Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

Suara sopir taksi yang mengingatkan Marvel kalau dia sudah sampai di tujuan memotong keheningan canggung di antara kami.

Aku tetap terdiam.

Marvel pikir aku sudah memutus telepon, dia bahkan tidak melihat layar ponsel dan buru-buru menyimpannya ke dalam saku.

Aku rasa aku seharusnya menutup telepon.

Namun mungkin demam tinggi membuat reaksiku melambat, jadi aku masih meletakkan ponsel di telingaku dan mempertahankan posisi itu dalam waktu lama.

Aku mendengar suaranya yang buru-buru berbicara dengan orang lain.

"Maaf, tolong beri jalan."

Aku mendengar suara keluhannya saat pintu lift berbunyi dan terbuka.

"Kenapa begitu lambat ...."

Kemudian suara kamar pasien tiba-tiba terbuka dari luar.

"Keiko, aku datang."

Hingga saat ini, hatinya yang mengkhawatirkan Keiko akhirnya bisa tenang.

Dia tampak begitu gelisah tentang semuanya.

Itu juga membuatku tampak sangat konyol.

Serta menunjukkan betapa pentingnya Keiko baginya.

Aku tersenyum sinis.

Senang karena akhirnya aku bisa melihat wajah aslinya.

Pada saat itu juga aku mulai mati rasa padanya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel