Bab 14 pertemuan musuh
Disa sekarang tengah terkejut ketika melihat pesan dari seseorang yang hampir 16 tahun lebih ia tidak temui, tidak terasa air matanya jatuh ketika mendengar kabar baik baik saja dari orang itu.
Hai dis, apa kabar semoga baik baik ya sama sekeluarga, gue rindu nih, btw lo tau nggak? Gue di jakarta udah 1 tahun tapi gue nyari nomor kalian buat hubungin susah banget, dan akhirnya gue dapet nomor lo, malam ini gue ke rumah lo ya, share lok dong
Salam manis, mika
yang sering tersakiti
Kurang lebih seperti itulah bentuk pesannya, manusia dan sahabat laknat yang tidak mengerti akan kerinduan disa yang sudah menggebu, karena suami dari mika selalu memboyongnya kemana saja.
Disa harus memberi pelajaran kepada mika! Itu harus!
----------
Jion kini sedang menatap sahabatnya dari arah samping sambil menopang pipinya dengan tangan yang terletak di atas meja, sesekali ia menggelengkan kepalanya ketika melihat manusia yang tidak punya rasa bersalah itu masih saja memegang teguh keegoisannya.
Mereka berdua sekarang tengah berada di kantin dan arkana juga tadi sempat berbicara tentang kejahatannya kepada andira dengan dalih dia tidak pernah salah.
"Lo sejak kapan jadi jahat ar?"
Arkana memandangi jion dengan raut wajah bingung dengan bibir yang sudah memerah karena kepedisan dari mi ayam yang sedang ia makan.
Mungkin kalo jion itu adalah perempuan pasti akan memandangi bibir arkana seksi, tapi jion pria normal loh ya.
"apa sih!"
Jion kembali menegakkan cara duduknya lalu membuang nafas kasar.
"Kalo bunda disa tau gimana ya" ucap jion sambil berpura pura berfikir.
"Awas lo kalo ngadu" ancam arkana sambil terus menyeruput mi miliknya.
"utuk utuk, anak manjanya bunda disa udah pandai bohong ya sekarang" ejek jion dengan wajah yang sok di imut imutkan.
Semua siswa yang tidak sengaja melihat adegan itu berfikir kalo mereka berdua seperti pasangan romantis yang saling mengejek, tapi kenyataannya keduanya memiliki batang yang sama, mereka normal!
Arkana geram, bisakah jion tidak berperilaku seperti ini? Jijik banget tau nggak.
Arkana hanya memberi tatapan memicing lalu kembali memakan makanannya.
"Minta maaf ke andira" ujar jion sambil mengutak atik ponsel.
Arkana tambah geram tentunya!
"Nggak! Gue nggak salah buat apa minta maaf" hanya itu yang arkana ucapkan, bukankah sudah di beritahu kalau arkana itu egonya tinggi seperti gunung himalaya.
Jion tertawa miring
"bunda disa online loh" ancam jion sambil memperlihatkan ponselnya kepada arkana.
Arkana melotot terkejut
"LO.. "
"Minta maaf"
"ogah"
"oke" jion mulai mengetik sesuatu di ponselnya lalu kembali memperlihatkan ponselnya kepada arkana.
"Minta maaf sekarang ato pesannya bakal terkirim"
"NGGAK!"
"Oke" dan terkirim, arkana langsung terkejut lalu refleks mengambil ponsel jion.
"tarik nggak!" pinta arkana seraya berusaha mengambil ponsel di tangan jion
"Minta maaf dulu"
"kalo gue bilang nggak ya nggak!" atensi semua orang yang berada di kantin kini teralihkan kepada mereka berdua yang tengah asik merebutkan ponsel.
"yaudah"
Arkana meringis mendengar jawaban itu.
"Lo kenapa jadi bawel gini sih! Kek betina" gerutu arkana frustasi.
"Jangan ngubah topik, minta maaf ato hidup lo bakal sengsara karena bunda disa marah"
"YAUDA IYAA"
"Jangan teriak gitu juga bangke"
"TARIK NGGAK!"
"Minta maaf dulu"
Arkana mengacak rambutnya frustasi, lalu menatap seisi kantin yang sedang melihat kejadian itu tatapannya tertuju pada seorang gadis yang tengah memakan makanannya seorang diri.
"Awas kalo lo nggak tarik" ancam arkana lalu berjalan mendekati andira untuk meminta maaf.
Kalau seperti ini lebih baik arkana tidak menceritakan kepada jion! Argh goblok.
Arkana berjalan lurus tanpa hambatan bahkan tatapannya terkesan dingin jika ada yang berani menatapnya.
Andira memang tahu arkana berjalan menuju dirinya, tapi untuk ambil aman saja maka andira diam memakan makanannya tanpa memperdulikan manusia itu.
Arkana berdiri tepat di depan andira memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana abu abu sambil menggepalnya menahan malu dengan emosi yang sudah tercampur.
"Gue minta maaf" suara bariton itu membuat andira mendongakkan kepalanya menatap pria jakun yang tengah menatapanya lurus.
Tatapan arkana sama sekali tidak menyiratkan bahwa dia merasa bersalah, sudah pasti dia paksa!
"Lo nggak ikhlas kan? Nggak usah buang buang waktu cuma yang kek gini doang" ucap andira pelan kemudian melanjutkan acara makannya.
Kalau aja bukan masalah bunda disa, arkana tidak akan mengorbankan harga dirinya hanya untuk meminta maaf kepada wanita itu.
"Lo maafin nggak?" tanya arkana sambil menaikkan satu alisnya
Sexi sekali!
"Dengan tidak ikhlas lo gue maafin?"
"Kok lo nggak ikhlas?" ucap arkana nyolot
"Lo aja minta maaf nggak ikhlas gimana gue mau maafin lo?" jawab andira dengan sama nyolotnya.
"Arghh" arkana geram.
"MAAFIN NGGAK?" gertak arkana sambil menggebrak meja
Andira berdiri saking terkejutnya, nih orang minta maaf sampe kek gini!
"Kok lo maksa?"
"Ya karena kalo gue nggak maksa, hidup gue bakal sengsara!"
"apaan sih, lebay banget cuma masalah kek gini"
Arkana menampilkan wajah terkejut, lebay katanya?
"Ah, udahlah lo nggak bakal ngerti!"
"Yaudah nggak usah nyolot juga! Kelakuannya lo bikin gue tambah enek"
"LO... "
"Udah" jion menepuk bahu arkana memperingati bahwa sampai di sini saja.
"Noh, lo lihat sendiri kan gimana cewek ini? Kasar!" ucap arkana kepada jion.
"Heh, gue nggak bakal kasar kalo cara lo minta maaf nggak sampe gebrak meja segala" ujar andira dengan nada nyolot.
"Maaf ya andira udah ganggu waktu lo" ucap jion menengahi lalu menarik bahu arkana untuk pergi dari sini.
"Ayoo"
"nggak! gue bakal bikin perhitungn sama cewek ini"
"Ikut ar, ato gue nggak jadi narik pesan ini?" ancam jion tepat di telinga arkana.
"Apa sih, ngancem mulu kek polisi" bentak arkana dan lebih memilih pergi mengikuti jion.
Jion tertawa dalam hatinya melihat wajah frustasi arkana karena selalu di ancam, padahal kan data seluler jion nggak hidup kadi otomatis pesan itu nggak terkirim.
Astaga jion jadi pengen tertawa sekencang kencangnya.
-------------
Di rumah keluarga abibraham kini sedang terjadi kehebohan dimana disa akhirnya bisa bertemu dengan sahabat lamanya waktu masa SMA
Di tambah lagi kini mika sedang membawa anak laki laki yang sudah remaja, bisa di kisar kalau dia dengan arkana seumuran.
"Ya Allah mika, lo jahat banget nggak ngabarin selama 16 tahun" lirih disa dengan tidak henti hentinya memeluk mika.
Dendra juga ada di situ sambil melihat istrinya yang sedang histeris karena kedatangan sahabatnya, ia bahkan terkejut melihat mika yang hampir ia lupakan wajahnya kini bertamu di rumahnya.
"maaf, suami gue selalu sibuk jadi gue juga sibuk, maaf banget ya" ucap mika merasa bersalah.
Disa hanya menganggukkan kepalanya lalu menatap ke arah remaja laki laki yang tengah duduk.
"Anak lo tampan ya" ujar disa dengan senyum lembutnya.
"Yoi dong, eh btw ar mana? Kangen nih gue sama dia, terakhir kali ketemu waktu gue ke sekolah arkana"
"ngapain lo kesana?"
"Ada masalah sedikit tapi udah selesai kok"
"Ooh, dia lagi ganti baju, nggak lama dia pasti turun kok"
Mika hanya mengangguk.
Terlihat dari arah tangga sana seorang remaja tengah sibuk dengan ponselnya dengan keadaan lari.
"Ar jangan lari" perintah disa tapi di hiraukan oleh arkana, karena arkana tidak fokus.
Dendra bahkan meringis melihat kelakuan remaja itu.
"BUNDAA" teriak arkana ketika sampai di dasar tangga, bahkan ia tidak tahu jika di rumahnya sedang ada tamu.
Arkana menatap ruang tengahnya yang kini sedang ada tamu dengan tatapan malu karena sudah berteriak
Lalu tersenyum, tatapannya berhenti kepada seorang remaja yang sedang menatapnya dengan tatapan terkejut.
Arkana juga sama terkejutnya, ngapain dia sini?
"Hai ar, kangen tante mika nggak?" tanya seorang wanita yang seumuran dengan bundanya.
Arkana menyatukan kedua alisnya bingung wanita itu siapa?
Kok arkana pernah lihat?
Dia kan....
"Ar kenalin ini anaknya tante mika sahabat bunda, namanya adipra"
Arkana melototkan matanya, kenapa dunia bisa sesempit ini?
Musuhnya sendiri adalah anak dari sahabat bundanya?
"Tante mika baru satu tahun di sini, dia pengen ketemu kamu rindu katanya"
"Eh iya ar kenalan dulu dong sama adipra" perintah disa
Arkana meringis, ogah banget salaman sama musuh.
"Ar udah kenal" ucap arkana datar sambil menatap adipra yang juga sama menatapnya dengan tatapan datar.
"Ohya? Bagus dong" ucap disa sumringah.
"Salaman dulu sebagai tanda persahabatan" ucap mika dengan senyum melebarnya.
Adipra menatap sang bunda dengan tatapan yang tidak ada arti tapi menyiratkan sebuah perintah bahwa dia tidak ingin bersalaman.
Mika kurang peka dengan tatapan itu, malah memberikan adipra senyum lembutnya.
Adipra meringis lalu berdiri memberikan tangannya untuk bersalaman dengan arkana.
Sungguh momen yang ingin adipra akhiri dengan begitu cepat.
Arkana juga sama, kalau nggak terpaksa dia tidak akan bersalaman dengan musuhnya itu! Tapi apa boleh buat, bunda ratu yang menyuruhnya.
Setelah acara salam salaman itu terjadi, arkana di paksa bergabung dengan mereka.
"Eh mik, bukannya waktu itu lo bilang jenis kelamin anak lo cewek ya?"
Mika terdiam lalu beberapa menit kemudian ia kembali tersenyum.
"Dokter salah memprediksi"
Disa hanya mengangguk.
Arkana masih saja memandangi adipra dengan tatapan datar.
Dia masih heran, kenapa nanti musuhnya sendiri yang menjadi anak dari sahabat bundanya?
Ternyata semesta lebih pandai mempertemukan musuh menjadi orang terdekat di hidup kita.
Terlalu klise sekali!
