Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

2

Suara ponsel entah milik siapa membuat kelopak mata itu terbuka. "Damn it! Siapa yang mengganggu tidurku!" Crysta mencari benda yang merupakan sumber mengganggu tidurnya.

"Ya, halo?!"

"Siapkan dirimu. Aku akan datang 15 menit lagi."

Crysta menjauhkan ponsel dari telinganya dan melihat siapa si pemanggil, "Fuck! si angkuh!" Umpatnya pelan. Saat ia hendak mendekatkan ponsel itu kembali ke telinganya sambungan sudah terputus membuatnya memaki lagi.

Dengan malas ia bangkit dari ranjangnya. Kenapa pria yang tadi pagi marah-marah padanya tiba-tiba datang ingin menjemputnya. Tidak mungkin karena rasa bersalah. Dari yang Crysta lihat, Alardo adalah tipe manusia dingin tanpa perasaan, kejam tapi tampan. Hell! Kenapa dia jadi memuji Alardo.

Meraih handuk mandi, Crysta masuk ke kamar mandi. Menarik tirai putih untuk menutupi keseluruhan ruang kamar mandi agar tak ada yang melihat, ya meskipun tak ada orang yang bisa melihat karena tak ada satupun orang disana.

Menyalakan shower air hangat, Crysta membasahi tubuhnya. Ia hanya punya waktu 15 menit jadi ia membersihkan tubuhnya secdepat mungkin.

"Seleranya bagus juga. Aroma Lily adalah arom akesukaanku." Crysta menggosokan cabun cair ke seluruh tubuhnya. Setelahnya ia membilas tubuhnya dan mengenakan handuk.

Tangannya membuka salah satu dari 4 lemari pakaian yang ada di ruangan itu.

"Hell, dia hidup di jaman apa? Kenapa pakaiannya seperti wanita paruh baya di sebuah desa terpencil?" Crysta menggelengkan kepalanya, bagaimana mungkin ada wanita berusia 22 tahun memiliki pakaian untuk wanita berusia 50 tahunan dari kaum pemetik anggur di kebun. Jenis apa sebenarnya Kireina ini? Crysta benar-benar tak mengerti.

Crysta membuka lemari satu lagi dan ternyata isinya sama. Pakaian manusia jaman dahulu. Akhirnya ia mengambil salah satu pakaian yang terbaik dari yang ada disana, Crysta mengenakan itu. Merasa kurang puas, ia mengambil gunting dan menggunting gaun itu hingga 15 centi meter di atas paha. "Nah, ini baru disebut baju layak pakai." Ia tersenyum puas dengan pakaiannya.

Membuka lemari satu lagi, ia melihat deretan sepatu yang masih mengecewakannya. Bagaimana mungkin hanya ada flat shoes dan sepatu cats tanpa high heels yang bisa mempercantik kaki jenjangnya? Entahlah, Crysta tak punya ide untuk ini. Pada akhirnya dia mengambil sebuah flat shoes berwarna merah. Dibandingkan putih, Crysta lebih suka merah. Merah adalah dirinya, bersemangat dan indah.

Lemari lainnya ia buka, beberapa tas terlihat disana. "Tak peduli sebesar apapun lemarimu yang paling penting adalah isinya. Nah, tas jenis apa semua ini?" Lagi-lagi ia tak puas dengan tas-tas milik Kireina. Akhirnya ia tak menggunakan tas. "Besok aku akan memuseumkan semua barang-barang ini. Astaga, kuno sekali Kireina ini." Ia menutup kembali lemari itu.

Selesai dengan pakaiannya, ia melangkah menuju ke meja rias. Lagi-lagi dia terperanga, bukan hanya tak punya pakaian menarik Kireina juga tak punya alat make up yang bisa memperjelas kecantikannya.

Lelah mengomel akhirnya Crysta hanya menghela nafasnya, ia menggunakan make up yang ada. Menyapu wajahnya dengan bedak tipis lalu mengolesi bibirnya dengan lip balm. Hell, benar-benar simple sekali dandanannya ini. Tak pernah dalam sejarah seorang Crystabel berpenampilan seperti ini.

Puas tidak puas akhirnya Crysta keluar dari ruangan itu, ia meraih ponselnya dan turun dari lantai dua. Crysta adalah orang yang sangat tepat waktu. Dia selesai kurang dari 15 menit dan sekarang dia menunggu Alardo.

Ting. Tong.. bel berdering, Crysta segera keluar dari rumahnya.

"Hy." Crysta tersenyum pada Alardo yang berdiri menatapnya datar. Tak terpesona sama sekali.

"Tak usah membuang waktu dengan basa-basi tak penting. Masuk ke dalam mobil." Alardo membalik tubuhnya dan masuk ke dalam mobil.

"Fuck you!" Crysta mengangkat jari tengahnya. Apa yang dia lakukan tak terlihat sama sekali oleh Alardo karena pria itu membelakanginya.

Crysta melangkah dan masuk ke dalam mobil Alardo. Seperti mobil itu miliknya sendiri, ia menyalakan musik.

Alardo memiringkan wajahnya, "Jangan lancang menyentuh barangku!"

"Come on, jangan terlalu kaku. Kita ini tunangan. Bagaimana mungkin kau pelit sekali menyalakan lagu saja tidak boleh." Crysta yang ini jauh berbeda dengan Crysta yang dulu. Biasanya Crysta tak banyak bicara, ia bahkan sangat-sangat jarang bicara dengan Alardo. Tapi yang terjadi sekarang tak dirasa aneh oleh Alardo, bukan, sejujurnya dia tidak pernah peduli pada Crysta.

Untuk kali ini saja Alardo membiarkan Crysta menyentuh miliknya. Malam ini adalah malam terakhir hubungan tak pernah diinginkan olehnya .

Mobil Alardo sampai di depan sebuah mansion mewah. Crysta tak punya inisiatif untuk menebak. Dia hanya turun dari mobil dan melangkah mengikuti Alardo. Masuk ke dalam rumah mewah itu, melewati beberapa ruangan dan menyusuri koridor panjang mereka sampai di sebuah ruangan makan mewah. Di meja teresbut telah diisi oleh sepasang paruh baya yang diyakini Crysta adalah orangtua Alardo karena dia tadi sempat melihat foto keluarga itu diinding yang dia lewati.

"Selamat malam, Paman, Bibi." Crysta menyapa orangtua Alardo. Sapaan ini dirasa masuk akal oleh Crysta dan ia pikir ini sudah sangat sopan. Dia tak akan mungkin menghancurkan citra baik seorang Kireina Crystabel di depan calon mertuanya sendiri.

"Selamat malam kembali, Sayang." Ibu Alardo – Louisa, membalas sapaan Crysta. "Ayo, silahkan duduk."

Crystabel tersenyum lalu duduk di depan tempat duduk Louisa.

"Aku langsung saja. Aku mengajak dia kemari untuk membatalkan pertunangan di antara aku dan dia. Aku sudah tidak mau lagi terlibat hubungan dengannya."

Crysta diam sejenak. Hell, apa baru saja dia dicampakan lagi, dan masih dengan pria yang sama? Oh, Alardo, kau telah membuat seorang Crysta benar-benar terlihat hina.

"Alardo, apa yang kau katakan? Satu tahu n lagi kalian akan menikah!" Ayah Alardo, Deviant terkejut dengan apa yang Alardo katakan.

"Pertunangan ini saja tidak aku inginkan apalagi menikah dengannya. Tidak, aku tidak ingin menikah dengannya."

"Alardo, tolong jangan seperti ini, Sayang. Mom dan Daddy sudah berjanji pada orangtua Crysta untuk menikahkan kalian." Louisa memohon pada anak semata wayangnya.

"Itu janji kalian. Bagaimana bisa kalian memikirkan janji kalian tanpa memikirkan kebahagiaanku.

Aku.tidak.mau.meneruskan.pertunangan.ini! Aku pikir itu sudah sangat jelas." Alardo selama ini bertahan hanya karena ia pikir Crystabel tidak akan mengganggunya sama sekali tapi kemarin, ia benar-benar merasa terganggu oleh Crysta yang mencoba bunuh diri. Orangtuanya menyalahkan dirinya karena tidak pernah memperhatikan Crystabel. Bagaimana mungkin mau diperhatikan jika dia saja tidak mencintai wanita yang keberadaannya tak pernah terlihat oleh matanya.

"ALARDO!" Kini Deviant berteriak.

"Uhm,,, Paman, Bibi," Crysta buka suara, suasana sudah tidak mengenakan baginya. "Sejujurnya Crysta juga tidak menginginkan pertunangan ini. Crysta setuju dengan keputusan Alardo. Kami tidak bisa bersama, Crysta tidak mencintai Alardo."

Alardo mendengus, tidak cinta? Yang benar saja? Waktu itu Crysta mengatakan betapa dia mencintanya. Crysta bahkan mengatakan tak apa Alardo punya kekasih asalkan masih tetap bersamanya. Ia tak akan mengusik hubungan Alardo sama sekali agar Alardo tidak memutuskan pertunangan mereka. Intinya, saat ini Alardo merasa Crysta membual. Nyatanya Crysta tergila-gila padanya.

"Kau pasti sudah mengancam Crysta sebelum kau ajak kesini!" Deviant menuduh Alardo. Selama ini Crysta tak mengatakan apapun tentang pertunangan ini dan tak ada keberatan sama sekali. Ia yakin jika anaknya yang sudah mengancam Crysta.

"Tidak, Paman. Ini murni keinginanku. Aku tidak bisa melanjutkan pertunangan dengannya. Aku ingin pertunangan ini berakhir disini." Crysta benar-benar serius dengan kata-katanya. Dia akan membatalkan pertunangan dengan Allardo.

"Sudah dengar sendiri, kan? Aku dan dia sepakat untuk memutuskan pertunangan. Mulai detik ini aku dan dia tidak punya hubungan apapun."

Crysta menatap Alardo sekilas, benar, mereka tak punya hubungan apapun dari detik ini tapi Crysta akan membuat sebuah hubungan lain terjalin di antara dirinya dan Alardo.

"Lanjutkan makan malam kalian, aku ada pekerjaan." Alardo bangkit dari tempat duduknya dan pergi begitu saja.

"Paman, Bibi, sepertinya aku juga harus pergi. Terimakasih untuk makan malamnya." Crysta bangkit dari tempat duduknya dan menyusul Alardo.

"Tunggu." Dia menghentikan Alardo. "Ada yang harus aku kembalikan padamu." Crysta melepaskan cincin yang sejak ia terjaga ada di jari manisnya.

"Aku tidak membutuhkan itu. Kau buang saja."

"Kau akan membutuhkannya suatu hari nanti. Cincin ini, jaga baik-baik, aku akan membuatmu berlutut di kakiku dan memasangkan cincin ini padaku lagi."

Alardo tertawa dingin karena kata-kata penuh percaya diri Crysta, "Kau bermimpi." Ejeknya.

Crysta tersenyum, ia menganggap ejekan itu adalah tantangan baginya. "Tunggu dan lihat saja. Aku akan membuatmu setengah mati mencintaiku. Aku akan membuatmu hanya memikirkan aku seorang ."

"Sudah aku duga. Mana mungkin kau tidak mencintaiku lagi." Alardo merendahkan Crysta lagi.

"Aku memang tidak mencintaimu lagi . Yang aku katakan tadi adalah aku akan membuatmu mencintaiku setengah mati." Crysta meraih tangan Alardo dan memberikan cincin pertunangannya pada Alardo, "Jaga baik-baik ini karena hanya ini kunci kau kembali padaku."

Crysta melangkah pergi. Catat, seorang Crysta terbiasa meninggalkan bukan ditinggalkan. Siapa Alardo berani melakukan itu padanya? Dia bukan Kireina yang mungkin akan terima apa saja yang dia lakukan. Dia Crystabel, wanita yang akan membuat Alardo bertekuk lutut padanya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel