dengar Istana Anda terlalu sepi. Apakah Anda bosan dengan anugerah Kaisar, sampai-sampai Anda sibuk dengan peta-peta yang tidak berguna?”
Semua Selir tertawa kecil, menikmati momen ketika mereka bisa secara tidak langsung menyerang Yuerong.
Yuerong mengambil tempat duduknya di posisi tertinggi (yang secara implisit diberikan Kaisar untuknya, menimbulkan kebencian Selir Agung Qin). Ia menuang teh untuk dirinya sendiri, gerakannya lambat dan elegan.
“Istana saya memang sepi, Selir Agung Qin,” jawab Yuerong, matanya menatap Selir Agung Qin tanpa gentar. “Karena saya tidak perlu menjebak orang lain dengan ramuan pahit untuk mendapatkan perhatian. Dan mengenai peta…”
Ia menyesap tehnya.
“Kaisar Wang adalah Tianzi (Putra Langit) yang memikul beban Empat Penjuru Negeri. Beliau tidak tertarik pada wanita yang hanya bisa merengek tentang kosmetik atau perhiasan. Beliau tertarik pada wanita yang bisa memahami apa yang ada di balik batas-batas Istana ini. Apakah Anda tidak setuju, Selir Agung Qin?”
Jeda. Seluruh ruangan menahan napas. Ini bukan hanya pertengkaran wanita. Ini adalah perebutan posisi dan kekuatan.
Selir Agung Qin hendak membalas, namun tiba-tiba pintu Aula terbuka dengan keras. Seorang Kasim pribadi Kaisar bergegas masuk, wajahnya tegang.
“Selir Kesayangan!” serunya. “Kaisar memanggil Anda. Sekarang! Ada berita mendesak dari perbatasan Utara. Dan… Tabib Agung menemukan fakta mengejutkan tentang racun Nyonya Mu. Anda harus segera menghadap!”
Semua mata kembali tertuju pada Wen Yuerong, kini bukan hanya dengan kecemburuan, tetapi dengan ketakutan. Mereka bertanya-tanya: Siapakah wanita ini sebenarnya? Apakah ia hanya selir? Atau mata-mata Kaisar yang menari-nari di tengah konspirasi, memanfaatkan keindahan Istana sebagai perisai?
Wen Yuerong tersenyum tipis. Ia meletakkan cangkir tehnya, bangkit tanpa terburu-buru. Aroma aprikot di luar jendela seolah memperkuat auranya.
“Permisi, Nyonya-Nyonya,” katanya, suaranya kini kembali tenang, namun penuh janji.
“Tampaknya, tugas seorang Selir Kesayangan bukan hanya untuk melayani Kaisar di kamar tidur, tapi juga untuk melindunginya di medan perang.”
Lalu, tanpa menoleh lagi, ia meninggalkan keindahan yang rapuh itu, menuju pertemuan dengan kekuasaan sejati yang bisa menyelamatkan atau menghancurkan seluruh kekaisaran.
Mengapa Yuerong tidak takut dituduh meracuni, malah membalikkan tuduhan itu? Apa hubungan sebenarnya antara Yuerong, peta perbatasan, dan Kaisar Wang? Dan siapakah dalang di balik bubuk datura yang ingin menjatuhkan Selir Kesayangan?
